08

13K 784 12
                                    

Happy Reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.





Setelah makan siang selesai mereka berkumpul di ruang keluarga Prasetya. Tersisa hanya ada Arum, Sabrina dan juga Ara disana. Sedangkan Langit dan Erlangga berada di kamar pemuda itu.

"Gimana sekolah kalian?" Arum membuka percakapan. Wanita itu duduk diantara Sabrina juga Ara.

"Baik, Tan. Minggu depan Sabrina bakal ikut lomba olimpiade matematika lho. Doain ya tan biar Sabrina dapat juara satu." Ucap Sabrina dengan bangga.

Ara sudah menduga jika cewek itu akan mencari perhatian Arum. Kejadian hari ini tidak berubah. Ara ingat sekali jika Sabrina ingin membuatnya kesal di depan Arum.

"Wah, hebat sekali kamu. Tante doain supaya kamu juara satu." Balas Arum dengan senyuman tipis.

Sabrina tersenyum lebar. "Makasih tante. Sabrina bakal berusaha supaya jadi juara." Balasnya dengan begitu yakin.

Sabrina melirik Ara dengan seringai miliknya. Ia melihat Ara dengan begitu meremehkan. Ara hanya bisa memutar bola matanya.

"Kalau kamu gimana sayang? Gimana sekolahnya?" Tanya Arum pada Ara.

"Kayak biasanya Bunda." Balas Ara seadanya.

"Kamu ikut club music gak, sayang? Kamu kan suka banget sama musik." Tanya Arum penasaran.

Ara terdiam cukup lama. Music menjadi pembahasan cukup sensitif untuknya. Karena segala kehancuran nya berawal karena music.

"Nggak, Bunda." Ara tidak pernah menceritakan pada siapa pun jika saat ini ia begitu membenci music.

"Kenapa sayang?" Heran Arum.

"Gapapa Bunda."

Arum mengelus rambut Ara dengan lembut. "Kalo kamu ada apa-apa cerita sama Bunda ya sayang." Katanya penuh perhatian.

Ara tersenyum tipis. Ia menatap Arum dengan haru. "Iya, Bunda."

Sabrina mendengus melihat interaksi keduanya. Ia bertekad suatu saat ia akan menggantikan posisi Ara dan membuat Arum membenci gadis itu.

"Dek, ayo pulang." Tiba-tiba suara Langit terdengar. Kedua cowok itu datang dari arah tangga.

"Kok pulang sih Kak? Sabrina masih mau main di sini." Jawab Sabrina cemberut.

"Tante Arini telpon suruh pulang." Balas Langit. Ia kemudian menatap Ara.

"Lo juga pulang." Kata pemuda itu.

Arum mengernyit mendengar sikap Langit yang berbeda terhadap Sabrina dan Ara. Cowok itu terlihat lebih perhatian ke pada Sabrina dari pada Ara.

"Bunda, Ara pamit pulang dulu ya." Kata Ara. Ia setuju untuk pulang karena cewek itu juga harus mengambil mobilnya di bengkel.

"Yah, padahal Bunda tadinya pengen kamu nginep aja di sini." Arum menghela nafas kecewa. Padahal wanita itu sudah menyusun beberapa rencana untuk mengisi waktu luang keduanya nanti.

Queen ArabellaWhere stories live. Discover now