Sepuluh

201 26 11
                                    

"Kami pulang.."

Yuri tersenyum menyambut keduanya sembari menyelesaikan cuci piringnya. Rumah ini memang kecil. Dari pintu utama dibiarkan terbuka hingga ke arah dapur demi memberi kesan yang lebih luas. Ia sengaja membeli rumah kecil ini hanya untuk tempat tinggal Lisa selama ada di Jakarta. Toh Lisa juga tinggal sendiri, ia merasa tidak terlalu membutuhkan rumah yang lebih besar dari ini. Jika ia sedang ke Jakarta pun, biasanya ia akan tidur satu kamar dengan keponakannya itu.

"Udah makan siang? Gimana sekolahnya?" tanyanya, begitu Lisa dan Jeonghan mendekat.

"Udah, tante.." jawab Lisa sambil mencium pipi tantenya. Sesuai kebiasaan. "Sekolahnya mah gitu-gitu aja. Pak Damian lagi-lagi cuma ngasih tugas, terus tidur deh dia di kelas.."

Yuri tertawa saja mendengar celoteh Lisa. Sementara Jeonghan baru saja selesai meneguk minumnya. Tugas prakarya milik Lisa yang ia bawa-bawa, sudah ia letakkan di atas meja samping televisi.

"Itu apa, Han?" tanya Yuri pada Jeonghan.

"Tugas prakarya punya Lisa, Tante," jawabnya sambil tersenyum. Yuri sendiri hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Oh ya, kamu beneran ga akan ikut ke Bandung?" tanya Yuri akhirnya. "Biar sekalian liburan, weekend gini loh," tambahnya.

Jeonghan menggeleng sambil tersenyum, "Saya mau belajar aja di rumah ya, Te. Bentar lagi ujian."

Ah padahal ujian masih lima bulan lagi. Memang sih, sekolahnya sendiri juga sudah mulai mengadakan try out ujian untuk siswa kelas tiga. Tapi ya gak ada salahnya juga sekali-sekali refreshing.

"Abis SMA ini, kamu pengen kuliah dimana Han?" tanya sang Tante. "Udah punya kampus inceran?"

Jeonghan mengangguk. Justru ia juga sedang sibuk mencari informasi beasiswa di Universitas Indonesia. Jujur, Jeonghan lebih ingin ke UGM, sesuai rencananya dulu bersama Jisoo. Mereka jatuh cinta pada kota pahlawan, maka mereka saling berjanji akan rajin belajar dan masuk UGM bersama. Namun, sepertinya rencananya harus ia rubah.

"Dimana?" tanya Yuri sambil tersenyum. Lisa yang mendengar keduanya segera bergabung. Ia duduk di sebelah sang tante. Lisa penasaran.

"Pengennya ke UI, Te. Ini lagi lihat-lihat persyaratan LPDP untuk S1." jawab Jeonghan jujur. Ia ingin menghargai kebaikan keluarga ini dengan bersikap lebih terbuka. Tak perlu lah sok baik dengan dalih tak ingin merepotkan, tapi sikap tak jujurnya malah akan berujung menyinggung keluarga baik ini.

"Han, kalau beasiswanya susah, bilang ya sama Tante Yuri. Uang Tante banyak kok." candanya agar Jeonghan tak sungkan.

"Padahal cari kampus di Bandung aja sih Han, ntar lo bakal sendiri lagi di Jakarta." ucap Lisa sambil masuk ke kamarnya. Rasanya ia ingin mandi, Jakarta terlalu gerah.

Jeonghan menoleh pada Lisa, menunjukkan tatapan tak mengertinya. Namun Tante Yuri yang menjelaskan.

"Sebenernya, Lisa ga bakalan lama-lama di Jakarta, paling lama juga sampe lulus SMA doang,"

"Sejak awal, kami sekeluarga memang tinggal di Bandung. Orang tua Lisa meninggal saat Lisa SMP kelas dua. Dia berubah, Lisa yang dulu jauh lebih terbuka dan ceria. Sampai pas SMA, Lisa, Tante tawarin buat pindah ke Jakarta. Yahh, buat suasana baru?" Yuri tersenyum, "Dan sekarang, Tante Lihat, Lisa udah gak terlalu murung. By the way, Tante seneng kalian bisa jadi kekuatan untuk satu sama lain."

"dan kami udah sepakat, kalau Lisa siap, dia bakalan balik ke Bandung lagi. Tante gak tega ngebiarin Lisa tinggal sendirian di kota segede Jakarta." lanjutnya.

Jeonghan sedikit terkejut, ternyata Lisa juga sama terlukanya. Meskipun hubungannya dengan orang tua tidak begitu baik. Tapi Jeonghan mengerti sakitnya kehilangan seseorang yang kita sayangi.

Senja (Lisa & Jeonghan) Where stories live. Discover now