Bagian Satu

3.6K 255 7
                                    

Soyeon baru saja keluar dari gedung sekolahnya, dan langit sudah mulai gelap. Ia berpikir untuk menyempatkan membeli makanan ringan di mesin otomatis yang ada di dekat gedung olahraga. Sejak sepuluh menit yang lalu perutnya berbunyi karena memang ia belum makan apapun setelah istirahat makan siang.

Gadis itu mempercepat langkahnya mengingat jika ia punya janji dengan Onjo dan Isak. Mereka berdua adalah teman pertama Soyeon di SMA Hyosan sejak pindah ke sana sebagai siswa pertukaran. Awalnya, Soyeon berpikir ia akan kesulitan mencari teman baru. Namun untungnya, Soyeon dipindahkan di kelas yang tepat. Mereka semua ramah dan Soyeon bersyukur karena itu.

Dan malam ini Soyeon ada janji untuk mencoba resep baru dari restoran ayam milik Cheongsan. Soyeon sudah beberapa kali makan di sana, dan menurutnya rasanya tidak pernah mengecewakan. Jadi sekarang ia cukup penasaran dan bersemangat untuk mencoba resep baru itu.

Mesin otomatis masih terlihat menyala, namun perhatian Soyeon teralihkan dengan seseorang yang duduk di tanah, menyembunyikan wajahnya di antara lengan yang ditekuk di sekitar lututnya. Soyeon melangkahkan kakinya mendekati pemuda dengan seragam yang berantakan itu, mencoba memeriksa keadaannya.

"Hei, kau baik-baik saja?" tanya Soyeon sedikit khawatir.

Pemuda itu mengangkat wajahnya dan ekspresi Soyeon berubah terkejut.

Siapa yang tidak mengenalnya? Mungkin hampir setiap murid mengenal pemuda dengan reputasi buruk itu.

Yoon Gwinam.

Anggota dari kelompok perundungan Myeonghwan.

Gwinam segera mengganti ekspresinya seolah mengusir gadis yang berdiri di depannya itu. Tapi atensi Soyeon kini tertuju pada bekas darah dan memar yang masih baru pada wajah Gwinam, membuatnya mengernyit bingung. Soyeon pernah mendengar dari Onjo, dia bilang Myeonghwan itu ketua dari kelompoknya, dan anggota lain hanya dijadikan perisai baginya jikalau aksi buruknya terbongkar. Mereka hanya pesuruh yang dimanfaatkan Myeonghwan sejak awal.

Atau dari kamus simpel Soyeon, Gwinam itu brengsek, tapi Myeonghwan jauh lebih brengsek lagi.

Tangan Soyeon menarik tas ransel putihnya agar berpindah ke bagian depan tubuhnya, membuka resleting di bagian depan dan mengambil satu benda dari sana. Soyeon menghela nafas, mempersiapkan mentalnya.

"Ambilah, untuk lukamu." Soyeon mengulurkan salep di tangannya. Entah berapa persen kemungkinan ia bisa mendapatkan respon baik dari Gwinam.

Gwinam menepis tangan Soyeon kasar, membuat salep di tangan gadis itu terpental ke tengah jalan. "Aku tidak perlu dikasihani," katanya tajam.

Soyeon memutar bola matanya kesal. Ia tidak berharap apapun tapi respon Gwinam tetap saja membuatnya kesal. Rasanya ia ingin menambahkan memar lain pada wajah babak belur pemuda di depannya itu. Tapi tentu itu hanya pikirannya saja.

"Paling tidak jangan dilempar," sinis Soyeon dengan keras agar Gwinam bisa mendengarnya juga. Ia berjalan ke tengah jalan untuk memungut salep malangnya agar kembali ke dalam tasnya. Ia menyesal membuang waktu berharganya berurusan dengan si biang onar itu.

— Attack On School —

Lonceng yang terpasang di atas pintu masuk restoran berbunyi bersamaan dengan kedatangan gadis dengan rambut sebahu. Empat orang yang merupakan pengunjung terakhir mengalihkan pandangan mereka ke pintu masuk.

"Soyeon!" Onjo dan Isak menyapanya bersamaan, melambaikan tangan mereka semangat. Cheongsan dan Gyeongsu yang duduk di depan kedua gadis itu juga menyapanya singkat.

Soyeon menarik salah satu kursi, menyampirkan ransel putihnya asal lalu duduk dan menyisir rambutnya ke belakang. Meja segiempat di depannya kini penuh dengan ayam goreng setengah asin setengah pedas yang pasti merupakan resep baru Ibu Cheongsan yang pagi tadi Onjo dan Isak ceritakan.

Attack On SchoolWhere stories live. Discover now