Bagian Sebelas

728 91 1
                                    


"Dasar keras kepala," Daesu menghela nafas melihat Gyeongsu masih berada di ruang rekaman.

"Sepuluh menit seharusnya sudah cukup," tambah Suhyeok yang berdiri di sampingnya.

Sudah lebih dari sepuluh menit Gyeongsu berada di ruang rekaman namun ia masih tetap mengatakan ia akan berada di sana lebih lama, agar mereka lebih percaya padanya nanti. Semua orang kembali ke tempat mereka pada akhirnya, hanya butuh beberapa saat hingga mereka beralih ke percakapan mengenai analisis perilaku zombie.

"Mungkin mereka tertarik pada bau," kata Woojin. Pemuda itu kemudian menoleh pada Daesu dan menunjuknya, "Mereka lebih fokus mengejarmu."

Daesu meliriknya sebelum mendengus kesal, "Aku tidak bau."

"Tapi kau banyak berkeringat, kan?" Jimin si sampingnya ikut berkata.

"Aku memang berkeringat, tapi itu tidak bau," Daesu menunduk lalu mengendus-endus aroma di udara, "Bau apa itu?"

"Bau keringatmu," jawab Woojin. Ia kemudian melirik ke arah Soyeon yang duduk di antaranya dan Jimin, gadis itu hanya menatap kosong meja di depannya namun terlihat mendengarkan percakapan mereka.

Mengambil tisu di kotak yang ada di depannya, Woojin kemudian menepuk lengan Soyeon beberapa kali, lantas memberikan tisu itu padanya. Soyeon paham dan segera membersihkan noda darah di wajahnya dengan tisu itu.

"Menurutku, daripada bau, mereka lebih tertarik pada suara," ujar Daesu serius.

"Suara?"

"Ya."

"Ini bukan film," Joonyeong yang duduk di atas meja akhirnya angkat bicara. Daesu menoleh ke pemuda berkacamata itu, "Tapi mereka seperti itu, mereka tidak melihat dengan benar saat mengejar kita. Mereka selalu menabrak teman mereka."

"Sepertinya itu mungkin benar." Namra menyetujui, "Walaupun mereka mungkin masih bisa melihat atau mencium bau manusia, mungkin fokus utama indra mereka ada pada pendengaran."

Soyeon menaruh tisu kotor di meja, kembali menarik perhatian Woojin yang kini memeriksa wajahnya. Pemuda itu kemudian kembali mengambil tisu baru dan membersihkan noda di dahi Soyeon yang tampaknya tidak ia ketahui.

"Lihat, bahkan Namra setuju padaku," Daesu berkata bangga.

Suhyeok meliriknya, "Ayolah dia baru sekali ini setuju padamu."

Namra tertawa kecil melihat perdebatan keduanya. Joonyeong kemudian meletakkan cermin ke atas meja sebelum bertanya pada sang ketua kelas, "Kenapa kau berpikir mereka tertarik pada suara?"

"Ada beberapa kejadian sebelumnya yang bisa menjadi bukti, seperti saat ada gadis yang berlari lewat kelas kita atau saat kita semua mulai berdebat di lab sains. Mereka mulai memaksa masuk setelah itu, jadi kupikir mereka tertarik pada suara," Namra mengemukakan pendapat seperti seorang ahli.

Suhyeok menatap gadis itu dalam, terpesona dengan setiap kata yang diucapkannya.


ㅡ Attack On School ㅡ


Cheongsan berjalan ke depan pintu ruang rekaman, mengintip Gyeongsu yang memainkan jarinya di dalam sana. Ia mengetuk kaca di sana, membuat sahabatnya segera menoleh saat ia mulai bersiul untuk sebuah lagu.

Onjo yang duduk menatap keluar jendela berbalik melihat Cheongsan saat mendengar lagu itu. Gadis itu ingat apa judul lagunya, 'Auld Lang Syne', itu yang ditemukannya setelah mencari di internet selama beberapa menit waktu itu.

Attack On SchoolWhere stories live. Discover now