nasihatdariSarah

3 0 0
                                    

hati Lana sakit, namun dia pun sadar. semakin lama hubungan itu di teruskan, semakin besar pula luka yang harus dia tanggung. dia tidak mau menghabiskan lebih banyak waktu untuk menangisi laki-laki tersebut sebelum tidur. dia tidak mau menghabiskan sisa waktunya hanya untuk mencemaskan laki-laki yang bahkan tidak memikirkan dirinya.

siapapun perempuan yang tadi ada di layar handphone Ben, Lana tidak perduli. Lana hanya tidak bisa membayangkan berapa banyak perempuan yang berusaha untuk mendekati Ben dan Ben menerimanya dengan ramah sementara Ben dengan tega mengabaikan pacarnya sendiri. Lana tidak ingin membayangkannya lebih jauh. fakta bahwa dirinya mudah tergantikan dan mudah untuk ditinggalkan oleh laki-laki adalah hal yang tidak baru, namun tentu saja hal itu menyakitkan untuk Lana.

Lana mengenakan kaos dan celana tidurnya, dia menatap TV dan menyalakan rokoknya sambil meneguk vodka dan sesekali menghisap jeruk lemon agar Lana tidak mual. film horrornya tadi sudah selesai, dan Lana mematikan TVnya malam ini. tidak ada niatnya untuk tidur, bahkan Lana tidak mengantuk karena rasa sakit dan kacau yang saat ini menggerogotinya.

'Ben gak mau putus? dia masih cinta? GAK MUNGKIN' jerit Lana dalam hatinya dengan hati yang masih sakit, dia sekarang memandangi langit-langit kamarnya dan mengelap air matanya yang menetes lagi.

isak tangisnya malam ini menuntunnya untuk terus meneguk vodka yang mampu membuat Lana bolak-balik ke kamar mandi untuk muntah. dia sudah mencapai batas kemampuan minumnya. namun Lana tidak perduli, dia hanya ingin sakit di hatinya hilang— meskipun hanya sebentar.

🫶🫶

"mata kamu sembap" Sarah berkomentar saat mereka tengah duduk di sebuah kursi yang berada di lantai paling atas rumah sakit. cuaca hari ini cukup mendung dan dingin, namun mereka berdua tetap meluangkan waktu untuk sesekali menikmati angin dan pemandangan kota Bandung yang padat.

Lana menghembuskan nafasnya "aku semalam putusin pacarku" mendengar itu mata Sarah melebar "hah?! kok bisa?" tanyanya lagi dengan rasa tidak percaya. "ceritanya panjang... intinya memang hubungan ini gak layak lagi buat di pertahanin" jawab Lana sambil menatap langit yang berwarna abu-abu.

"dia toxic?" tanya Sarah.
"iya... dia cuek, dingin dan ketus... bertahan 7 bulan sama dia aja rasanya udah hebat banget... apalagi dia suka selingkuh" jawab Lana sambil tersenyum perih.
"hah?? terus, apa yang bikin kamu bertahan sama dia?" lagi-lagi Sarah bertanya, Lana sekarang menarik nafasnya dengan berat.
"awalnya dia baik kok... dia perhatian dan penyayang... tapi emang sifat cueknya udah melekat, aku cuman gak nyangka aja kalau dia akan keluarin sifatnya yang lain dan bikin aku merasa kesepian... dia juga pernah selingkuh, aku lihat dengan mata kepalaku sendiri" jawab Lana.

Sarah menatap Lana dengan iba dan Sarah mengerti dengan apa yang Lana rasakan saat ini.

"aku juga pernah pacaran sama laki-laki yang cuek... ku pikir laki-laki cuek itu setia, karena dia pasti bakalan nyuekin perempuan lain" kata Sarah, dia saat ini mulai menceritakan pengalamannya dan membuat Lana menoleh kearah Sarah.
"tapi aku salah... dia ternyata selingkuh di belakangku" lanjut Sarah, mata Lana melebar namun Sarah tersenyum "itulah laki-laki... mereka bisa selingkuh karena punya kesempatan... mau mereka secuek apapun ke orang dan seacuh apapun sampai kita pikir mereka gak akan selingkuh, kalau memang mereka mau dan punya kesempatan untuk selingkuh, mereka akan tetap selingkuh" lanjut Sarah sambil menoleh kearah Lana.

"lupain mantan kamu... laki-laki tuh gak bodoh, mereka tahu dengan sikap mereka itu, mereka sebenarnya nyakitin kamu... tapi, apa mantan kamu perduli? apa mantan kamu mau merubah sikapnya? enggak kan? makanya, kamu akhirnya muak dan putusin dia kan? dari situ aja harusnya kamu udah tahu kalau kamu harusnya udah putus sama dia dari awal-awal pacaran" pernyataan Sarah di balas dengan anggukan cepat dari kepala Lana.
"aku pas pacaran sama laki-laki yang selingkuhin aku itu, aku hanya bisa bertahan beberapa bulan aja... di beberapa bulan itu aku pakai waktuku untuk yakinin diri aku kalau laki-laki itu gak pantas sama aku" ucap Sarah dengan santai.
"kenapa gak langsung kamu putusin aja?" tanya Lana lagi, namun Sarah tertawa renyah.
"aku gak bisa... aku cinta banget sama dia tapi di sisi lain juga hatiku sakit... sejak saat itulah aku tetap jalanin hubungan itu, tapi sesekali aku nangis tanpa sepengetahuan dia..." jawab Sarah.
"mantan kamu gak pernah sadar kalau kamu diem-diem suka nangisin dia?" lagi-lagi Lana bertanya.
"dia pernah nanya... aku bilang aja karena mataku iritasi... dia awalnya gak percaya, tapi dia gak mau cari tahu lebih jauh— dia tahu, tapi dia gak perduli juga... bahkan dengan aku bohong kalau mataku iritasi aja, dia gak perduliin mataku" jawab Sarah sambil menggaruk kepalanya.

mereka berdua tertawa kecil, menertawakan cerita Sarah soal tangisannya di masa lalu. mereka berdua lalu terdiam, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing soal laki-laki yang pernah mereka pacari.

"kalau sama laki-laki yang ramah dan friendly? pernah?" tanya Sarah, Lana menganggukk sambil tersenyum.
"pernah... dia laki-laki yang friendly, ramah, di sukai banyak orang, humble banget... tapi kadang ada aja perempuan lain yang salah mengerti sama sikap friendlynya... itu salah itu hal yang ngebuat aku dulu suka ribut sama mantanku" jawab Lana.
"terus? kenapa bisa putus?" tanya Sarah, Lana tertawa kecil "soalnya aku capek kalau harus ngikutin energinya... dia juga posesif, apa-apa butuh validasi dan suka merengek terus manja juga... tipikal laki-laki yang gak malu buat nunjukin apa yang dia rasain— nangis dan ngerengek sekalipun" jawab Lana.

mereka berdua menghembuskan nafas mereka dengan lesu.

"aku suka bingung sama laki-laki... kenapa sih mereka begitu? bikin aku bingung dan gak tahu harus ngapain" Lana mengeluh seraya mengunyah gorengannya yang mereka beli sebelum nongkrong ke lantai atas rumah sakit.
"denger ya Lana" kata Sarah seraya membetulkan posisi kacamatanya, "laki-laki yang beneran cinta sama kamu, gak akan bikin kamu bingung... laki-laki tuh gak kayak perempuan yang complicated, mereka manusia simple yang gak mau ribet... kalau mereka beneran cinta, mereka akan tunjukin dengan perlakuan mereka... begitupun ketika menyelesaikan masalah, laki-laki itu paling tahu cara menyelesaikan masalah dengan cepat... jadi, kalau mereka malah gantungin kamu dan bikin kamu kesiksa dengan silent treatment mereka, tandanya mereka senang nyakitin kamu" jelas Sarah, wajahnya serius kali ini.

Love Is In The HeadOnde as histórias ganham vida. Descobre agora