11

811 146 18
                                    

𝖻𝖾 𝗁𝗎𝗆𝖺𝗇 𝖺𝗇𝖽(𝗈𝗋) 𝖽𝗂𝖾.
ᝰ.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Tiap manusia memiliki emosi. Semuanya. Tak ada satupun orang yang luput dari kata senang, sedih pun marah. Barangkali hanya sedetik dalam hidup. Mereka pasti pernah merasakan tiap-tiap gejolak aneh dalam diri mereka.

Walau sekali, beberapa hilang rasa. Tak nampak lagi cinta dan emosi dalam mata. Hanya ada hampa. Tak berujung, akibat kesengsaraan ataupun kegilaan yang lama meronta-ronta dalam relung mereka.

Tapi, adakah dari mereka yang bersiap untuk melepas dari kehampaan itu? Untuk mengetahui warna baru? Untuk kenal apa itu cinta dan rindu?

Bagi Hyunsu, melepaskan mereka yang disebut emosi selalu menjadi hal yang ditakutkan.

Jika saja Hyunsu membiarkan emosi membaluti dirinya, maka disaat itu seorang Hyunsu tidak akan ada melainkan seorang lain dari sisi jiwanya.

Merengkuh tubuhnya yang memang sejak awal selalu rapuh. Membawa polesan baru yang tidak akan pernah disukai Hyunsu.

Hyunsu hanya takut, kalau jiwa lainnya akan berubah menjadi sosok jahat. Sepertinya monster-monster diluar sana. Tapi memang sejak awal, jiwa lainnya itu terbentuk untuk menjadi monster.

Karena itu Hyunsu mencoba selalu menahan diri, dia mencoba untuk tidak sedih, marah, atau apapun.

Tapi kali ini sulit rasanya.

Entah karena memang semua emosi itu sudah menumpuk atau bagaimana, Hyunsu meledak.

Dan Hyunsu mulai melupakan usahanya tentang menahan emosi tiap percikan api mulai membesar.

-

Gerhana hari itu selesai, diikuti terpaan cahaya silau dari mentari yang tak lagi tertutupi bulan.

Lelaki remaja itu membuka mata, terasa setitik air jatuh ke pipinya. Dia menerima deburan perasaan aneh dalam diri saat melihat sosok pria terduduk tak bernyawa.

Air mata lagi-lagi turun. "Siapa dia?" Ucapnya pelan, masih menatap si pria. Diikuti tetesan air mata lain, "kenapa aku menangis?"

Dia berpaling dan menemukan seorang gadis dengan jaket merah, gadis itu juga menangis dalam diam. Disebelahnya ada seorang gadis dengan seragam sekolah, dia mengalihkan pandangan dan menitikkan air mata. Dibelakangnya lagi ada seorang pria yang tatapannya tak bisa dijelaskan.

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ


"Kalian sudah terkepung!" Suara itu melantang terdengar dari luar gedung apartemen. "Serahkan orang yang terinfeksi. Para penyintas akan dipindahkan ke kamp penampungan." Entah sebuah pemberitahuan atau pengancaman. Semua di lontarkan dari seorang tentara.

Artinya militer di sini, itu yang paling diharapkan semua orang. Tapi tiap individu diruang ini tidak beranjak sama sekali. Mereka seolah tidak peduli.

Sampai Hyunsu berjalan pelan ke arah pintu depan dan melewati beberapa penghuni di lobi, pemuda itu kelihatannya akan terus berjalan kalau Yeongsoo tidak menghadang jalannya.

"Mau kemana?" Tanya bocah itu, dia memegang tangan Hyunsu yang dingin. "Hyunsu-hyung, tangan mu dingin. Apa kau kedinginan?"

Anak laki-laki menarik syalnya, melilitnya benda berbulu itu ke tangan Hyunsu.

"Aku harus pergi───"

"Jangan pergi," imbuh Eun-yoo. "Tetaplah disini bersama kami." Mata penuh harapan itu memohon.


𝐂𝐘𝐏𝐇𝐄𝐑  |𝘀𝘄𝗲𝗲𝘁𝗵𝗼𝗺𝗲Where stories live. Discover now