chapter 45

15.1K 443 3
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.


Empat bulan sudah berjalan. selama itu pun keadaan rumah tangga Gus Varo dan Ning Ziya berjalan begitu harmonis dan walaupun sedikit dibumbui oleh cekcok kecil yang bahkan sudah biasa terjadi dalam sebuah kehidupan pernikahan. dan selama itu pula, mereka berdua sudah menempati rumah bergaya minimalis berlantai dua yang telah dibeli oleh Gus Varo menjelang pernikahannya.

" Mas, bisa antar aku ke museum tidak? " Tanya Ning Ziya kepada suaminya yang sedang sibuk berkutat dengan beberapa kertas didepannya.

" Ingin apa ke museum? " tanya Gus Varo balik dan menatap netra kesukaannya.

" Untuk melihat karya seni mas. tidak mungkin ingin dagang sate, " ujar Ning Ziya yang tidak habis pikir akan pertanyaan yang dilontarkan oleh suaminya.

" Kapan-kapan saja ya. mas masih sibuk menilai hasil kerja anak-anak, " jawab Gus Varo menolak halus keinginan istrinya saat ini.

" Tidak mau. aku inginnya sekarang. kalau kapan-kapan malah terburu tidak ingin lagi mas, " rengek Ning Ziya yang tak terima akan penolakan yang diberikan Gus Varo kepadanya.

Omong - omong tentang Gus Varo, selain berprofesi sebagai seorang guru ternyata pria itu membangun sebuah bisnis restoran tiga bulan yang lalu. restoran tersebut cukup berkembang pesat hingga saat ini. hal tersebut juga didukung dengan adanya design interior restoran itu sendiri yang begitu menakjubkan dan menarik setiap pandangan mata yang melihatnya. selain itu, berbagai menu makanan atau minuman yang disajikan juga tak kalah menggiurkan. bahkan restoran milik pria itu mengeluarkan sebuah menu pencuci mulut baru yang jarang ditemui atau bahkan tidak ada di restoran manapun.

Gus Varo juga harus berterimakasih kepada Anthony. karena bantuan pria itu lah, bisnis miliknya dapat berkembang sampai saat ini. asal kalian tahu bahwa semenjak Anthony mendengar bahwa suami dari putrinya itu membangun sebuah bisnis, seketika pria itu langsung mencarikan seorang arsitek yang dapat mengurus desain bangunan tersebut. tak lupa juga, pria asal Dubai tersebut mengirimkan seorang koki handal untuk ikut serta dalam urusan masak-memasak.

Sebenarnya Gus Varo sudah menolak bantuan dari pria itu. namun apa daya, Anthony begitu keras kepala. Ning Ziya yang sudah tahu tabiat sang ayah pun hanya bisa menerima dan memberi pengertian kepada sang suami.

" Sayang, kalau sekarang tidak bisa. kamu lihat sendiri banyak yang harus mas periksa, " ucap Gus Varo berusaha memberi pengertian kepada istrinya.

" Ya sudah, aku pergi sendiri. aku akan pakai mobil pemberian daddy. jadi kamu tidak perlu khawatir akan terjadi sesuatu, " sahut Ning Ziya yang terlihat sudah beranjak berniat pergi meninggalkan suaminya sendirian di ruangan tersebut.

" Tidak boleh! " ujar Gus Varo dengan nada yang terdengar begitu tegas.

" Mas tidak akan membiarkan kamu pergi sendirian, " lanjut pria itu.

" Aku tidak masalah mas. kamu selesaikan kerjaan kamu dulu, " jawab Ning Ziya tetap kekeh akan keinginannya.

" Mas tidak ridho kamu pergi sendirian. kamu tidak takut dosa kalau semisalnya tetap kekeh sama keinginan kamu itu? dosa jika tidak menuruti perintah suami. mas begini karena tidak ingin kamu ada apa-apa nanti, " jelas pria itu dengan sabar menasehati sang istri.

" Kamu marah mas? " Cicit Ning Ziya dengan pelan dan entah bagaimana juga suasana hatinya berubah begitu cepat.

Gus Varo meletakkan penanya dan mulai merapihkan beberapa kertas putih yang berserakan diatas meja sebelum akhirnya pria itu memutuskan untuk menghampiri sang istri yang sudah menundukkan kepalanya sendu.

Guliran Tasbih Aldevaro [Segera Terbit]Where stories live. Discover now