(3) Rumor

51 30 15
                                    

Gue otw!

Setelah membaca pesan itu, Zafia yang sudah rapi dengan seragam putih abu-abunya bergegas menyandang tas kemudian menghampiri pintu kamarnya.

Oma dan Opa ternyata sudah berkumpul di ruang makan. Mereka tampak sibuk menata piring dan juga gelas di atas meja masing-masing, termasuk meja yang biasa Zafia tempati. Keluarga mereka selalu menomorsatukan agenda makan bersama. Tak jarang, Oma sering marah-marah jika mendapati meja makan masih 'kosong' saat di mana seluruh hidangan sudah tersaji di atas meja.

Zafia lalu berjalan menghampiri keduanya sambil membenarkan posisi rambutnya yang masih basah karena tidak sempat menggunakan hair dryer.

"Hari ini Zafia nggak ikut sarapan lagi nggak papa, 'kan? Temen-temenku udah mau jalan ke sini soalnya." Katanya sambil menarik selembar roti tawar dan mengolesinya dengan selai blueberry.

"Padahal Oma habis masak makanan kesukaan kamu, lho." Jawab Oma sambil menunjuk hidangan yang sudah tersedia di atas meja. Tentu saja, makanan yang dimaksud adalah tumis buncis udang dan ikan bandeng goreng-sambal kecap. Mengingat akhir-akhir ini Zafia mulai jarang sarapan pagi bersama dan hanya membawa bekalnya ke sekolah, Oma berinisiatif untuk memasukkan menu favorit cucunya itu ke dalam daftar menu masakan yang akan ia masak hari ini, dengan harapan Zafia bersedia duduk satu meja bersama mereka.

"Bekalnya udah disiapin, Ma?" tanya Opa sembari menyodorkan segelas air putih ke arah Zafia.

"Udah," Oma menunjuk kotak bekal berwarna biru tua yang diletakkan di atas meja pantry. "Tapi belum Oma isi. Oma buru-buru tadi." Katanya sambil memberikan lauk ke piring suaminya lalu menatap Zafia. "Emang kamu kenyang cuman makan roti doang? Itu loh makanannya udah jadi, tinggal dimakan aja kok nggak mau. Lagian temanmu masih lama."

"Kenyang, kok, Oma."

"Ya udah, biar Opa aja."

"Eh, nggak usah!" Zafia langsung mencegah kakeknya itu agar tidak ke mana-mana. "Biar Zafia yang siapin. Opa makan aja, ya?"

"Halah, kamu aja belum pake kaos kaki. Udah sana pake dulu sepatumu, biar Opa yang siapin bekalnya." Suruh opanya. Pria yang hanya memakai singlet dan sarung kotak-kotak itu berjalan menuju dapur. Sementara, Zafia sudah melipir ke ruang tamu setelah disuapi beberapa sendok oleh sang nenek.

TIN! TIN!

"ZAFIAAAA!"

TIN! TIN!

"UDAH KELAR BELUM PAKE BAJUNYA?! KITA UDAH DI DEPAN NIH!"

Suara Carissa membuatnya langsung berdiri, padahal sepatunya yang satu lagi masih belum terpasang. Zafia memutuskan untuk mengintip melalui jendela, dan benar saja, mobil Kenza sudah terparkir mulus di depan pagar rumahnya lengkap dengan penampakan dua anak manusia yang tampak berbarengan mengeluarkan kepala mereka dari jendela mobil—mereka saling menatap ke arah lantai dua tempat di mana kamarnya berada.

"Tumben telat?" Zafia berdiri di depan pintu sambil berkacak pinggang merasa heran. Biasanya mereka datang saat dirinya baru memakai kancing seragamnya. Itu pun masih belum memakai rok dan mengeringkan rambut. Serta, menyusun buku-buku ke dalam tas.

Kehadiran Zafia membuat keduanya spontan menurunkan pandangan mereka ke arah pintu.

Carissa langsung memasang wajah betenya. "Kenza, nih! Mandinya lama banget! Udah gitu seragamnya ternyata belum dijemput ke tempat laundry lagi! Lo tau nggak, gue harus lari bolak-balik rumah dia ke tempat Mas Izul demi seragam nih cowok!" adu Carissa sambil menoyor kepala cowok di depannya. Hal itu membuat Kenza mengaduh kesakitan dan kembali memasukkan kepalanya ke dalam.

Before My Star Falls  Where stories live. Discover now