2. Settle Down, Princess

1.8K 270 20
                                    

Belum tiga jam berlalu sejak resepsi pernikahan selesai dilaksanakan, Dewa sudah dibuat geleng-geleng dengan tingkah gadis menyusahkan yang kini berstatus sebagai istrinya. Laki-laki itu memang telah menaruh curiga ketika Libby meminta 'privasi' untuk membersihkan diri. Jelas, Dewa merasa kebingungan dengan privasi yang dimaksud perempuan itu karena ia sendiri baru selesai membersihkan diri dan tak menemukan adanya masalah.

Mencoba meyakinan, Dewa memberikan jaminan bahwa lelaki itu tak akan lancang membuka pintu kamar mandi-jika memang itu skenario yang ditakutkan Libby dalam konteks pelanggaran privasi-secara paksa tanpa persetujuan istrinya.

Walaupun, jika boleh jujur, hal itu sungguh terdengar sangat konyol. Biar begitu, Dewa berusaha mengalah, mencoba mengerti isi kepala Libby dengan berkata, "I won't do anything without your consent, Libby. Abang nggak akan ngapa-ngapain, bahkan sekalipun kamu ganti baju di depan Abang. Lagian, kan, kamu juga di kamar mandi. Minta dikasih privasi bagian mananya lagi, sih?"

Akan tetapi, gadis itu masih bersikeras sehingga mau tak mau, Dewa, sembari berdecak malas, membawa tubuhnya keluar dari kamar yang telah disulap sedemikian rupa untuk pengantin baru itu.

Setengah jam berlalu, Libby tidak menyahut ketika Dewa mengetuk pintu, kesabarannya mulai terkikis digantikan amarah. Pada akhirnya, meskipun jengkel setengah mati, lelaki itu menyerah dan memilih untuk menyabotase ruangan Jo. Ia butuh seseorang untuk menemaninya mengobrol sebelum jatuh terlelap hingga berjam-jam. Bukannya membantu meredam perasaan dongkolnya, Jo malah terbahak keras saat mendapati sang teman baik berdiri di ambang pintu berhias wajah masam.

"You're mad because she failed you to hug her all night, no? We all know that it ain't because Libby didn't open the door for you, Jerkass!" Itu adalah cibiran yang Jo layangkan ketika Dewa mengadukan kelakuan Libby.

Merasa cukup kesal karena Jo yang terus menggodanya dengan berbagai tuduhan, Dewa memutuskan untuk memejamkan mata agar telinganya dapat berhenti menangkap suara temannya itu yang sangat bersemangat melancarkan aksi mengganggu Dewa.

Alhasil, di sini lah lelaki yang belum genap 24 jam mengucap janji pernikahan tersebut, terbangun di kamar Jo diiringi kesadaran yang sama sekali belum terkumpul. Dengan mata yang masih terpejam, Dewa mencari letak keberadaan ponselnya. Betapa terkejut laki-laki itu begitu melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Namun, ada hal lain yang membuat jantungnya seperti berhenti berdetak.

Sebuah pesan masuk dari Jo yang mengatakan bahwa lelaki tersebut telah bermigrasi ke kamarnya dan Libby.

What the hell does that mean?

Batin Dewa berkecamuk, kesadaran yang sedari bangun tidur tadi masih belum terkumpul secara sempurna, kini ikut memperparah kinerja otaknya yang tengah membuat berbagai asumsi-asumsi tak masuk akal. Pelan-pelan, Dewa mengumpulkan kembali serpihan-serpihan kewarasannya untuk mengambil satu kesimpulan. Namun, otaknya hanya mampu memproduksi satu asumsi tak logis.

Apa mungkin Jo sedang menemani Libby yang terlelap?

Sungguh tidak masuk akal, tapi entah bagaimana berhasil menyulut perasaan tak nyaman yang kini menyergap Dewa. Rahangnya mengeras, disusul tatapan mata sedingin suhu mutlak bernilai 0 Kelvin yang dapat menghentikan gerak partikel dalam sebuah materi sehingga tak menyisakan energi kinetik termal setitik pun.

Berniat bangkit, otot-otot Dewa justru mengendur lega kala menemukan makhluk lain tengah meringkuk di ujung tempat tidur, terlalu ujung hingga lelaki itu merasa khawatir jika gadis mungil yang merupakan istrinya tersebut akan terjatuh ke lantai.

"Jangan marah-marah, ah. Kamu udah mau jatuh tadi, ini Abang cuma mau pindahin ke tengah." Walau sedang mengomel, suara Dewa terdengar begitu halus menyapu gendang telinga Libby.

A Sip of Her Pink DrinkWhere stories live. Discover now