18

636 114 12
                                    

𝖻𝖾 𝗁𝗎𝗆𝖺𝗇 𝖺𝗇𝖽(𝗈𝗋) 𝖽𝗂𝖾.

ᝰ.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"Shoot!"

Seruan itu dibarengi dengan melayangnya sebuah anak panah di udara, menyapu udara dengan begitu kencangnya sebelum menancap di leher seekor rusa yang langsung terkapar bergelimang darah setelah mati.

Seorang pemuda bersiul senang, dia──Heeseung──mendekati mayat hewan itu. Memeriksanya. "Tepat sasaran seperti biasa," ucap Heeseung.

Dari semak belukar, dua orang sebaya nya muncul. Satu laki-laki dan satunya perempuan, Jo-Yeon dan Taerin.

Jo-Yeon menghampiri Heeseung, ikut melihat kondisi rusa yang sudah tiada nyawa. Disebelahnya, Heeseung bertepuk tangan. "Oh, astaga, kau pasti Dewi Pemanah. Taerin-yaa."

Taerin mencangklong busurnya, gadis itu bersedekap dada sambil tersenyum geli kearah teman-temannya. "Sudahlah, ayo kembali sebelum gelap."

                    ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Kawasan Gimnasium dan sekitarnya jarang sekali di lewati atau digunakan oleh orang-orang di stadion. Padahal tempat itu memiliki beberapa fasilitas yang masih elok. Tapi tetap saja tak ada yang datang ke sana.

Kecuali y/n, dia setidaknya datang kesana dua kali sehari. Yang pertama saat pagi hari, dari pukul dua, dia tidak akan ada di kasurnya. Yang kedua, seusai jadwal patroli malam, kisaran pukul sembilan malam.

Seperti malam ini, semua kegiatan sudah selesai. Dan y/n tengah berjalan menuju tempat itu seperti yang biasa dilakukannya. Tapi ditengah jalan, bunyi hentakan pukulan menghentikan langkahnya tepat didepan pintu.

Ketika dirinya membuat kedua pintu dan masuk, ruang dengan lapangan itu tiba-tiba tidak berisi suara-suara sebelumnya, seolah itu menghilang begitu saja.

Tapi naluri Y/n merasa ada sesuatu dibelakangnya, dan benar saja. Tangan seseorang seperti melayang kencang dan kuat kearahnya, Y/n sigap berbalik dan menangkap pukulan tak dikenal itu. Dia menarik lengan itu kebelakang tubuh si penyerang, seseorang mengerang.

"Aduh!"

Y/n terkejut, orang itu rupanya  Seokchan. Gadis itu sontak melepaskannya.

Seokchan mengusap lengannya yang seolah patah di buat y/n. "Kenapa kau langsung menyerang ku?"

"Bukannya kau yang langsung menyerang ku? Apa-apaan pukulan itu, " kesal y/n.

Sementara itu Seokchan tersenyum, "ah, itu hanya sebuah salam."

"Seperti 'halo y/n'" Lalu Seokchan tertawa seolah itu lelucon terbaiknya.

Y/n merotasi matanya malas. "Sudah gila ya?" Gumamnya.

Seokchan sontak terdiam, menutup mulutnya dengan ujung jari. Pria muda itu sekarang memperhatikan y/n yang tengah mencopot perlengkapannya, menyisihkan sepotong kaos hitam tipis dan sebuah celana militer.

Merasa diperhatikan, y/n balik menatap Seokchan. Langsung saja Seokchan putar kepala, berpura-pura memandang hal lain.

"Kenapa kau kesini?" Tanya y/n sambil melepas kunciran nya yang longgar.

"Entahlah, tempat biasa aku berlatih sangat ramai, aku ingin pindah tempat tiba-tiba." Seokchan berkata separuh bohong.

"Oh," respon y/n. Tidak peduli jika Seokchan mulai sekarang akan mulai mendatangi tempat latihan pribadinya.

Seokchan senang separuh bingung, "kau tidak masalah?"

"Tidak," geleng y/n. Dia kelihatan menyusun sekelebat kata di kepalanya. "Ada syaratnya, tapi."

"Syarat?" Beo Seokchan yang baru hendak ingin memukul sebuah samsak tinju.

Y/n kelihatan menggulung sebuah kain putih tipis diatas permukaan telapak tangannya, menekan tiap buku jarinya hingga berbunyi 'krek' yang nyaring. "Pukul aku."

"Oo── hah!?"

Seokchan menegang melihat y/n yang malah pasang tubuh, "pukul saja. Kalau aku menang, kau tidak boleh datang kemari lagi." Y/n mengedikan bahu.

Seokchan terkesiap, dia merasa y/n harus membalik kata gila ke dirinya sendiri. "Baiklah," tapi rasa percaya diri Seokchan sedang melambung sekarang ini.

Dia memasang kuda-kuda di depan y/n, Seokchan melayangkan sebuah pukulan yang sama seperti tadi, kencang dan kuat.

Lalu dia mencelos saat gadis didepannya bisa menghindarinya.

Dia kembali memukul ke sisi lain, dan y/n menghindar, lagi. Dan Seokchan reflek mundur saat y/n melempar bogem mentah kearahnya. "Wow." Seokchan berdecak kagum melihat sikap tarung y/n yang seperti profesional.

Lantas Seokchan menyerang y/n kembali dengan lebih kuat. "Apa kau pernah ikut latihan beladiri sebelumnya?"

Y/n menjawab sekalian menghindari serangan Seokchan, "tidak."

Ada jeda kala y/n menangkis pukulan Seokchan dan memukul mundur pria itu, "tapi, aku pernah diajari seorang jagoan."

"Jagoan?" Ulang Seokchan, "siapa?" Dia ingin tau siapa gerangan yang disebut seorang Park Y/n jagoan.

"Seorang pembunuh bayaran, ayahku."

Seokchan menarik saliva nya.

"Aku bohong," tawa y/n lolos melihat muka tegang Seokchan. "Ayahku cuman pria biasa yang kebetulan mahir tinju-meninju."

"Kebetulan ap─── Wo Wo!" Seokchan sedikit terhuyung berkat hantaman keras yang jatuh ke rahangnya.

"Aw," Seokchan menyapu darah bersih yang mengalir di bibirnya. Y/n berdiri didepannya, "wah, aku menang."

"Silahkan angkat kaki anda, tuan."

Seokchan masih terduduk, dia menghela nafas akan kekalahannya yang bisa dicap 'konyol.'

Y/n melempar sebuah handuk kecil kearah Seokchan, ditangkap dengan mulus oleh Seokchan.

Y/n memiringkan kepala sembari menatap Seokchan, mengejek. "Aku bohong, selamat datang di klub. Seokchan-yaa."

"Hah?" Seokchan berdiri bingung. "Apa maksud mu?"

"Maksud ku, kau tidak benar-benar harus menang untuk bisa kemari. Silahkan saja kalau ingin berlatih disini."

"Jadi kau sekarang benar-benar tidak keberatan?"

"Itu maksudku."

-

Y/n kembali ke kamarnya pukul sebelas malam, dia merebahkan tubuhnya di ranjang yang tidak nyaman sama sekali. Matanya sangat sulit terpejam, mungkin banyak bahan yang belum terselesaikan dalam daftar masalah di benaknya. Jadi otaknya kesulitan istirahat.

Gadis itu menelisik tiap sudut telapak tangannya yang tergores karena duel dengan Seokchan, berkat keberuntungan dia bisa menang melawan pria yang lebih tua darinya itu. Y/n menutup mata paksa, menimpa kepalanya dengan lengan.

Hingga gelap yang sunyi menghampirinya, menelusup masuk ke sudut-sudut pengelihatannya, meredam telinga dari suara-suara. Sampai kegelapan itu benar-benar menenggelamkannya.

Malam mulai larut, waktunya terus berjalan, bulan bergerak bertukar posisi dengan matahari seperti biasanya. []

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

𝐂𝐘𝐏𝐇𝐄𝐑  |𝘀𝘄𝗲𝗲𝘁𝗵𝗼𝗺𝗲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang