kilasbalik LanadanBen(1)

0 0 0
                                    

Ben mengecup bibir Lana saat perempuan itu masih tidur, senyum Lana mengembang di ikuti jantungnya yang berdetak kencang. perempuan itu membuka matanya dan menatap Ben yang tengah menyandarkan tubuhnya ke sebuah kursi dan menikmati kopi paginya sambil menatap gedung-gedung pencakar langit dari jendela kamar Lana.

"selamat pagi sayang"

ucapan manis yang keluar dari mulut Ben membuat Lana tersenyum dan mendengus pelan. melihat Lana yang tampak menggemaskan membuat Ben menaruh secangkir kopinya di atas meja kecil yang ada di dekatnya dan menghampiri Lana. suara kecupan lembut dari bibir ke bibir terdengar, Lana tertawa kecil dan mengelus pipi Ben seraya menghembuskan nafasnya.

"kamu lapar?" tanya Ben, Lana mengangguk "semalam aku tidur terlalu subuh" jawab Lana. Ben tertawa gemas dan mengecup kening Lana beberapa kali "kita pesan gofood aja ya?" tanya Ben, Lana mengangguk cepat seraya terduduk di atas kasurnya dan menatap Ben yang saat ini meraih handphonenya.

"kita hari ini mau kemana?" tanya Lana yang sedang mencuci piringnya di dapur, "berenang aja yuk? udah lama aku gak berenang" jawab Ben setengah berteriak dari dalam kamar Lana. "kalau mau berenang, cari kolam renang yang indoor ya? aku males panas-panasan" kata Lana, terdengar suara dentuman wajan yang saat ini membuat Ben menghentikan kegiatannya "hmmm... aku pengennya kita ke pantai sih sebenarnya". mendengar itu Lana mengernyitkan keningnya "random banget? kita kan cuman libur sampai lusa" katanya, "iya sih... yaudah kita berenang aja terus malam ini kita dinner ya? aku reservasi dulu" ucap Ben dengan santai.

Lana menatap kolam renang seraya membiarkan dirinya terkena di jemur di bawah matahari. meskipun matahari siang ini sangat panas, Lana tetap ingin berenang ke kolam renang. Ben ingin berenang di kolam yang outdoor, dan Lana tidak mau menolaknya karena takut kalau-kalau mood Ben berubah. Ben duduk agak jauh di pinggir kolam, sibuk dengan pekerjaannya yang dia bawa di tab merk appelnya.

"ayolah Ben! berhenti sibuk sendiri dengan ipadmu dan berenang" rengek Lana seraya berjalan kearah Ben yang saat ini menaruh tabletnya ke dalam tas. "kasus klien ku kali ini seru... tidak rumit, tapi seru" jawab Ben sambil merangkulkan tangannya ke leher Lana saat perempuan itu duduk di sampingnya. "memangnya tentang apa?" tanya Lana, "perebutan harta warisan... keluarga ini bisa di bilang kaya dan anak-anaknya mempermasalahkan surat wasiat dari ayah mereka" jawab Ben, Lana mengangguk dan menghembuskan nafasnya.

"kamu pernah gak rebutan sesuatu dengan kakak perempuanmu?" tanya Lana pada Ben, "pernah... kami pernah rebutan mobil... tapi ayahku akhirnya membelikan mobil untukku supaya kami gak berebut lagi" jawab Ben. "hanya itu?"--"hanya itu" mereka terdiam lagi dan Ben berdiri, menarik tangan Lana untuk duduk di pinggir kolam.

Ben dan Lana menikmati waktu mereka, Lana merangkulkan tangannya ke leher Ben saat mereka berada di dalam air. bibir mereka saling bersentuhan dengan lembut, ucapan manis dan rayuan singkat dari bibir Ben membuat Lana tersipu dan semakin mencintai Ben. Lana mengelus rambut Ben, tersenyum manis kearah Ben yang sekarang mengelus pipinya.

"rasanya aku ingin pindah ke rumah kamu, tinggal berdua sampai kita menikah"

ucapan Lana membuat Ben tertawa, "yeah, rumahku memang nyaman sih... saudaraku kalau main ke rumahku juga bilang hal yang sama" ucap Ben seraya menatap kearah pinggir kolam. "apa kamu punya target di usia berapa kamu bakal nikah?" lagi-lagi Lana bertanya, membuat Ben sekarang menarik nafasnya "mungkin 5 atau 7 tahun lagi?" jawab Ben. "emangnya itu gak terlalu lama?" tanya Lana, Ben menggeleng "aku ingin semapan mungkin pas menikah nanti" jawabnya. Lana hanya diam, mereka berjalan ke pinggir kolam dan mengeringkan tubuh mereka di bawah sinar matahari.

"apa impian kamu di pernikahan kamu nanti?" kali ini Ben bertanya, dan pertanyaan itu membuat Lana tersenyum "impianku? menikah denganmu dan punya anak yang sehat dan baik... pulang kerja, menyiapkan makan malam untukmu dan anak-anak... bangun pagi di sampingmu, mengecup pipimu dan menyiapkan sarapan untuk kita dan anak-anak kita".

jawaban Lana tidak di balas apa-apa oleh Ben, melainkan Ben saat ini hanya diam dan menatap kearah kolam dengan raut wajahnya yang datar. tidak ada senyuman di bibir Ben, memberikan reaksi kepada Lana soal impiannya pun tidak. sedangkan Lana, saat ini dia tengah sumringah membayangkan impiannya di samping Ben tanpa menoleh ke arah Ben sama sekali.

mereka berdua tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

Lana tenggelam dalam impiannya bersama Ben, menikah dengan Ben dan memiliki keluarga yang harmonis untuk mereka berdua. tinggal di rumah yang memiliki pekarangan luas dengan kolam ikan dan halaman belakang rumahnya yang sederhana namun memiliki kolam renang dan tempat barbeque.

sedangkan Ben? dia tenggelam dalam ketakutannya.

entah apa yang Ben takutkan, entah karena pembahasan tentang pernikahan yang terlalu cepat bagi mereka yang baru menjalani hubungan selama 2 bulan atau karena dia takut dia tidak bisa leluasa mengejar karirnya ketika menikahi Lana. Ben tahu betul dirinya sendiri, dan dia adalah laki-laki yang memiliki perhitungan. menikah sesegera mungkin dengan Lana bisa saja menjadi mimpi buruknya, apalagi Lana adalah perempuan yang manja dan suka merengek. Ben takut jenjang karirnya terganggu hanya karena mengabulkan keinginan Lana.

Ben menelan ludahnya, dia menatap Lana yang seakan tidak sadar dengannya yang tengah tenggelam dalam ketakutannya. Ben tidak takut menikah, dia hanya sadar kalau dia takut menikahi Lana. Lana memang perempuan yang bekerja di rumah sakit swasta terkenal dengan gaji yang di bilang lebih dari cukup, namun sifat tidak mandiri Lana membuat Ben takut. perempuan yang seperti boneka Barbie di mata Ben itu membuat Ben was-was dan rasanya ingin menjauh dari Lana jika membahas pernikahan.

"sayang? kamu kok dari tadi hanya diam?"

pertanyaan Lana membuat Ben tersadar dari lamunannya. Ben tersenyum kecil "ayo kita pulang" ajaknya, Lana mengangguk "aku pun ingin cepat-cepat pulang... sudah terlalu sore... kan kita mau dinner" jawab perempuan itu seraya berdiri.

Ben terdiam, membiarkan Lana mengemasi barang-barang mereka dan berjalan di belakang Lana sambil terus memikirkan soal pernikahan yang barusan Lana bicarakan. Ben rasanya ingin pulang dan membatalkan rencana makan malam mereka. namun Ben tidak tega, dia tidak mau membuat Lana yang antusias merasa sedih hanya karena ketidak inginan Ben untuk membahas pernikahan.

'mungkin Lana cuman iseng ngebahas pernikahan karena dia gak tahu mau bahas apa lagi' batin Ben seraya masuk ke kamar mandi untuk membilas tubuhnya.

Love Is In The HeadWhere stories live. Discover now