Bab 13

2.3K 20 0
                                    

Keesokan paginya, Abel menggeliat di bawah balutan selimut tebal. matanya mengerjab beberapa kali, kemudian Abel mengusap kedua matanya secara bergantian hingga terbuka lebar dan cukup jelas pandangannya.

"Hoam . . . sepertinya tidurku sangat nyenyak tadi malam." Abel bangun dan terduduk , tangganya menggaruk rambutnya yang sudah acak - acakan seperti singa itu. hingga ia menyadari sesuatu . . !

"Sebentar. kenapa aku bisa berada di kamar? bukanya , aku sedang menunggu kak Kenan ? " Abel hanya mengingat dirinya semalam sedang menunggu kepulangan Kenan . " tapi kenapa aku sekarang berada di kamar ku ? apa aku hanya bermimpi menunggu mereka semalam ?" gumam Abel.

Abel turun dari ranjang dan langsung menuju toilet yang ada di dalam kamarnya untuk buang air kecil dan mencuci wajahnya. setelah melakukan ritual paginya di dalam kamar mandi , Abel kembali untuk membereskan ranjang. di bukanya tira gorden yang ada di kamarnya menggunakan remot kontrol. Ternyata di luar masih cukup gelap, ia menoleh pada jam yang ada di dinding kamarnya ternyata masih pukul 05.00 pagi . di tatanya bantal, guling dan selimut hingga terlihat rapih dan bersih.

"masih jam 5 ?  Wah bagus , kesempatan. aku akan mandi dan bersiap untuk menemui kak Kenan , semoga kak Kenan belum berangkat ke kampus . ya kali , kemarin gagal ketemu masa hari ini juga ."

Abel langsung menuju kamar mandi  untuk membersihkan diri dan bersiap. setelah di rasa cukup rapih dengan baju yang ia kenakan dan rambut yang ia kuncir kuda , Abel langsung keluar dari walk in closet.

Dia berjalan keluar kamar dan menunggu Kenan di tangga dekat kamar kenan. Lama berdiri mondar mandir dan tidak ada tanda -  tanda kemunculan Kenan, Abel memilih duduk dan bersandar di tepi tangga. karna bosan menunggun Kenan yang tak kunjung keluar dari kamarnya Abel memutuskan turun menuju dapur.

Di dapur banyak sekali pelayan yang tengah menyiapkan sarapan pagi ini, Abel berniat membantunya.

"Selamat pagi semuanya  . . . !" sapa Abel.

Semua yang awalnya berwajah santai mendadak menegang, mereka menunduk dan menjawab salam Abel. "Pagi nona Abelia."

"Kalian sedang masak apa? apa aku boleh membantu kalian?"

"Jangan nona, kami tidak berani. Nona adalah tuan rumah maka tidak pantas , apa lagi nona masi kecil belum saatnya berada di daput. kami takut nona kenapa - napa nantinya." tolak bik Nanik.

"Kenapa , bik ? tapi aku ingin membantu kalian , aku ingin belajar memasak !"

"sebaiknya nona Abel mendengarkan apa yang saya katakan, nanti kami yang kena tegur oleh tuan Kenan ."

"Emm . . . sebentar saja ya bik, boleh ya . . . pliss!! " Abel menangkup kedua tangannya di depan bik Nanik.

Melihat Abelia memohon, Nanik dan maid yang lainnya begitu terkejut. bagaimana bisa majikan memohon pada pelayan, sangat tidak lumrah. mau tidak mau Nani terpaksa menyetujuinya.

"Apa yang nona lakukan? tidak pantas tuan rumah memohon pada kami. baiklah , tapi non Abel hanya boleh membantu pekerjaan yang ringan - ringan dan tidak membahayakan non Abel dan hanya sebentar saja. nanti Tuan Kenan marah."

"Baiklah ! Apa yang bisa aku bantu? Oh , mengupas bawang sepertinya Abel bisa !" Abel melihat satu orang pelayan yang tengah mengupas bawang. Abel langsung mengambil pisau kecil yang ada laci , dan ikut duduk mengupas bawang di lantai.

"Non, memangnya bisa?" tanya pelayan itu.

"Nggak bisa hee he he... , mangkanya ini aku belajar mengupas bawang bersama bibi. " jawab Abel dengan senyum cengirnya.

* * * *

Kakak sepupu pelindungkuWhere stories live. Discover now