Ada Apa Dengan Jessica?

Start from the beginning
                                    

Tanpa diduga yang dilakukan Dinda ternyata membawanya pada suatu pemandangan menegangkan.

Dia menghentikan langkah ketika melihat Bumantara sedang mencekik Sisi. Secara naluri ia pun mengintip dibalik pepohonan agar mereka tak melihat keberadaannya.

Dinda melihat bagaimana Selena menyelamatkan nyawa si ratu serigala dan selanjutnya dia melihat kedatangan Galang bersama Erik.

Galang datang tanpa memakai topeng sehingga wajahnya terpampang dengan jelas. Awalnya Dinda berpikir bahwa laki-laki itu adalah Pangeran, namun itu semua terbantahkan oleh obrolan orang-orang tersebut.

Dinda akhirnya tahu bahwa Galang dan Pangeran memiliki wajah yang sama. Dan fakta itu menyeretnya pada keyakinan bahwa yang selama ini membantunya saat dalam masalah mungkin saja bukan Pangeran, melainkan Galang.

Setelah mengetahui fakta itu, Dinda kembali menemui Jeff dan menceritakan apa yang dilihatnya itu.

Jeff awalnya tak mempercayai perkataan Dinda, akan tetapi mengingat kejanggalan-kejanggalan tentang Pangeran, dia pun akhirnya percaya kepada Dinda.

"Tapi, kenapa Galang menyembunyikan identitasnya dari kita semua bahkan dari anak-anaknya dan bangsa serigala?" tanya Jeff bingung.

"Entahlah ... Apapun alasannya gue yakin Galang bukan serigala seperti yang selama ini keluarga kita bicarakan," balas Dinda.

"Pasti ada hal yang disembunyikan dari kita selama ini, Din."

"Itu pasti, Jeff."

Jeff kembali terdiam. Pikirannya melayang ke saat dirinya mencium suatu aroma ketika dirinya dan saudara-saudaranya pulang dari Sekolah waktu itu. Dan dia sempat melihat mayat gadis yang dibawa oleh Tristan.

Jeff yakin aroma tersebut berasal dari mayat gadis tersebut. Jeff juga yakin jika mayat itu sudah lama walaupun saat itu Liora mengatakan bahwa mayat tersebut adalah korban baru dari Agra.

"Gue rasa gue tahu apa yang mereka sembunyikan dari kita, Din."

"Apa?"

"Mayat seorang gadis,"

***

Galang kembali ke wilayah bangsa serigala dengan topeng yang menutupi wajah sehingga rakyatnya tak bisa mengenali bagaimana wajah raja mereka.

Langkah kaki Galang terus mengayun dengan membawa kegamangan hati saat bertemu dengan Sisi.

Perpisahan yang Sisi ucapkan seperti menancapkan duri penderitaan yang tumbuh setiap detiknya di hati Galang.

Andai saja ada keajaiban mengubah takdir, mungkin Galang akan meminta takdirnya untuk tetap bersatu dengan Sisi. Sayangnya semua itu hanyalah angan yang tak mungkin bisa dia gapai.

"Galang!"

Langkah Galang seketika terhenti. Kepala yang sejak tadi merunduk kini terangkat hingga dia menemukan dua pria berdiri di hadapannya.

"Kalian?"

***

Adhitya berjalan di belakang sepasang saudara saudari. Tatapannya tak lepas dari sosok Ali yang tampak berbincang ria dengan Salwa.

Niatnya sebenarnya ingin berbicara dengan Ali untuk meminta pria itu meninggalkan Sisi dan membiarkan kedua orang tuanya bersatu. Namun, sekarang yang dia lakukan justru malah mengikuti kemanapun Ali dan Salwa pergi di Mal besar itu.

Bukan tanpa sebab, keberadaan Salwa membuatnya tak bisa bicara dengan Ali. Apalagi gadis itu seringkali mengajak sang Kakak masuk ke toko-toko untuk berbelanja. Selain itu, Adhitya juga tak tega jika harus menghancurkan kebahagiaan Salwa setelah gadis itu merasakan ketakutan semalaman.

"Adhitya!" seruan itu membuat Adhitya mendongak. Terlihat Salwa melambai-lambaikan tangan memintanya untuk datang.

Tak berpikir lagi Adhitya pun mulia berjalan mendekati Salwa dan Ali yang sedang berdiri di depan sebuah toko pakaian.

"Ayo ikut masuk! Gue pengen beliin lo baju baru," ujar Salwa.

"Baju baru?" Adhitya terlihat terkejut.

"Iya! Kenapa sih muka lo pake kelihatan kaget gitu? Gue pengen beliin lo baju baru sebagai tanda Terima kasih gue karena lo udah bawa gue pulang semalam,"

"Tapi ... "

"Gak ada tapi-tapian! Baju lo udah buluk gini ... " Salwa berjinjit, mendekatkan wajahnya ke pundak Adhitya untuk mencium aroma pakaiannya. Setelahnya dia mundur sambil menutup hidung. "Tuh, bau banget lagi! Lo ganteng-ganteng masa bau badan?"

Adhitya ikut mencium tubuhnya dan segera menjauh saat menghirup aroma yang tak sedap.

Salwa tertawa melihat tingkah Adhitya. Wajah polos Adhitya seakan membuatnya lupa jika laki-laki itu adalah seorang manusia serigala.

"Udah, ayo! Gue bakal pilihin baju yang bakal bikin penampilan lo kayak seorang pangeran," ajak Salwa seraya melingkarkan tangannya di lengan Adhitya.

"Gue emang seorang pangeran," sahut Adhitya polos.

"Yaudah, kalo gitu gue bakal bikin lo kelihatan jadi kayak seorang raja!"

"Abang gak digandeng juga?" tanya Ali memasang wajah melas.

Salwa terkekeh geli melihat tingkah Ali. Dia pun segera menggandeng tangan sang kakak sehingga wajah kelasnya memudar. "Gue gak mungkin lupa sama lo, Bang. Kan elo yang bayarin,"

Kalimat itu seketika membuat senyum Ali hilang bagaikan terbang dibawa angin. Berbeda dengan Adhitya yang menahan tawa.

"Udah, ayo masuk!"

Salwa pun membawa dia laki-laki yang digandengnya masuk ke dalam toko.

***

Sementara itu, Pangeran telah kembali ke Rumah Jessica untuk menjaga gadis itu sesuai perintah sang ayah.

Pintu Rumah dia buka dengan lebar, langkah jenjangnya melewati ambang pintu dan berhenti ketika melihat sosok yang terduduk di lantai sambil meringis memegangi dada.

"Ayah?" Gegas Pangeran menghampiri.

"Ayah, apa yang terjadi?" tanya Pangeran cemas.

"Gawat, Pangeran! Jessica ... "

Pangeran hanya diam. Meskipun Galang tak melanjutkan perkataannya, namun dia tahu telah terjadi sesuatu pada Jessica.

Bersambung

GANTENG GANTENG SERIGALA (2)Where stories live. Discover now