002 : Hello

4.5K 627 158
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Satu fakta yang paling menyakiti hati Nara adalah ketika tahu bahwa kucing tidak akan masuk surga. Sebagai pencinta anabul, tentu sangat melukai hati gadis yang sudah hidup bersama kucing itu sejak kecil. Dedikasinya terhadap kucing melebihi dedikasinya pada manusia.

Ia pernah puasa demi membeli makanan untuk kucing-kucingnya. Pernah masuk rumah sakit kena maag karena tidak makan berhari-hari setelah salah satu kucingnya mati diracun tetangga. Pernah hampir masuk kantor polisi karena bertengkar dengan tetangganya gara-gara kucing.

"Kucing tuh makhluk jujur, nggak kayak manusia kebanyakan boongnya."

"Jujur dari mana?" tanya Karin, salah satu sahabat Nara saat bertanya alasan kenapa Nara mau-maunya manjat pohon setinggi itu untuk menyelamatkan kucing.

"Dia kalau nggak suka sama sesuatu, pasti nggak mau. Kalau suka, dia pasti keliatan banget nyamannya. Nggak kayak manusia, di depan suka, di belakang ngomongin."

"Keknya setiap hewan gitu deh! Coba aja lu beri makan kambing ikan bandeng, juga nggak bakalan mau, Ra. Heran deh."

"Ih, beda," protes Nara.

"Lu liet tangan lu sekarang? Celaka gara-gara kucing, makan tuh kucing!" Karin beranjak dari tempat duduknya di samping bed perawatan Nara.

"Kucing kok dimakan? Kucing mah dipelihara. Mau ke mana, Kar?"

Karin yang sudah bersahabat dekat dengan Nara sejak sementer awal kuliah itu menghentikan langkah, sejenak mengembuskan napas panjang menahan kesal, "Bisa nggak sih lu berhenti panggil gue Kar? Rin, kek!"

Nara menggeleng. "Nggak mau. Kar itu panggilan sayang gue, tahu," jawabnya diimbuhi juluran lidah, terlihat menyebalkan.

Kesabaran Karin yang setipis tisu dibagi dua itu sudah sobek tidak beraturan, rasanya ia juga ingin menyobek-nyobek wajah sahabatnya itu. Namun, mengingat betapa sayangnya Karin pada Nara, ia terpaksa menyetok kembali kesabarannya yang sudah sold out.

"Serah lu dah. Gue mau ke kantin, nanti lu mau nitip nggak?"

"Nitip jodoh lo bisa dapetin nggak, sih? Capek ngejomlo mulu, kalau lagi sakit gini, rasanya pengin disayang-sayang diperhatiin."

Karin memutar dua bola matanya, jengkel. "Jodoh mulu diomongin, giliran dideketin cowok lu ilfeel terus kabur,"

Gadis itu menyambar tas dan berlalu. Sudah kebal telinganya mendengar ocehan gadis itu tentang jodoh. Baru juga 25 tahun, baru saja lulus dari S-2nya. Dibanding memikirkan karir setelah pendidikannya selesai, mungkin otak Nara lebih sering memikirkan kapan ia akan bertemu dengan jodohnya.

Nama lengkap gadis itu Naraina Danisha, wajahnya cantik, lebih ke imut dan manis. Rambutnya panjang hitam, tubuhnya tidak lebih dari 160 cm, mungkin kurang dari itu sedikit.

Banyak yang salah mengira kalau gadis itu sudah berusia 25 tahun, bahkan jika memakai seragam SMP dan mengatakan bahwa ia masih duduk di bangku SMP, orang pasti akan percaya.

Hello, JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang