027: Ciuman Pertama

4.3K 598 349
                                    

Mendadak ruang makan pengap dengan rasa canggung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mendadak ruang makan pengap dengan rasa canggung. Ramen yang biasanya lezat di lidah Nara, mendadak tidak berasa. Ia hanya mengunyah tanpa menikmati, menelan tanpa sadar hingga ramen itu tandas tanpa ada kalimat yang bertukar di antara dirinya dengan Danish.

Pria itu, yang duduk berseberangan sembari menyatap ramen buatannya adalah suaminya. Setelah dimiliki mengapa terkesan jauh dari jangkauan. Seolah ada batas tak kasat mata yang menahan Nara hanya untuk sekadar bertukar kalimat biasa.

"Makasih ramennya, Ra," ucap Danish sembari mendorong kursi makan ke belakang, berdiri. Pria itu sudah membalut badannya dengan kaos hitam, sekarang berjalan ke arah kitchen sink.

"Biar aku aja, Kak, yang nyuci." Nara bangkit membawa mangkok kotornya. Berdiri berdampingan dengan Danish di depan kitchen sink.

"Nggak apa-apa, aku aja." Danish menghidupkan keran.

"Nggak usah, aku aja."

Danish meraih mangkok Nara, "Sini, biar aku aja."

Nara menggeleng menolak mencoba mengambil mengalih keran dengan menarik ke arahnya. Namun, suaminya itu juga tidak mau menyerah, ia kembali menarik keran untuk mengeluncur di depannya.

"Kak, biar aku aja." Nara kembali menarik keran.

"Ra-" Danish menarik keran terlalu kencang, entah bagaimana bisa tiba-tiba alirannya bocor dan menyiprat ke arah Nara.

Gadis itu memekik sebentar karena terkejut, Danish buru-buru menutup keran dan mencabut tissue kemudian mengelap kemeja Nara. Tangannya terhenti kala menyadari kemeja itu jadi tembus pandang. Spontan Danish membalikkan badan.

"Maaf." Danish mengulurkan tissue di tangannya, "Ini kamu lap sendiri, ya. Maaf, nggak sengaja."

Nara menatap punggung Danish dengan kerutan tidak paham.

"Kenapa minta maaf?"

"Tadi-ehem," pria itu berdeham sejenak. Terlalu keluh lidahnya mengatakan bahwa ia melihat dalaman Nara karena kemeja itu menjadi transparan gara-gara basah.

"Kamu lupa kalau kita udah nikah, ya, Kak?"

Danish terdiam. Namun, dalam hati ia merutuki kebodohannya. Seharusnya ia membiarkan saja Nara mencuci mangkok-mangkok itu sehingga air keran tidak membasahi kemeja Nara dan membuat situasi seperti ini.

Sementara Nara yang berdiri di belakangnya seperti menemukan kesempatan untuk memperjelas apa yang tidak jelas. Entah itu gay atau karena belum move on, Nara harus menemukan jawaban pada kesempatan ini. Setidaknya ia juga bisa menagih upaya Danish untuk menghadirkan cinta di rumah tangga mereka.

"Jangan, kan, melihat ini, melihat tanpa sehelai pun, kamu berhak. Kenapa minta maaf?"

Danish merasa semakin terpojok. Mau tidak mau ia harus menghadapi situasi ini. Pria itu menghela napas sejenak, kemudian perlahan memutar badannya menghadap Nara. Ia langsung menatap mata Nara, tanpa mampir ke mana-mana.

Hello, JodohWhere stories live. Discover now