chapter 21

16K 573 3
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.

" APA YANG SEDANG KALIAN BERDUA LAKUKAN DISINI? BERZINA HAH! " teriak Gus Mahen dengan amarah yang sudah diujung tanduk.

" Ini bukan seperti apa yang kalian lihat, " sahut Gus Varo dengan panik dan berdiri berhadapan dengan Gus Mahen.

" Lalu apa Gus? saya melihat dengan mata kepala saya sendiri jika kalian itu sedang- " ujar Gus Mahen menjeda dan tidak sanggup untuk melanjutkan nya.

" Gus, anda salah paham! saya tidak sebodoh itu untuk melakukan hal rendahan seperti ini, " elak Gus Varo tetap kekeh.

" Mahen, diam dulu! sebelum menghakimi setidaknya biarkan Gus Varo menjelaskan bagaimana kejadian yang sebenarnya. dan redakan emosimu! jangan sampai syaitan mengendalikan nya! " titah kyai Alif.

" Astagfirullah, maaf abi "

" Kirana bawa Amara ke ndalem dan Arsha tolong tutup pintu gudang. Gus Varo ikut ke ndalem, kita bicarakan disana, " ujar kyai Alif menengahi mereka.

Beberapa meter dari mereka, seorang gadis mendengar dan melihat semua nya. dia merasa sangat hancur dan terpukul. bagaimana bisa Gus Varo menyakitinya? bukankah ia telah meminta dirinya kepada sang ayah? lalu ini apa?

Untung saja para santri sudah tidak ada yang berkeliaran lagi. jadi hanya Xavia yang tau kejadian ini selain keluarga ndalem. ia tadi berniat untuk mencari angin sebelum masuk ke dalam asrama, tetapi langkahnya terhenti karena netranya tak sengaja melihat Gus Mahen dan keluarga ndalem pergi dengan terburu-buru.

Xavia pun memutuskan untuk pergi dari sana sebelum mereka semua melihat keberadaannya.

•••

Sesampainya di ndalem, mereka terduduk diam menunggu penjelasan yang akan keluar dari bibir Gus Varo.
sementara Ning Kirana hanya bisa mengelus bahu putrinya berniat meredakan ketakutannya.

" Jadi bagaimana kronologinya? "

" Gus, wallahi saya tidak berbohong. saya ke gudang karena ada alasannya Gus, " sahut Gus Varo.

" Untuk apa ke gudang malam-malam? " tanya Gus Mahen dengan tatapannya yang mengintimidasi.

" Ning Amara menemui saya untuk menyampaikan bahwa ustadz Damar memanggil saya ke gudang, " jawab Gus Varo.

" Amara benar itu? " Tanya Ning Kirana lembut.

Sementara Ning Amara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan perasaan takut.

" Lalu sesampainya disana pintu gudang sudah terbuka tapi ustadz Damar tidak ada disana. saya melangkahkan kaki saya ke dalam, tapi tak lama Ning Amara mengikuti saya untuk mencari ustadz Damar. setelah benar-benar ada di dalam, tiba-tiba pintu gudang tertutup rapat dari luar. saya tidak mengetahui siapa yang menutup pintunya, karena saya sendiri hanya berfokus untuk memanggil ustadz Damar, " jelas Gus Varo dengan serius.

Gus Varo terdiam sejenak dan menghembuskan nafasnya pelan.

" Tak sampai disitu, tiba-tiba lampu ruangan padam. kalian pasti sudah tau jika saklar lampu nya berada di luar, jadi tidak mungkin saya sengaja melakukan hal tersebut. saya berusaha untuk berteriak dan mendobrak pintunya. tapi tidak ada hasil. saya dan juga Ning Amara tidak membawa handphone. jika saja saya membawanya pasti sudah sedari awal saya meminta bantuan. dan untuk kejadian yang kalian lihat, itu tidak disengaja. saya tidak sengaja terjatuh karena lengan saya tertarik oleh Ning Amara, " ujar Gus Varo melanjutkan penjelasannya.

Guliran Tasbih Aldevaro [Open PO]Where stories live. Discover now