17 | Revan VS Nata

Mulai dari awal
                                    

Hening sesaat. Nafas mereka tertahan di paru-paru. Nata merasakan jemari Rea yang memegang kedua lengannya perlahan-lahan diturunkan. Gadis itu langsung menjauhkan wajahnya lebih dulu dan berpaling menahan malu sampai ubun-ubun, sementara Nata perlahan menegakkan tubuh, mengambil nafas, dan mengatur detak jantungnya. Antara malu, canggung, dan tidak percaya.

Sial.

Nata masih tidak menyangka dengan apa yang barusan terjadi padanya pun menyentuh bibir dengan satu jari telunjuk. First kiss? Rea mengambilnya? Gadis ini... tidak sengaja, kan?

Ruangan itu masih hening. Keduanya masih sama-sama bergeming. Sama-sama canggung. Ada tiga hal yang memenuhi benak Rea hingga membuatnya makin panik luar biasa. Pertama, Nata diam saja, apakah dia marah? Kedua, Rea berani sumpah, dia sama sekali tidak sengaja melakukan hal itu. Catat: tidak sengaja, dan tidak pernah menduga kalau dia bangun bisa menciptakan kejadian konyol seumur hidup seperti tadi. Ketiga, bagaimana Rea menghadapi cowok ini nanti?

"Lo udah enakan?" Suara Nata memecah hening dan menambah kecanggungan Rea. Gadis itu menelan ludah, mengangguk tanpa suara tanpa menoleh, masih berpaling ke samping. Dia tidak berani menatap cowok itu-

"Nih, minum dulu."

-tapi sepertinya cowok itu biasa saja, terdengar dari nadanya bersuara seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara keduanya. Nata menyodorkan segelas air mineral dari bawah kolong brankas yang baru saja ditusuk sedotan. Rea menerimanya, masih menghindari kontak mata.

"Gue ke kelas duluan, lo nggak apa-apa, kan?

"Hm, makasih." Rea berusaha mengusir jauh-jauh kejadian gila beberapa menit lalu.

"Kalo masih ngerasa nggak enakan... tidur aja. Ntar gue yang izinin nggak apa-apa."

Perhatian banget!

"Hm, udah lumayan mendingan kok."

"Kayaknya lo tadi nggak sarapan," tebak Nata. Vokalnya terdengar lugas, tidak seperti Rea yang masih menahan gugupnya. "Gue udah beliin bubur tuh. Dimakan, ya?" Nata menunjuk sekotak mika putih di atas nakas.

Rea mengangguk. "Oke, makasih." Gadis itu menyeruput airnya, berusaha melakukan aktivitas apa saja selain membuat kontak mata dengan Nata.

Senyum Nata terangkat sebelum akhirnya mundur perlahan, berbalik, dan berjalan menuju pintu kaca buram, menggesernya, dan menutup kembali setelah keluar ruangan. Meninggalkan senyap dalam ruangan itu. Setidaknya sampai pekikan heboh Rea terdengar. Perlahan gadis itu menaruh air sisanya di atas nakas sebelum membaringkan diri, menutup kepalanya dengan bantal dan memukulnya gila-gilaan.

"AAHHH! GUE PASTI UDAH GILA!!"

Dia melirik bubur pemberian Nata sekilas lalu mendesah lagi sambil menendang-nendang angin hingga seprai putih dan selimut garis-garis biru-putih yang ditidurinya berantakan. Kepalanya yang pening kini tambah pening karena dipukul-pukul oleh kedua tangannya sendiri.

"Woi, penghuni UKS! Mau taruh di mana muka goblok gue, ha?!"

Rea mendongak, menatap langit-langit UKS, seolah langit-langit itu bisa menjawabnya. Lalu menoleh ke kanan-kiri seolah bertanya pada penghuni di sana, sebelum Rea menyembunyikan kepalanya dan menendang-nendang angin lagi seperti orang berkelainan jiwa. Beruntung UKS itu sepi. Kalau ada yang menyadari dirinya saat ini, mungkin dikiranya Rea kerasukan atau mungkin akan mengira Rea sudah gila sungguhan.

•••

"Bego kata gue, teh."

"Hahahaha!"

Rea, Zara, dan Karin terbahak-bahak setelah kembali menceritakan kejadian konyol di kelas tadi. Singkatnya, di saat seisi kelas sedang serius-seriusnya mengerjai Pak Joko yang tengah mengajar untuk membuatnya pusing karena murid-muridnya berpura-pura tidak paham, justru Audrey yang paling polos dan cerdas itu membantu menjelaskan dengan raut serius. Dan sekarang mereka bertiga membahasnya lagi.

NATAREL (SELESAI✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang