mawarmerah

0 0 0
                                    

Lana menaruh mawar merah dari Ben di atas meja makannya dan menatap bunga itu beberapa saat. dia menghembuskan nafasnya, menatap tulisan dari kertas kecil yang Ben selipkan di bunga tersebut.

maafin aku
aku pengen banget ngobrol sama kamu dan betulin semuanya dari awal lagi

Lana melempar bunga tersebut. boquet bunga yang Ben berikan cukup berat dan besar, membuat Lana sekarang menendangnya dan menginjak-injak bunga tersebut sampai tak berbentuk lagi. dia tidak perduli dengan bunga mahal tersebut, dia lebih perduli dengan hatinya yang sudah Ben hancurkan.

jam menunjukkan pukul 7 pagi, Lana berjalan dengan lesu menuju ruangannya dan menatap beberapa orang yang berlalu-lalang di rumah sakit. semalam Lana hanya tidur 3 jam, dan segelas kopi starbucks di tangannya terasa kurang mempan untuknya yang saat ini masih sesekali menguap.

"Lana"
Lana menoleh dengan malas, menatap Sarah yang tersenyum ceria "selamat pagi" sapa Sarah. Lana menghembuskan nafasnya 'masih pagi udah ceria aja nih anak' batin Lana. "pagi" jawab Lana dengan lesu. Sarah menghembuskan nafasnya dengan lega dan menyapa beberapa perawat yang masuk ke ruangan Lana. "jangan lupa... acaranya besok malam" kata Sarah, dengan maksud mengingatkan Lana soal acara ulang tahun Chris.

Lana mengangguk "iya... pakai gaun yang kemarin kita beli, kan?" tanyanya, Sarah tersenyum "iyalah! jangan lupa, dandan yang cantik" katanya seraya berjalan keluar dari ruangan Lana.

Lana merasakan pikirannya yang kacau, dia sesekali mengecek handphonenya. dengan bodohnya Lana berharap kalau Ben menghubunginya. 'apa dia pengen aku yang ngehubungin duluan?' batinnya, namun Lana cepat-cepat menepis pemikiran tersebut. dia tentu saja terlalu gengsi dan terlalu sakit hati untuk menghubungi Ben duluan, bahkan bunga mawar semalam sudah dia buang ke tong sampah apartemen.

Ben
kamu pulang jam berapa? ada waktu buat makan malam bareng?

jantung Lana berdebar kencang, di ikuti tangannya yang terasa dingin dan gemetar. dia takut, gugup dan mulai mengatur nafasnya agar lebih tenang. Lana saat ini tengah berada di kantin untuk makan siang bersama Sarah dan mendengar Sarah yang banyak bercerita.

'gak boleh! gak boleh bales pesannya' batin Lana dengan jengkel, dia sekarang menatap Sarah dan kembali memasang telinganya untuk mendengar cerita yang Sarah ceritakan. namun sekeras apapun Lana mencoba, pikirannya masih tetap kepada Ben. laki-laki itu membuatnya kepikiran sepanjang hari ini.

Ben
hei?
mau sampai kapan kamu cuekin aku?

Lana menarik nafasnya dalam-dalam "Sar, mantanku ngirim aku pesan lagi" katanya dengan jengkel, Lana sudah tidak mampu menahan rahasia itu sendirian. "apa?! mana coba sini" kata Sarah seraya merebut handphone Lana. mata Sarah melebar "cih, jijik banget! aku yang balas ya pesannya" kata Sarah dengan antusias, "iya, bebas" jawab Lana dengan cuek sambil menatap piringnya yang sudah kosong.

Lana
tolong jangan hubungin aku lagi!
aku udah move on dari kamu dan kita pun udah selesai.

Lana tersenyum kecil saat menatap pesan yang Sarah kirimkan kepada Ben lewat handphonenya. "aku block dia aja deh" kata Lana seraya memblokir kontak Ben di handphonenya, "bagus... biar kamu gak di cari-cariin dia lagi" kata Sarah. Lana tersenyum, dia sekarang memperhatikan Sarah yang tengah melahap makanannya. Lana tidak pernah menyangka kalau dia akan seakrab ini dengan Sarah. dia merasa tenang saat Sarah datang ke kehidupannya dan menemaninya di saat-saat terburuknya seperti saat ini.

Lana masuk ke dalam lift apartemen, menarik nafasnya dengan lega karena hari ini cukup berat namun dia bisa melewatinya dengan baik meskipun pikirannya sesekali teralihkan oleh Ben. laju lift terasa lebih cepat dari biasanya, dan Lana keluar dari pintu lift dengan jantung yang mendadak berhenti. dia melihat boquet bunga mawar di depan pintu apartemennya. 'pasti Ben!' ucapnya dalam hati dengan kesal, dia menelan ludahnya dan berjalan menuju pintu apartemennya sambil menoleh ke segala arah, memastikan kalau Ben tidak diam-diam bersembunyi di lantai apartemennya.

perempuan itu menatap apartemennya, terasa lebih dingin dari biasanya dan Lana mulai skeptis. mungkin Ben tidak tahu password apartemen Lana— mungkin. tetapi Lana tetap bersiaga selama dia mengecek ke seluruh ruangan di apartemennya. Ben tidak ada di apartemennya, dan Lana langsung terduduk di lantai dalam keadaan lega sekaligus lelah. dia memandangi kucingnya yang sedari tadi tertidur pulas, dan Lana langsung menaruh makanan kucing ke dalam wadah silver yang tidak jauh dari tempatnya duduk lalu pergi ke kamar mandi.

🫶🫶

Lana menatap dirinya di depan cermin, memakai lipsticknya lalu menyemprotkan setting spray untuk make upnya. Sarah akan tiba di apartemennya 5 menit lagi, dan Lana rasanya gugup. Lana mengatur nafasnya, mencoba untuk setenang mungkin dan menerka-nerka kira-kira siapa yang akan datang ke acara ulang tahun Chris.

Sarah
aku udah di bawah
buruannnn!!

Lana memutar matanya, dia berdiri dan menyemprotkan parfumnya ke beberapa bagian tubuhnya lalu membawa tas kecilnya yang hanya berisi card holder dan lipstick serta rokok. Lana menoleh lagi ke cermin, memastikan kalau dirinya rapih dan tidak terlalu berlebihan. perempuan itu sekarang keluar dari apartemennya, masuk ke dalam lift dengan nafas yang berat. 'demi Tuhan, takut banget ketemu orang-orang' batinnya, terdengar suara bell apartemen dan Lana keluar begitu pintunya terbuka.

langkahnya terhenti saat melihat Ben yang ada di depan gedung apartemen. Lana melotot, dia berjalan ke arah lain dan keluar dari pintu samping, bukan pintu utama. Lana mengatur nafasnya, berjalan ke parkiran tempat Sarah memarkirkan mobilnya dan mengetuk-ketuk pintu mobil Sarah dengan kencang.

"apa sih??" keluh Sarah seraya membuka kunci mobilnya, "ada Ben! ada Ben!' sahut Lana dengan panik seraya masuk ke bangku depan di samping Sarah dan menutup pintunya dengan kuat. "Ben? Ben mantan kamu?" tanya Sarah, Lana mengangguk cepat "cepetan berangkat!" perintah Lana dengan gemas. Sarah mengangguk cepat dan menginjak pedal gasnya untuk pergi meninggalkan gedung apartemen Lana secepat mungkin.

"HAH gila tuh orang!" sahut Lana dengan gondok, "tadi pas aku pulang ke apartemen, ada boquet bunga gede banget dari dia! dan pas tadi aku turun, dia tiba-tiba ada di depan pintu utama dong! untung dia lagi ketahan karena ngobrol sama satpam" lanjutnya. Sarah mengangguk cepat, baru kali ini dia melihat Lana benar-benar kesal. "demi Tuhan, aku takut pulang" kata Lana, "yaudah ntar malam tidur aja di rumahku" kata Sarah menawarkan. "haduh, gak enak ke kamu... aku booking hotel aja" tolak Lana sambil mengatur dirinya agar berhenti panik.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love Is In The HeadWhere stories live. Discover now