024 : Hari Pernikahan

3.3K 503 51
                                    

Dekorasi dengan tema rustic wedding telah sempurna di belakang hotel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dekorasi dengan tema rustic wedding telah sempurna di belakang hotel. Rustic theme dipilih atas kesepakatan Nara dan Danish yang sama-sama menyukai kealamian dan apa adanya. Kali ini Nara menyampingkan egonya yang mencintai warna merah muda, dekorasi alami yang menonjolkan warna putih, cokelat dan hijau menjadi pilihan.

Para tamu undangan satu persatu datang dan duduk di kursi yang dihadapkan pada pelaminan, di depan pelaminan ada meja yang akan digunakan untuk mengikrarkan akad. Tidak lebih dari 40 undangan, teman dekat dan saudara saja yang menyaksikan pernikahan Nara dan Danish.

Beberapa menit sebelum acara dimulai, Danish berangkat dari rumah Marida telah sampai di hotel. Saudara Nara yang diamanahi menyambut seserahan mengatur penyabutan. Sementara di kamar hotel, papi duduk di tepi ranjang sudah berpakaian rapi, termenung sembari menatap jarum jam yang terus berputar menuju angka sembilan pagi.

"Dek, hari ini putri kita akan menikah. Tolong kuatkan aku untuk melepaskannya," lirih papi menahan perasaan emosional yang setiap detik semakin campur aduk. Sungguh berat hati seorang ayah untuk melepas putri satu-satunya menikah.

"Papi?" panggil Nara dari arah pintu.

Perlahan papi membalikkan badan, spontan berdiri saat melihat putrinya telah cantik dengan kebaya klasik jawa berwarna putih tulang yang dilengkapi ornamen bros sungsun keemas an di tengah dada, kepalanya dibalut hijab yang tak meninggalkan sanggul dan cundhuk mentul serta centhung berwarna perak. Meski tanpa paes, riasan Nara mempertahankan nilai adat kejawaan dengan menambahkan citak pada dahi dan ronce melati pada sanggul yang diulur ke depan berhias bunga mawar merah asli.

"Anakku..." Papi langsung menangis tidak percaya, merinding seluruh tubuhnya melihat sang putri telah siap diakad oleh pria pilihannya.

"Papi, jangan nangis. Nanti make up Nara luntur," pinta Nara melihat reaksi papi yang sangat menyentuh dan mengharukan, mengibas-ngibas matanya yang turut panas.

Papi menarik napas panjang, mengusap air mata dengan sapu tangan. Papi mencoba menegarkan diri demi hari bahagia sang putri. Kakaknya, budhe dari Nara menepuk-nepuk bahu papi untuk tetap tegar. Pernikahan akan segera dilangsungkan, para tamu sudah hadir, begitu juga Danish yang sudah duduk tegak di meja akad.

"Anak papi cantik, cantik sekali."

Nara mengangguk sembari tersenyum haru.

"Papi menemui calon suamimu, ya. Menikahkanmu dengannya."

Nara kembali mengangguk, kini sembari menahan air mata. Kemudian gadis itu meraih tangan kanan papi, mengecupnya dengan lama sebelum mereka berpelukan. Tak lama papi keluar dari kamar dan turun ke tempat acara. Meninggalkan Nara bersama Marida dan Dinda di dalam kamar, menunggu ijab kabul.

Memakai beskap berwarna putih tulang, berblangkon cokelat yang senada warnanya dengan jarik yang dipakai, Danish duduk tegak menghadap papi yang baru saja tiba. Sepanjang penghulu memulai acara ijab kabul, papi menatap Danish dengan tatapan saksama. Di depannya adalah pria yang akan menjadi suami putrinya, yang akan menggantikan posisi papi sebagai pelindung dan pengayom sang putri.

Hello, JodohWhere stories live. Discover now