17 | Revan VS Nata

49 29 11
                                    

Lapangan itu luas tanpa atap, matahari sedang terik-teriknya, sinarnya bebas menerangi lapangan hingga membuat dua murid yang masih menjalani hukuman harus rela panas-panasan. Rasanya seperti mereka kembali pada masa-masa awal bertemu selain di luar sekolah. Dan kini seolah kembali ke masa itu. Bedanya, sekarang hukumannya berlari-lari mengelilingi lapangan, sementara tempo lalu hormat pada tiang bendera.

Sesekali si gadis memperlambat langkah, lalu berhenti sejenak untuk mengatur pernapasannya, membungkuk dengan kedua telapak tangan bertumpu pada lututnya dan bernafas lewat mulut. Keringat sudah membanjiri seluruh tubuhnya. Jantungnya berdetak tidak karuan, efek berlari tanpa henti. Setelah tadi berlarian kejar waktu ke sekolah, sampai sekolah justru harus berlarian lagi memutari lapangan? Benar-benar nggak fair, pikir Rea.

Tapi yang ada di dalam pikiran Rea bukan masalah dirinya sendiri. Ada hal lain yang membuatnya terperangah-cowok yang dihukum bersamanya itu sudah berlarian melewatinya beberapa kali dengan santai, seolah sudah berpengalaman. Mungkin karena efek sering dikejar-kejar polisi karena ketahuan tawuran.

Dalam hitungan Rea, cowok itu sudah berlari sebanyak 20 putaran. Tidak terlihat kecapekan sama sekali, tidak seperti dirinya yang berhenti sejenak untuk mengatur pernafasannya. Tenaga laki-laki itu memang tidak main-main.

Rea melanjutkan larinya meski baru sepuluh putaran, sementara kini cowok yang berlari di depannya kalau dihitung-hitung sudah nyaris 30 putaran-tinggal 20 putaran dirinya dibebaskan. Bersamaan saat itu, Rea merasakan perutnya bergejolak seperti ada sesuatu yang ingin dikeluarkan, kepalanya mendadak pening, dan pandangannya berkunang-kunang, mendadak tubuhnya lemas. Kedua tangannya masing-masing meremas perut dan kepala.

Nata yang masih asyik berlari hingga semua kancing seragamnya terbuka, melihat Rea ambruk di depannya pun buru-buru menghampiri dengan raut panik.

"Rea?" Nata berjongkok cemas, menepuk-nepuk kedua pipi Rea. Wajah gadis itu terlihat pucat pasi. Buru-buru Nata mengangkat tubuhnya ala bridal style menuju ruang UKS.

•••

Aroma minyak kayu putih menusuk indera penciuman Rea. Tanpa melempar pertanyaan bodoh, dia sudah tahu kalau sedang ada di UKS. Gadis itu setengah sadar, namun belum kunjung membuka matanya. Mendengar namanya disebut-sebut, Rea harus bertahan di posisinya saat ini karena dia kenal betul suara itu.

"Sadar dong, Re..."

Ini tidak salah lagi, kan? Itu suara berat cowok yang sepuluh menit lalu dihukum bersamanya karena terlambat, kan? Cowok yang semalam tidak sengaja bertemu dengannya di lift rumah sakit, berbagi cerita pribadi masing-masing, dan berdebat konyol seperti biasa.

Lantas Rea bertanya-tanya dalam hati, apakah cowok ini yang membawanya ke sini? Pertama, jika dugaannya benar, Rea baru menyadari kalau... cowok ini ternyata baik banget! Kedua, Rea deg-degan luar biasa. Pasalnya hanya ada mereka berdua di UKS.

Nata menyadari kelopak mata Rea yang bergerak-gerak. Sepertinya gadis ini sudah sadar, tapi belum kunjung membuka mata. Wajahnya sudah tidak sepucat tadi. Hm, Nata jadi curiga kalau Rea berpura-pura.

Hening.

Rea merasa cowok itu masih di sana. Gadis itu menahan untuk tidak membuka matanya. Aroma minyak kayu putih yang membuat Rea ingin terus mengendusnya sudah hilang berganti dengan hembusan nafas pendek-pendek yang dirasa makin mendekat ke wajahnya. Jantung Rea berpacu makin cepat.

Nata memiringkan senyum dan berkata pelan, "Pura-pura, ya?"

Rea langsung membuka mata, bangkit, dan mengerang pelan. Tapi belum sempat beranjak dari brankas, kedua bola matanya membulat sempurna begitu pula dengan Nata yang masih mencondongkan badan mendekati wajah Rea-tapi justru gadis ini bangkit spontan hingga wajah mereka saling bersentuhan. Yang lebih parahnya lagi, bibir mereka saling menempel.

NATAREL (SELESAI✔️)Where stories live. Discover now