7 | Ponsel Keramat

82 48 17
                                    

Hari ini adalah hari pertama Rea diantar Irfan ke sekolah. Biasanya Rea memilih naik taksi karena Irfan yang akhir-akhir ini super sibuk memilih berangkat lebih pagi dari Rea. Irfan dengan semangat membukakan pintu mobil untuk putrinya. Padahal Rea bisa sendiri, dan yang ke dua, takut-takut ada yang melihat dan mengira Rea anak manja, walaupun fakta.

"Udah, Daddy pulang sana," usir Rea begitu sudah keluar mobil. "Inget pesan Rea tadi, jangan genit-genit lagi sama cewek. Awas."

Irfan hari ini cuti bekerja. Jadi pakaiannya bebas. Kaos oblong putih dibalut jaket hitam kulit, celana robek-robek, dan sepatu converse putih, mirip remaja-remaja seumuran Rea. Penampilannya selalu tidak tanggung-tanggung. Rea pernah protes, namun tidak Irfan setujui karena baginya itu sudah menjadi kebiasaannya yang tidak bisa ditinggal.

Irfan mengelus kepala anaknya, sebelum jatuh ke pundak dua kali. "Belajar yang bener, ya?"

Satu anggukan. Tidak ada dua detik, suara teriakan beberapa siswi membuat atensi Rea dan Irfan otomatis teralihkan. Beberapa siswi menghampiri mereka, lebih tepatnya mengerubungi Irfan hingga tubuh Rea tergeser, otomatis gadis itu mundur karena tidak siap dengan serbuan itu. Untung saja Rea bisa menjaga keseimbangannya. Kalau tidak, mungkin dia diinjak-injak.

"Woi, lo pada apa-apaan, sih?!"

Meski kesulitan, Rea masih berusaha menggapai tangan ayahnya dengan raut geram. Dan dia berakhir terhuyung keluar dari kerumunan. Sekitar lima belas anak dengan genitnya meminta kenalan Irfan, meminta tanda tangan, username IG, nomor WhatsApp, bahkan ada beberapa yang mengira Irfan guru atau murid baru-seolah pengakuan Rea bahwa dia adalah anaknya tadi hanyalah angin lalu.

Irfan terlihat tertekan sambil menatap Rea, meminta bantuannya. Rea yang di belakang mereka hendak membelah kerumunan lagi, tapi kesulitan karena terdorong sana-sini diiringi kebisingan masing-masing.

"MINGGIR LO SEMUA! ITU BOKAP GUE! JANGAN SENTUH-SENTUH!

Seolah tuli, anak-anak itu tetap meriuhkan suasana memperebutkan Irfan, seolah dia adalah sembako gratis, atau berlian yang berharga, atau (lagi) pangeran yang turun dari kayangan. Mereka saling dorong-dorongan, geser-geseran hingga akhirnya terdengar suara peluit satpam sekolah dan suara Bu Wening-selaku guru matematika-dengan tepukan tangannya, mengomando beberapa siswi itu agar bubar.

Perlahan kerumunan itu mulai merenggang dan bubar. Irfan dan Rea bernafas lega. Bu Wening berdecak pelan dan geleng-geleng kepala sewaktu mengetahui siapa dalang di balik semua ini. Otaknya langsung ingat dengan wajah familiar Irfan.

"Mohon maaf ya, Pak, dikarenakan kehadirannya Bapak di sini... banyak murid saya yang jadi berisik. Jadi tolong... mohon pengertiannya, ya, Pak, dan Rea. Sebaiknya Bapak sekarang alangkah baiknya pulang saja karena bisa mengganggu aktivitas belajar murid-murid yang lainnya di sini." Suara Bu Wening terdengar tenang, namun tegas dan penuh penekanan membuat Rea dan Irfan saling bertukar pandang.

Raut Rea yang masih setengah panik itu mengedikan dagu ke arah mobil, meminta agar Irfan segera pulang sekarang juga. Merasa tidak enak dengan Bu Wening. Akhirnya Irfan pamit pulang dan meminta maaf dengan senyuman ramah khasnya.

"Andrea, kamu ikut saya sebentar."

Satu kali ini saja. Semoga hanya hari ini, besok-besok Rea tidak akan menerima ajakan Irfan untuk diantar. Rea kapok. Awalnya, dia kira sampai sekolah akan baik-baik saja. Ternyata, semenjak Irfan keluar mobil tadi malah nyaris merobohkan parkiran. Berakhir Rea berhadapan dengan Bu Wening di ruangannya. Sekedar dikasih peringatan kecil walaupun hal ini bukan tanggung jawabnya.

•••

"Apaan, sih, basi banget?"

Gadis itu membersihkan isi lokernya, meremas secarik surat dari dalam loker yang baru saja dibaca, melemparnya masuk tong sampah dekat loker. Sebuah surat murahan dan tidak masuk akal. Rea tahu surat yang berisi puisi itu adalah puisi yang dijiplak dari karya Kahlil Gibran, dan terselip kata-kata jiplakan entah dari mana lagi.

NATAREL (SELESAI✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang