8. Cahaya keabadian

Start from the beginning
                                    

"Lalu bagaimana kau bisa terjebak di dunia ini?"Claude bertanya, mood-nya sudah sedikit membaik meski itu tak bisa merubah ekspresi datar yang ia punya.

Langit malam penuh bintang tampak di balik jendela kaca yang tertutup rapat, Louis sendiri hanya bisa bergeming sembari menatap ke arah luar. "Kalau aku tau, aku dan kakakku pasti sudah lama kembali ke Vermillion. Anggap saja kami terjebak di tempat kuno ini"

'Kuno?'Batin Claude dengan perempatan merah di atas dahinya.

"Ngomong-ngomong, apa aku boleh kembali setelah ini? Aku harus membicarakan hal penting dengan kakak ku"ucap Louis serius, ia harus segera kembali tapi dirinya justru terkekang oleh pria aneh ini. Bagaimana cara ia mencegah keretakan langit?! Ia yang tak tau keberadaan ke empat Duke yang juga terhempas ke dunia ini merasa sangat khawatir pada sang kakak. Ia tak mungkin membiarkan kakaknya itu mengurus semuanya sendirian.

Claude menatap Louis sejenak "sepertinya kau sangat meremehkan ku huh? Tidak. Kau tak boleh pergi"Louis melotot kaget "Tapi-

"Felix, bawa anak ini ke kamar di istana ku"Felix tersenyum kaku, ia terus mengeluarkan keringat dingin melihat ekspresi datar Claude dan ekspresi penuh amarah dari Louis yang menggeram seolah siap menerkamnya kapan saja.

Pria itu segera menggendong Louis yang menggeram penuh amarah "LIHAT SAJA YA! KAKAK KU AKAN MEMBUATMU MENANGIS DI BAWAHNYA! LIHAT SAJA PEMBALASANKU!!!"teriak anak itu sembari meronta dari Felix yang entah kenapa menggendongnya terlalu kuat.

"Aku yang akan membuat kakakmu menangis jadi jadilah anak yang baik dan berhenti memberontak"Claude yang kembali meminum teh miliknya.

Dan malam itu kembali terasa hening saat Felix dan Louis meninggalkan dia sendiri di ruang itu. Ia menaruh cangkir teh itu kembali ke tempatnya, bergeming sesaat sembari memejamkan matanya dan memikirkan segalanya. Pria itu sebenarnya tengah dilanda kebingungan.

Vermillion, ia yakin ia mengingat bahwa mendiang ibunya pernah menyebut nama kekaisaran yang tak tercantum di dunia ini beberapa kali. Saat wanita yang begitu lemah itu duduk di depan piano tanpa menoleh padanya, memunggungi dirinya sembari menggerakkan tangannya memainkan melodi sendirian. Ia ingat, sebuah nada yang ibunya mainkan seolah memiliki lirik yang tak pernah dinyanyikan.

Pria itu menghela nafas panjang, membuka matanya sejenak dan terdiam saat ia menyadari ia kini tak berada di dalam istananya. Ia berada di suatu tempat penuh pepohonan, kunang kunang dan bunga yang bercahaya di dalam gelapnya malam.

Pria itu melangkah tanpa merubah ekspresinya, sulur sulur yang bergelantungan di pohon seolah menarik perhatiannya. Claude menyibak sulur sulur hijau itu, menemukan jalan penuh pohon dengan daun berwarna putih yang tumbuh di kedua sisi jalan setapak seolah menuntun sang kaisar menuju suatu tempat.

Claude bahkan tak sadar akan tabir kuat yang menutupi area itu seolah melarang siapapun masuk dengan mudah. Ia hanya terus berjalan, hingga matanya melihat sebuah peti kaca dengan sosok misterius yang terbaring di dalamnya. Peti itu begitu indah, dengan ukiran naga di bagian sisi panjangnya.

Claude menghampiri peti itu, terdiam dengan mata sedikit terbelalak saat melihat siapa yang bersemayam di dalamnya. Pakaian sederhana, lebih tepatnya sebuah hanfu berwarna putih, Surai pirang panjang yang mencapai pinggang. Bohong jika ia tak mengenal wajah itu. Wajah dari Anastacius De Alger Obelia.

Sosok kakak yang harusnya mati di tangannya setahun yang lalu. Tangan Claude tanpa sadar bergerak menyentuh pipi sosok itu, begitu hangat, lebih tepatnya panas. Seolah tidur itu menjadi penghalang dan penahan sesuatu yang tak harusnya di lepas.

Claude bergeming "kau bukan Anastacius...mana mu terlalu murni untuk si bajingan itu"Lirih Claude terpenuhi oleh konflik itu sendiri. Ia tak mengerti, matanya berkata itu adalah Anastacius, tapi hatinya berkata itu bukan.

Pria itu larut dalam pikirannya sendiri, ia tak sadar bahwa sosok itu mulai membuka mata dengan binar bening di balik mata merah delima miliknya.

GREP!

"?!" Mata Claude terbelalak, ia menatap sosok itu yang bangkit sembari menarik pergelangan tangannya dengan kasar dan membuat wajah mereka saling mendekat. "huh?" Gumam Claude saat melihat bintang di pupil mata sosok itu yang menatap lurus padanya.
.
.
.
"Berani sekali kau membangunkan tidurku. Aku tak ingat mengizinkan seekor serangga masuk"

"........"

TBC
MAMPUS ABAH MALAH LOGIN TABIR WAKTU EMEN LAGI RAGE!!!

Jadi gini, (m/n) itu punya siklus rage dan itu sama kayak Rutt. Kayak peningkatan hormon gitu lah. cuman, karena beliau ini gak punya pasangan dan takut nyelakain orang. Dia selalu masang tabir di kamarnya dan make sihir tidur buat nekan rage nya.

Karena (m/n) saat ini bukan di Vermillion, tapi di Obelia. Dia nyari tempat di hutan dan tidur di dalem peti kaca. Eh si Klod malah bangunin_-"

Mampus sih kata ku:)

Btw buah kuning?

Jangan lupa vote nya Minna (⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)

The Cursed Emperor - WMMAP x Male Reader Where stories live. Discover now