chapter 19

16.4K 606 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.

Waktu terus berjalan, sang surya telah menampakkan dirinya dengan sinar yang menyorot dari ufuk timur. dan hari ini tepat didepan ndalem terdapat sebuah mobil yang bersiap mengantarkan Gus Varo menuju tempat tujuannya yaitu Jakarta demi melancarkan niatnya untuk bersilaturahmi dengan ayah dari Xavia.

" Gus Varo sudah siap nak? "

" In syaa Allah, saya sudah siap kyai, " ucap Gus Varo dengan mantap.

" Kamu sudah meminta restu ke orang tua kamu nak? " tanya Gus Mahen.

" Sudah Gus, " jawab Gus Varo mengangguk kecil.

" Ya sudah kalau begitu Gus Varo sebaiknya segera berangkat. nanti takutnya tuan Anthony terlalu lama menunggu kamu, " ujar Gus Mahen.

" Baiklah, saya izin pergi kyai, Gus dan Ning, " pamit Gus Varo dengan sopan.

" Iya nak, ummah do'akan semoga semua berjalan dengan lancar sesampainya disana. semoga Allah mempermudah niat baik kamu, " jelas Ning Kirana.

" Na'am, syukron "

" GUS VARO!! " teriak seorang gadis berlari dari kejauhan menghampiri lelaki itu.

" Xavia? " lirih Gus Varo menatap Xavia yang mulai mendekat kearahnya.

" Gus Varo sudah ingin pergi? " tanya Xavia sesuai tiba dihadapan sang empu.

" Iya, " jawab Gus Varo.

" Gus, apa saya boleh titip ini? tolong berikan kepada daddy, " ucap Xavia sembari menyodorkan sesuatu kearah Gus Varo.

" Surat? " gumam Gus Varo kecil.

" Apa boleh Gus? " tanya gadis itu sedikit sungkan.

" Nanti akan saya berikan kepada ayah kamu, " ujar Gus Varo

" Terimakasih. calon imamnya Xavia memang baik. hati-hati Gus, daddy Xavia posesif, " ujar Xavia dengan bumbu-bumbu bercanda.

" Kamu do'akan saja yang terbaik "

•••

Jakarta, Indonesia

Tak terasa sudah berjam-jam lamanya Gus Varo menduduki kursi kendaraan roda empat itu. akhirnya kendaraan  itu terhenti disebuah gedung yang menjulang tinggi dan yang tak lain adalah perusahaan milik Anthony.

Gus Varo terkesiap sejenak melihat betapa megahnya gedung perusahaan milik pria dengan marga Alber tersebut. Anthony benar-benar memiliki keahlian untuk memimpin dan menjalankan perusahaan sampai sebesar ini, pikirnya.

Apa ini semua akan diwariskan kepada xavia nanti?

" Gus, kita sudah sampai, " ucap pria yang menyandang sebagai supir pribadi keluarga ndalem itu menyadarkan Gus Varo dari rasa kagumnya.

" Iya, anda tidak ingin masuk bersama saya pak? " ujar Gus Varo sopan karena memang sang supir jauh lebih tua dari dirinya.

" Tidak perlu Gus, saya menunggu disini saja. saya tidak enak mengganggu pembicaraan Gus nya nanti, " jawab pria tua itu.

" Tapi apakah boleh saya tinggal pergi terlebih dahulu? "

" Saya baik-baik saja Gus, tidak perlu khawatir, " balas pria tua tersebut.

" Jika begitu, saya masuk terlebih dahulu karena takut terlalu lama. assalamualaikum, " pamit Gus Varo segera beranjak keluar dan masuk ke gedung bernilai milyaran tersebut.

Guliran Tasbih Aldevaro [Open PO]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin