02

49 5 0
                                    

“Hei! Lo!” tegur Orion yang memberanikan diri menghampiri gadis bernama Stevy yang sedang terburu-buru itu. “Lo cewek centil anak pesantren itu, kan?” tanyanya sembari menghalangi jalan Stevy.

Stevy menatap Orion dalam beberapa saat. Setelahnya mengacuhkannya. Dia tidak terlalu peduli pada pria itu. Lagipula, dia juga lupa-lupa ingat dengan sosok yang ada di hadapannya saat ini.

“Minggir! Aku sedang buru-buru.”

“Enggak bakal! Sebelum lo mau tidur sama gue!”

Mata Stevy seketika membulat sempurna. Bahkan tangannya tanpa sadar langsung menggampar lengan Orion dengan buku bervolume besar di tangannya saat ini hingga Orion meringis dan kedua temannya yang menontonnya dari jauh menatapnya tidak percaya seraya tertawa terpingkal-pingkal. Tidak menyangka jika ada cewek yang akan berani melakukan hal demikian pada Orion yang tampannya sejuta umat itu. Meski agama dan akhlaknya mines.

“Kamu gila, ya?! Dasar cabul! Aku bisa melaporkan kamu atas dugaan pelecehan seksual. Lihat saja nanti!” sembur Stevy menggebu-gebu.

Dia yang sedang terburu-buru itu bahkan tidak memikirkan apa-apa lagi selain menumpahkan kekesalannya pada Orion karena telah berkata demikian padanya dan menghalangi jalannya.

“Hei! Hei! Lo berani sama gue?” tantang Orion.

“Ngapain takut? Emangnya kamu siapa? Hanya orang stress yang tiba-tiba menghalangi jalan orang dan berkata yang aneh-aneh. Minggir sana! Aku harus masuk kelas!”

Stevy melangkah cepat dan pergi dari sana meninggalkan manusia aneh itu.

“Sial!” umpat Orion sangat kesal sembari memegang lengannya yang masih terasa sakit atas pukulan dari Stevy dengan mata menatap kepergiannya. “Dasar cewek bar-bar! Centil! Menyebalkan!” teriaknya lagi, semakin membuat kedua temannya itu tertawa terbahak-bahak bahkan sampai memegang perutnya.

Orion mendengus kasar. Dia melangkah kembali kepada kedua temannya dengan perasaan kesal yang masih tertancap di dada.

Menurutnya, berani sekali gadis itu melakukan hal demikian padanya. Padahal semua perempuan antri untuk bisa memiliki dirinya dan mau tidur dengannya.

“Hahaha. Yon, Yon. Ternyata tampang malaikat lo sama sekali enggak bermanfaat di depan bidadari,” ejek Dicky yang sama sekali tidak berhenti tertawa. “Payah lu!”

“Ck! Diam lo!” sentaknya, masih sangat kesal. “Ini masih permulaan. Cewek centil itu pasti akan merangkak di bawah kaki gue dan dengan sendirinya menyerahkan tubuhnya pada gue! Itu janji gue dan suatu hal yang pasti akan terjadi!”

Dicky dan Leo saling pandang seraya geleng-geleng kepala. Tidak mampu mengucapkan apapun lagi jika Orion sudah berkata demikian. Bahkan Orion nampak sekali sangat dendam dan tidak akan berhenti sebelum memiliki gadis itu.

“Terus apa rencana lo untuk dapatin dia?” tanya Leo, ikut penasaran sejauh mana Orion bisa berjuang.

Sebab menurutnya, gadis itu sama sekali tidak akan tergoda dengan Orion. Kecuali dia cewek yang hanya terlihat alim di luar, tapi meresahkan di dalam.

“Lihat saja nanti. Dan tugas lo, cari tahu semua hal tentang dia. Gue enggak mau tahu. Pokoknya segala informasi soal dia, harus lo dapatin, bagaimana pun caranya.”

Tarbiyah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang