Bagian Tujuh

891 113 0
                                    

Tiga menit telah berlalu sejak mereka masuk ke lab sains, semua orang hanya duduk diam. Menunggu bantuan datang, yang mereka sendiri tidak tahu apakah benar-benar akan datang atau mungkin tidak akan datang sama sekali?

Namra duduk bergabung dengan kelompok Onjo, gadis yang biasanya ceria itu kini hanya terdiam sejak tadi, isi pikirannya hanya seputar bagaimana cara mereka lolos dari sini, bagaimana keadaan ibunya di rumah, dan apa Suhyeok baik-baik saja sekarang?

Otaknya terasa macet karena teralihkan oleh kekhawatirannya pada Suhyeok. Dia sendirian di luar sana, kemungkinan besar dikelilingi oleh zombie. Sejak tadi Namra berdoa agar Suhyeok bisa melewati para zombie dan segera bergabung dengan mereka di lab sains.

Di sisi lain, Soyeon mencoba membaca wajah teman-temannya. Onjo masih terlihat merasa bersalah, pasti karena gadis itu tidak sengaja menjatuhkan ponsel yang ia bawa. Hanna memang keterlaluan barusan, tapi jika melihat seberapa pentingnya ponsel itu saat ini, Onjo juga bersalah karena kurang menjaganya dengan baik.

Sementara itu, Cheongsan duduk di samping Onjo, mengelus punggung gadis itu dengan lembut untuk menenangkannya. Soyeon kemudian tanpa sadar tersenyum tipis melihat interaksi manis kedua sahabatnya.

Mencari seseorang yang lain, Soyeon baru sadar jika pemuda yang biasanya selalu menempel pada Namra tidak terlihat sama sekali, "Namra, dimana Suhyeok?" tanyanya kemudian.

"Di lantai bawah, mungkin?" Namra menjawab sambil berusaha tersenyum. Soyeon kini tahu seberapa besar dampak keberadaan Suhyeok di sisi sang ketua kelas.

"Semoga Suhyeok bisa sampai kemari segera," ujar Onjo menenangkan sang ketua kelas, Soyeon dan Isak mengangguk kecil sebagai tanda setuju.

Namra menoleh ke arah pintu, disana masih banyak zombie yang berusaha masuk walau agak berkurang seiring dengan suara yang tidak terlalu menarik perhatian, "Dia pasti bisa, dia mendengarku tadi."


Attack On School


Suara yang muncul dari speaker sekolah membuat semua orang di lab sains tersadar dari lamunan mereka. Saat menyadari suara siapa itu, ada perasaan lega yang muncul di hati mereka.

"Siswa dan guru SMA Hyosan. Saya Park Sunhwa, guru Bahasa Inggris. Sesuatu yang aneh telah terjadi di sekolah ini, mereka menyerang orang lain tanpa pandang bulu, jadi tolong cari tempat berlindung segera. Jika ada murid dan guru yang mendengar ini dan mampu, tolong hubungi polisi dan pemadam kebakaran. Semuanya, bersembunyi di tempat yang aman sampai bantuan datang. Jika kalian bisa keluar dari sekolah ini, silakan keluar. Saya ulangi..."

Nafas Bu Sunhwa yang tidak beraturan dapat terdengar jelas dari pengeras suara, hal itu mengantarkan perasaan putus asa yang dirasakannya pada semua murid yang mendengarnya. Onjo berusaha untuk menahan air matanya saat mendengar suara wali kelasnya lagi setelah sekian lama.

"Semuanya..." Bu Sunhwa melanjutkan, "Kalian baik-baik saja, kan? Tidak ada yang terluka, kan? Sekali lagi, cari tempat aman untuk berlindung. Maafkan aku karena tidak bisa membantu kalian. Jangan sampai terluka, oke? Kita harus tetap hidup dan bertemu lagi nanti. Kalian memgerti?"

Kata-kata penyemangat itu seolah ditujukan untuk mereka. Onjo mulai merasa emosional, merasa kini air mata sudah mengalir melewati pipinya. Cheongsan yang menyadari jika gadis itu mulai menangis akhirnya menarik tubuhnya dalam pelukan, menepuk punggungnya beberapa kali berharap itu bisa meredakan tangisan Onjo.

Namra tiba-tiba berdiri dari kursi, melangkah ke arah jendela dan membuat semua orang bertanya-tanya. Sesaat kemudian sebuah lagu memenuhi SMA Hyosan, itu lagu yang selalu diputar setiap pagi sebelum pelajaran pertama dimulai.

Attack On SchoolKde žijí příběhy. Začni objevovat