(2) Feeling Bad

56 32 20
                                    

Ramaditio tidak sepenuhnya yakin Zafia bersedia menemuinya meskipun dirinya sampai berubah menjadi mumi karena terlalu lama menunggu. Saat sedang asik melihat para ikan yang tengah berenang di dalam kolam, tiba-tiba saja sebuah suara menginterupsinya dari belakang. Ramaditio segera menarik diri dari lamunan panjangnya dan terdiam selama beberapa saat.

"Hai."

Tanpa berbalik pun dia sudah tahu siapa pemilik suara itu. Ramaditio dibuat tidak berkedip selama beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum samar menyambut kehadirannya.

Siapa yang akan menyangka Zafia mau menemuinya pagi itu.

"Uhm, Kakak ... ngapain ke sini?"

Senyum itu mendadak lenyap tak bersisa. Wajah kikuk yang menyambutnya membuat Ramaditio berkali-kali merutuki dirinya sendiri. Seharusnya dia tidak berkunjung pagi-pagi ke rumah orang.

Gadis yang berdiri di depan itu tampak menundukkan kepala sambil memain-mainkan ujung kaosnya dengan tangan.

"Maaf ya, Kak, udah nunggu lama, tadi saya ketiduran."

Itu membuat Ramaditio semakin menyalahkan dirinya. Seharusnya dia memang bertanya terlebih dahulu jika memang ingin datang ke mari, bahkan ketika rasa bersalah itu telah bertransformasi menjadi rasa jengkel yang tidak tertahankan akibat sikap dingin yang masih dipertahankan gadis itu padanya, Ramaditio tetap tidak diberi kesempatan untuk meluapkan segala kekesalannya.

"Zafia, lo ...."

"WOY?!"

Ramaditio segera menjauhkan diri dari Zafia lalu menolehkan kepalanya ke samping.

Seorang cowok yang tampak memakai hoodie dan celana hitam selutut menatap mereka dengan ekspresi yang cukup berlebihan di balik pagar. Dia mendekat ragu-ragu sambil memainkan bola basket di tangannya. Sementara, Zafia mulai menunjukkan gestur panik sambil menggigit kuku.

"Ken."

"Hm," dia menatap Zafia sekilas, namun perhatiannya kembali tertuju ke arah orang asing di depannya. "Heh, ini–"

"HO'OH, INI KAK TIO. YANG SERING DIBAHAS SAMA RISSA ITU LOH. INGET, 'KAN? LO KAGET BANGET YA PASTI? HAHAHA."

Jangan tanyakan bagaimana reaksi mereka. Yang jelas, keduanya sama-sama syok. Zafia yang tiba-tiba meninggikan suaranya sampai membuat Ramaditio membuang muka karena tidak sanggup melihatnya.

Kenza mengerutkan kening, "Lo kenapa, sih?"

"Bukannya lo lagi sama Carissa, ya? Tadi, Rissa bilang lo mintain dia buat ke rumah lo?" tanya Zafia dengan wajah polos. Sengaja membuat cowok itu teralihkan dengan pertanyaannya sendiri.

Kenza tampak melebarkan matanya. Bola di tangannya bahkan sampai terjatuh. "Wah, berarti dia lagi di rumah gue dong? Njir, oleh-oleh dari Bandung belum sempat gue beresin lagi. Bakal ludes tuh sama dia."

Zafia langsung menepuk punggung cowok itu merasa gemas. "Dia udah pergi dari tadi tau! Lo gimana, sih!"

"Gue lupa, Zafia. Tadi habis dari tempat laundry mampir dulu ke rumah Beni beli permen."

"Ayo, gue anterin!"

"Bentar-bentar!" Kenza menahan tangannya begitu gadis itu membentuk ancang-ancang hendak lari. Dia melirik ke arah Ramaditio yang sama sekali tidak bergerak di tempatnya. "Jadi, lo yang Ramaditio-Ramaditio itu? Kita satu sekolah loh, tapi kok nggak pernah keliatan, ya?"

"Hm. Menurut lo?"

Reaksi itu rupanya membuat sepasang mata memicing tajam. Kenza memajukan tubuhnya ke depan merasa tertantang dengan cowok ini. "Hah? Apaan?"

Before My Star Falls  Where stories live. Discover now