13

708 141 10
                                    

񿠠𝗁𝗎𝗆𝖺𝗇 𝖺𝗇𝖽(𝗈𝗋) 𝖽𝗂𝖾.
ᝰ.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

"AISH! SSHIBAL, KENAPA KAU TIDAK DIAM DAN IKUT KAMI SAJA?! KENAPA KAU MAU PERGI DONGDAEMUN?" Nyaringnya teriakan Eun-yoo membawa banyak pandangan tak suka dari beberapa orang.

Mereka semua awalnya sedang tentram berada didalam bus, usai melewati kejadian menegangkan dengan beberapa monster. Tapi, berkat sesuatu yang dikatakan Y/n, Eun-yoo marah dan menentang perkataan Y/n yang berisi, "aku mau pergi ke Dongdaemun, aku ingin menjemput seseorang."

"Yah, kalian boleh bertengkar tapi jangan se berisik itu." Jisu mengeratkan pakaiannya sebab udara mulai dingin, tapi suasana panas yang dihasilkan Eun-yoo mengganggunya.

Air wajah Eun-yoo berubah menjadi iba, dia menatap Jisu sekarang. "Yah, kau baik-baik saja?"

"Aku tidak baik," sahut Jisu, dia bersandar pada kaca bus. "Berkat kemauan naif mu, kita semua dalam bahaya." Ada jeda sejenak, sesaat Jisu memperhatikan pemandangan sebelum melanjutkan omongannya. "Eun-yoo, kita semua selamat semata-mata hanya karena keberuntungan. Ku harap kau tidak melupakan semua jasa orang-orang yang membantu kita hidup sampai sekarang. Jangan sia-sia semua itu."

Eun-yoo kesal mendengarnya, tapi juga tidak ingin menyangkalnya. "Maaf Yoon Jisu, aku tidak akan menyerah sampai melihat jasad Eun-hyuk secara langsung, Eun-hyuk masih hidup, aku akan menemukan dan menunjukkannya." Dia hanya bisa mengalihkan perhatiannya kembali kepada y/n yang kelihatan termenung seusai mendengar nama Eun-hyuk disebutkan.

"Siapa yang ingin kau temui di Dongdaemun?" Kata Eun-yoo penuh selidik.

Y/n mengukir senyum dalam wajah penuh debu itu, "ayah angkat ku."

Eun-yoo hanya mengangkat tangan tak percaya, gadis itu benar-benar tidak bisa melihat apa keinginan lain dari y/n. Eun-yoo mulai berpikir y/n kehilangan cara menggunakan otak. 'Lagipula ke Dongdaemun itu jauh bodoh!' umpatnya.

"Aku akan menyusul kalian," y/n beralih menatap wajah orang-orang yang selama ini bertahan bersamanya ditengah semua kemalangan ini. Tiba matanya pada dua bocah kecil yang menatapnya setelah menangis. "Aku berjanji."

"Bagaimana anda akan kesana?" Seorang lain memasuki obrolan, itu Chanyeoung yang sekarang masih melihat aura asing bagi semua orang.

"Aku akan cari caranya."

Chanyeoung mengemudi sembari beberapa kali melirik kaca setir, untuk menangkap pantulan wajah y/n dari sana. Semenit tapi terasa seperti waktu yang lama berlalu, Chanyeoung mengerem bus nya.

Membuat seluruh atensi tertuju padanya. Chanyeoung hanya berbalik dan menatap Y/n. "Jika anda lurus lewat sini," lelaki itu menunjuk sebuah arah. "Anda akan menemukan jalan besar menuju Dongdaemun."

Seperti itu adegan yang membuat y/n berjalan di tengah kepulan asap yang tidak diketahui darimana awal asalnya. Gadis itu memasukkan kedua tangannya didalam kantong celana. Merasa kedinginan. Deruk suara bus mulai terdengar jauh dan hilang dari pendengaran.

"Ke Dongdaemun? Menemui ayah angkat? Wah, y/n, kau yatim yang sangat pandai berbohong, kau tidak punya ayah angkat, dasar." Y/n mengatai dirinya sendiri, dia menendang asal batu kerikil didekat kaki nya.

Sekarang, para tetangga yang membantunya tengah dalam perjalanan menuju ke kamp penampungan terbaik menurut y/n. Dan mereka pasti akan aman disana. Y/n menilai sendiri dari keamanan dan sistem penjagaan militer disana. Eun-yoo, Jisu, Yeongsoo, Soyeong, Bu Cha.., mereka akan baik disana.

Y/n mulai berhenti berjalan saat setitik darah jatuh ke lengan kemejanya. Gadis itu merasa bibirnya dibanjiri darah yang mengalir deras dari hidung.

Dia mulai menengadah pandangan ke langit, menutup mata dan membayangkan suatu hal. Hal yang membuatnya bahagia sampai-sampai dia bisa tersenyum gila.

"Tenang saja, aku disini," dia mengelus tiap helai dengan lembut.

Dia mengangkat bahu, "aku ingat semua tentangmu."

"Aku menyukaimu." Bagaikan sebuah kenangan yang amerta, kata itu mengiang di kepalanya.

Gadis itu merogoh saku celana, menarik sebuah pistol dari sana. Membawanya ke genggaman, mengarahkan benda itu ke dadanya, persis di tempat jantungnya berada.

Nyaris ditekan, pelatuknya berada diujung jemarinya. Dalam satu gerakan, peluru akan menembus kulitnya dan melukai jantung nya.

Dan saat itu terjadi, Park Y/n sudah keluar dari poros dunia.



ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ



Gemuruh nuklir yang menghantam sebuah bangunan stadion, mungkin saja sudah menewaskan ratusan nyawa, tapi di balik itu seseorang tertawa keras seolah puas.

Sekelompok manusia berpakaian rapi dan berdasi, hanya menyaksikan pembantaian massal itu dalam diam. Tak nampak lagi rasa kemanusiaan dalam ekspresi mereka.

Disana kacau.

Misil menggempur disana-sini, dengan gila, kejam, dan tak berperasaan. Seolah-olah ini adalah hari penghakiman, seolah seluruh semesta sedang menghukum mereka.

Setidaknya sampai yang terakhir itu tiba, tak terdengar lagi suara ledekan dimana-mana. Tapi suasana masih begitu berisik. Eun-yoo tidak dapat berteriak, seluruh ketakutan bersarang dalam dirinya. Bahkan dia terlalu takut untuk mengeluarkan semuanya.

Eun-yoo berjalan melewati puing-puing tak dikenal, dia gemetar seluruh tubuh. Remaja 18 tahun mana yang tidak akan trauma dengan semua malapetaka ini.

Gadis itu merasakan detakan cepat pada jantung, saat dia mendengar suara perempuan paling di kenalnya dari kejauhan.

Yoon Jisu, terbaring dengan kaki yang tertimpa reruntuhan, menjerit dan menangis sekaligus. Menyuruh seorang bocah untuk menyingkirkan dari sana.

Eun-yoo tersedak, matanya memanas, emosinya memuncak. Semua yang tertahan di tenggorokannya dia keluarkan dengan begitu saja. "YOON JISU!" Jeritnya.

Dan selanjutnya, kedengaran suara ambruk yang mengenaskan, Eun-yoo menatap langit-langit yang disana telah jatuh puing-puing lainnya.

Air mata mengalir tanpa persetujuan. "TIDAK!! YOON JISU! TIDAK, JISU!" Eun-yoo menjerit setengah mati, Jisu hanya menatapnya dalam sendu.

Perempuan dengan surai dwiwarna itu menangis, mencoba menarik dua sudut bibirnya. Tersenyum dengan pilunya, 'aku tidak bisa terus bersama mu, Eun-yoo, maaf aku melepas tanggung jawab dari janjiku, Eun-hyuk. Maaf aku tidak bisa kuat, JaeHoon.'

Senyumannya yang manis kian melebar bersamaan dengan bencana yang jatuh dari langit-langit, 'y/n, maaf, kurasa kita tidak bisa membuat band bersama.' []

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Sorry if i have typo or something.
Fyi, Dongdaemun is some city/distric(?) At Korea

𝐂𝐘𝐏𝐇𝐄𝐑  |𝘀𝘄𝗲𝗲𝘁𝗵𝗼𝗺𝗲Where stories live. Discover now