24

763 132 0
                                    

𝖻𝖾 𝗁𝗎𝗆𝖺𝗇 𝖺𝗇𝖽(𝗈𝗋) 𝖽𝗂𝖾.
ᝰ.


━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Siang itu langit nampak tak ramah, mendung yang memadat di udara benar-benar membuat siapapun enggan pergi keluar. Pun hawa dingin mulai memeluk tubuhnya yang tak dibaluti kain tebal. Tiap awan gelap di hamparan angkasa sana mengabarkan kalau bumi akan kedatangan hujan.

Hingga air yang ramai mulai berjatuhan, menubruk apa saja di atas tanah. Daun-daun pada pepohonan bergoyang, menjatuhkan air dari kelopaknya. Rerumputan dibanjiri air banyak. Sungai makin deras kedengarannya. Basah menyertai tiap tumbuhan dan bangunan. Air menggenang di atas permukaan tanah yang tak rata. Alam terlihat menyambut hujan sang teman dengan cara mereka.

Meratapi tiap hamburan tetesan deras dari angkasa atas dengan tubuhnya yang basah sana-sini, Hyunsu hanya diam pada posisinya. Tak sedikitpun menyingkirkan diri supaya tak basah. Entahlah, dia lupa rasanya dipeluk dingin hingga merasa beku. Makanya dia tidak berniat untuk menepi menjauhi tangis langit yang jatuh makin deras.

Hyunsu senantiasa disana, dihadapan sebuah pondok kecil, pada sebuah pondok kecil yang hanya diisi sebuah ruang makan, dapur dan ditambahi dengan sepetak kamar tidur. Matanya terpejam menikmati derai air disekitarnya. Tak sadar, kepalanya memutar beberapa kenangannya dengan seseorang dalam menemani dan merawat bocah perempuan yang disayanginya.

"Hyung," gadis cilik dengan polos duduk diatas batang kayu besar yang habis ditebang, dia menggoyangkan kakinya yang melayang tak menyentuh tanah.

Hyunsu berhenti sejenak dari kegiatan merapikan susunan kayu bakar, "ehm." Sahutnya dengan deheman.

"Matahari akan pulang ke rumahnya," ucap gadis kecil itu dengan polosnya sembari memakan permen berbentuk bintang dari toples ditangannya. "Tapi Eonnie belum pulang juga."

Hyunsu yang mendengarnya berdehem pelan sembari menggeser diri tuk berjongkok dihadapan gadis itu, "dengarkan, y/nー maksudku eonnie mu, dia tidak akan pulang kemari."

"Kenapa?"

"Pulang itu ditujukan untuk kembali ke tempat yang kau sebut rumah, tempat ini bukan rumahnya."

"Begitu?" Ah-Yi kecil yang polos hanya manggut-manggut, "kalau begitu rumah eonnie dimana?"

"Kenapa kau bertanya?"

"Aku ingin mengunjunginya."

Pemuda itu sontak terkekeh, tangan mengelus pucuk kepala si gadis kecil. Dirinya menarik telapak tangan mungil itu untuk dituntut masuk ke pondok kecil didekat mereka. "Kau harus menunggu untuk di undang."

"Dengan begitu aku bisa datang kerumahnya?"

"Mungkin saja."

***

Seojin bahkan sekelompok pria di balik punggungnya menaruh atensi pada arah sebuah suara ledekan berasal. Langit sudah cukup benar-benar membuat berisik, apalagi dengan bisikin yang mulai terdengar gaduh, yang ingin tau darimana suara itu muncul. Semua tertegun, termasuk Seojin yang sebenarnya dapat menduga darimana ledakan tadi datang. Stadion. Dengan suara sebesar itu, akan dapat memancing banyak monster.

"Seokchan," Kim Younghoo memanggil ke bawahannya yang masih setia menatapi gedung-gedung, "apa kau melihat tanda-tanda perkelahian di mall?" Tanya pria itu.

Seokchan terbelalak sesaat, "tidak, Pak." Jawabannya.

Tak ada sedetik dari Seokchan menjawab, Younghoo langsung memerintah; "Kita kembali."

𝐂𝐘𝐏𝐇𝐄𝐑  |𝘀𝘄𝗲𝗲𝘁𝗵𝗼𝗺𝗲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang