chapter 24

16.3K 596 3
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.

Bulan telah memperlihatkan dirinya, gemerlap bintang ikut serta dalam menghiasi indahnya langit malam. terpaan angin pun terasa semakin menusuk kulit.

Ditengah malam ini, semua orang telah bergelut dengan selimut dan memejamkan mata mereka erat-erat.

Sama seperti wanita yang umurnya sudah hampir menginjak angka empat ini. tapi, ia terlihat tidak nyaman dalam tidurnya. seperti ada sesuatu yang menghantuinya. bahkan keringat sudah mengalir di dahinya.

" Ummah, ini aku. apa ummah tidak merindukan aku? "

" Ummah sudah melupakan aku. kalian tidak menyayangi ku lagi hingga tega menyakiti perasaan ku "

" Kalian tega! ummah jahat! kalian semua jahat! "

" Aku benci ummah! aku benci! "

" AKU TIDAK INGIN BERTEMU UMMAH!! "

" AKU MEMBENCI KALIAN SEMUA! "

" ZIYA! " Ucap Ning Kirana berteriak dan terbangun dari tidurnya.

Nafasnya terengah-engah. ia sedikit kaget dengan mimpinya yang ia dapatkan beberapa detik lalu. ia merasa ada keanehan didalam mimpinya. pertanda apa ini?

" Sayang, kamu kenapa? " tanya Gus Mahen yang ikut terbangun setelah mendengar teriakan istrinya.

" Mas, itu Ziya, " lirih Ning Kirana.

" Ziya? maksud kamu apa? " tanya Gus Mahen meminta penjelasan kepada Ning Kirana.

" Aku bermimpi Ziya mengatakan bahwa dia membenciku mas, " sahut Ning Kirana dengan air matanya yang mulai mengalir.

" Aku bermimpi bahwa Ziya tidak ingin bertemu denganku lagi, dia membenciku mas, " lanjut Ning Kirana dengan isakan tangisnya.

" Sayang tenang, Ziya tidak mungkin membenci kamu, " ujar Gus Mahen berusaha menenangkan istrinya.

" Tapi mas, aku takut "

" Tidak ada yang perlu ditakutkan sayang. kamu cuma mimpi buruk. dan kamu sendiri mimpi buruk berasal dari setan. jadi, jangan dipikirkan lagi! " tutur Gus Mahen.

" Sekarang tidur. dan setelah ini, kita harus lebih sering mendoakan Ziya," ucap Gus Mahen menuntun istrinya untuk kembali tidur setelah keadaan Ning Kirana berangsur membaik daripada sebelumnya.

Sementara itu hari yang ditunggu telah tiba. siang ini, disaat panas matahari berada dipuncak nya dan sebagian orang memilih untuk berdiam diri didalam rumah menghindari teriknya sinar matahari yang menusuk kulit mereka.

Seperti halnya mereka disini. lebih tepatnya di dalam kediaman keluarga ndalem. mereka semua tengah berkumpul untuk membicarakan sebuah hal serius.

Di dalam ruangan itu terdapat semua keluarga ndalem, kedua orang tua Gus Varo dan tak lupa seorang pria bermarga Alber yang tak lain adalah ayah dari Xavia.

" Baiklah, saya pikir kita semua disini sudah tahu apa yang terjadi dengan Gus Varo beserta Amara, putri saya, " ucap Gus Mahen yang memfokuskan mereka kearah nya.

" Sampai saat ini Gus Varo sendiri tidak memiliki bukti untuk menyangkal perbuatan nya kepada putri saya. dan seperti yang kita tahu, konsekuensinya adalah Gus Varo harus menikahi Amara, " lanjut Gus Mahen yang mendapat tatapan menyalang bak pisau tajam.

" Apa maksud anda? " tanya seorang pria bersetelan formal dengan aura tegas yang mendominasi nya, tak lain ia adalah Anthony Alber.

" Tuan Anthony, jadi seperti ini "

Guliran Tasbih Aldevaro [Open PO]Where stories live. Discover now