chapter 43

16.7K 465 1
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.


Rangkaian acara pernikahan Ning Ziya dengan Gus Varo telah usai satu hari yang lalu. pernikahan yang meninggalkan kesan mengagumkan pada setiap mata yang melihatnya. setiap momen pun mereka abadikan dan tak terlewatkan sedikitpun.

Sekarang seluruh keluarga telah berkumpul di penthouse milik Anthony. pagi ini mereka semua telah berjejer di ruang makan yang tersedia disana. jika dilihat-lihat, ruang makan tersebut bahkan tidak cukup untuk menampung semua anak Adam yang ada disana. beberapa dari mereka yaitu lebih tepatnya para anak muda memilih untuk makan di ruang tamu dan membiarkan para tetua menguasai ruang makan yang bergaya minimalis tersebut.

" Arsha, tolong bantu kakak untuk membawa beberapa makanan ke ruang tamu, " ucap Ning Ziya meminta tolong.

" Yang mana kak? " tanya Gus Arsha dengan kepalanya yang celingukan menatap berbagai macam masakan didepannya.

" Sudah kakak siapkan di pantry "

" Jadi bukan yang ada di meja makan itu? " tanya Gus Arsha memastikan ucapan kakak perempuannya.

" Bukan, " jawab Ning Ziya singkat.

" Amara bantu bang, " sahut Ning Amara yang ikut bergabung dengan mereka.

" Boleh. biar cepat selesai "

Kedua adik kakak itupun mulai saling membantu untuk memindahkan beberapa makanan yang akan menjadi sarapan mereka pada hari ini. Ning Amara terlihat kesusahan membawa sepiring lauk-pauk dan satu mangkuk sop buntut yang berukuran agak besar.

" Amara, jangan terlalu banyak membawa makanan! letakkan piringnya dahulu! nanti jatuh, " ujar Ning Ziya menginterupsi adiknya.

" Kenapa kamu membawa yang susah-susah? semisal nanti jatuh kita tidak jadi sarapan. memang mau? " sahut Gus Arsha.

" Maaf, Amara pikir supaya cepat selesai. makanya Amara membawa dua sekaligus, " jelas Ning Amara.

" Ya tidak yang besar juga adikku, " ujar Gus Arsha menatap jengah kearah adik bungsunya.

" Iya Amara bawa sop buntut nya saja, " jawab Ning Amara sembari mulai berjalan menuju ruang tamu meninggalkan kakak laki-laki nya disana.

Sepeninggalan kedua adiknya, Ning Ziya melanjutkan kegiatan menyeduh teh hijau yang niatnya akan disajikan kepada para orangtua setelah mereka menyelesaikan sarapan.

" Suami kamu kemana sayang? " tanya Ning Kirana mulai menghampiri Ning Ziya.

" Daddy tadi pagi mengajak suami aku lari-lari di taman sekitar, ummah "

Memang tadi pagi sekali sekitar pukul setengah enam, Anthony menemui Gus Varo untuk diajak berolahraga. Anthony memang sudah terbiasa melakukan kegiatan tersebut di pagi hari. mungkin kali ini Anthony ingin lebih mengenal pria yang sudah merangkap menjadi menantunya dan melihat seberapa bagus fisik yang dimiliki oleh pria itu.

Sementara itu, orang yang dibicarakan baru saja menginjakkan kakinya memasuki penthouse dan kedua pria berbeda umur itu langsung menuju dapur untuk menghilangkan rasa dahaga yang menyerang tubuh mereka.

" Sweety, " panggil Anthony ketika melihat sosok putri kesayangannya disana.

" Daddy, mas Ghazi, " gumam Ning Ziya sembari memusatkan pandangan nya kepada mereka.

" Sebentar, aku ambilkan minum terlebih dahulu, " lanjut Ning Ziya.

Tangan Ning Ziya mulai tergerak menuangkan air putih dingin yang baru saja diambil olehnya dari lemari pendingin di pojok sana kedalam dua gelas kaca yang ada didepannya sebelum dimana akan diberikan kepada kedua laki-laki yang amat disayanginya.

Guliran Tasbih Aldevaro [Segera Terbit]Where stories live. Discover now