18. Meet him

2.9K 255 55
                                    


Kala Queen masih memerhatikan salju yang lebat, mobil yang Kenan kemudi kini terlihat mendekat kearahnya. Pria itu sudah pulang. Kenan mengernyit saat melihat gadisnya yang berdiri diluar dengan pakaian tipis, ia menggeram sedikit, sudah berapa lama gadis keras kepala itu berada di luar?

"Queen" Kenan menyentak tubuhnya sedikit kasar, pandangan kosong gadis tersebut kini buyar. Ia lantas membelalakkan mata kala menatap Kenan yang kini berada di hadapannya, seraya membawa beberapa kantong plastik yang entah apa itu

" Kenan-"

" Sudah berapa lama kau diluar huh? Kau ingin sakit? Aku dapat dengan mudah membuatmu sakit, tidak perlu mati kedinginan seperti ini!" Ujarnya memotong perkataan Queen, bibir gadis itu terkatup. Tubuhnya sedikit gemetar dan itu bukan karena kedinginan, namun perkataan Kenan yang terdengar emosi, ia ketakutan

" Ma-maaf. Aku tidak bermaksud, aku hanya menikmati salju yang turun- ini..indah"

Kenan terdiam, pria itu tak membalas apapun. Queen lantas menundukkan kepala, keduanya bagai seorang ayah yang sedang memarahi anaknya. Lalu sebuah pelukan dapat ia rasakan, Kenan memeluknya dengan erat

" Aku tidak dapat berkonsentrasi mengemudi. Kau benar-benar telah mengisi fikiranku. Sudah ku bayangkan hukuman apa yang akan kau terima jika kau melarikan diri dariku. Memotong kakimu, misalnya"

Ia menelan ludah, tak menjawab. Kenan mengecup dahinya dengan lembut lalu menarik Queen kedalam, " Gadis baik, aku akan memberimu satu permintaan karena kau sudah patuh hari ini. Ayo, kita kedalam"

Satu permintaan?

****

Kedua nya kini berada di dapur. Kenan terlihat sibuk meletakkan beberapa bahan masakan, sepertinya pria itu baru kembali dari  toko grosir, yang berarti ia baru saja dari kota.

Tidak tahu harus melakukan apa, ia hanya terdiam bak patung seraya memerhatikan pria tersebut. Kenan menolehkan kepala, dan tersenyum kecil kala gadisnya memerhatikan dirinya, " Kemarilah, aku membawakan eskrim dan cotton candy untukmu"

Cotton candy

Ingatannya kini terpatri pada kejadian di Amusement park beberapa waktu lalu, kala ia menginginkan cotton candy dan membelinya, hari dimana ia bertemu dengan Kenan

dan pakaian badutnya yang ia benci

" Kau tidak ingin, sayang?" 

" Aku ingin, tetapi tidak sekarang" 

Penolakan halus tersebut tidak membuat ia pusing. Kenan lalu menaruh makanan ringan untuk gadisnya di dalam kulkas. Tanpa sengaja pandangan Queen tertuju kepada beberapa makanan sisa yang Kenan terus di container.

Daging, Kenan menyimpan daging Hans dan polisi-polisi tersebut didalam container untuk di makan kembali. 

" Kenan" panggil Queen lembut, perhatian Kenan kini tertuju padanya, " Ya, sayang?"

" Aku sudah menjadi gadis baik- bukan?" ujarnya dengan nada lirih. Kenan menutup pintu kulkas sedikit kasar, mengerti kemana arah pembicaraan gadis itu kali ini, " Ya sayang, kau sudah patuh untuk tidak melarikan diri dariku. Ada yang kau inginkan?"

Mata Queen tidak lepas dari pintu kulkas yang telah tertutup, lama ia terdiam, Kenan lantas mengatupkan bibirnya saat mendengar permintaan Queen.

" Kumohon, kubur Hans dan polisi-polisi tersebut di tempat pemakaman umum. Aku tidak akan kabur, aku tidak akan lari, aku hanya menginginkan itu. Hanya itu"

" Queen-"

Tidak ada yang mengerti betapa hancurnya ia saat ini, Memohon kepada Kenan pun terasa percuma. Queen tahu permintaannya justru akan memperburuk keadaan, tapi ia tidak peduli walau pria itu akan menyakitinya untuk mengabulkan permintaannya ini.

" Apa yang akan kau beri jika aku mengabulkannya?"

" Kenan, kau sendiri yang mengatakan bahwa aku sudah menjadi gadis yang patuh. Kumohon, aku tidak akan melakukan apapun, aku tidak akan lari lagi. Tetapi tolong kuburkan mereka dengan layak" pintanya menangis. Kenan tersenyum kecil, lalu merengkuh dagu Queen dengan lembut, " Jika itu bukan kau, aku akan merobek mulut siapapun yang berani memerintahku ini, mengerti sayang?"


****

Queen menatap kesebuah gundukan tanah tanpa nama yang terletak di pinggir Markleeberg. Ia menangis tanpa suara, ini bukanlah masa depan yang ia impikan, ini bukanlah hal yang ia inginkan. Bahkan tak terpikir sedikitpun bahwa Hanzel akan mati mengenaskan dan tragis seperti ini. Bahu nya bergetar, Kenan mendengus kala tahu kekasihnya kembali menangis, menangis seonggok daging itu.

" Hentikan tangismu, kau tak pantas menangisinya, airmatamu terlalu berharga bahkan hanya untuk mayat seperti dia-"

" Kau juga seharusnya berterima kasih padaku Queen. Aku sudah mengabulkan keinginanmu bukan?" lanjutnya menyeringai, pelukan erat dapat ia rasakan kala Kenan menaruh kedua tangannya di pinggang gadis itu. Di hadapan makam Hanzel, Queen menjeritkan batinnya dalam diam. Tidak sudi jika Kenan menyentuhnya seperti ini, pria itu justru semakin berbuat lebih, menciumi lehernya beberapa kali walau ia tahu bahwa Queen masih menangis tanpa suara

" Queen- aku menginginkanmu, untuk hidup bersamaku"

" Hentikan kumohon, berhenti" ujarnya mengerang, senyum yang terpatri di bibir Kenan terulas, menyeringai. Ia mendorong tubuh Queen hingga menabrak sebuah pohon besar, gadis itu mengerang, dan tubuhnya memberontak kala Kenan memaksanya untuk berciuman diantara makam-makam tersebut, dan tepat di hadapan makam Hanzel yang masih basah

" Kau paling tahu bahwa aku tidak segan membongkar kuburan keparat itu dan membuang mayatnya ke dalam hutan liar. Kau paling tahu aku dapat melakukan itu semua Queen" 

" GUNAKAN PERASAAN MU SEDIKIT! AKU SEDANG BEKABUNG SIALAN" jeritnya terisak, Kenan menghiraukan itu, ia lantas memaksa Queen lalu menciumnya dengan kasar dan penuh amarah. Tidak ada yang pernah seberani ini, tidak ada yang pernah sekeras kepala ini, Queen sangat hebat dapat membuatnya menjadi pria sabar dalam menghadapi gadis keras kepala tersebut.

" HENTIKAN!"

" Menurutlah sayang, aku tidak segan akan memperkosamu disini"

" Kenan" Pria itu diam, tidak memaksanya seperti tadi. Namun ia tidak melepaskan cengkeraman di pergelangan tangan Queen hingga gadis itu bertaruh bahwa itu akan meninggalkan bekas kebiruan, " Kenan- aku sudah mengatakan padamu aku tidak akan lari. Tolong jangan membuatku takut padamu lagi"

" Jika membuatmu takut dapat membuatmu patuh padaku, maka aku tidak segan membuatmu trauma setiap hari sayang. Jadi berhentilah memberontak dan cukup diam "

" Hey... Apakah ada orang disana?" Suara seorang lelaki entah berasal dari mana terdengar, mereka berdua lantas melihat ke arah sumber suara begitu pria tersebut mendekat dan menatap mereka berdua dengan tatapan penuh ingin tahu, " Hey.. Apa kalian warga Markleeberg?"

Mereka berdua lantas terdiam, baik Queen dan Kenan, kedua nya tidak bersuara. Namun Queen merasakan pergelangan tangan Kenan menguat, mencengkeramnya dengan erat, seolah mengirimkan sinyal bahaya dan ancaman

Pria tersebut mendekat, senyum ramah terpatri dibibirnya itu, dapat Queen lihat bahwa pria tersebut terlihat nyaris seumuran dengan Kenan, entahlah, ia hanya menebak saja

" Jangan menatapku seperti itu, kawan. Ah, perkenalkan- aku  Alberto Samuel, aku seorang dokter yang baru saja dipindah tugas dari Greenland" ujarnya memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan, terlihat seringai kecil tercetak di bibir Kenan yang dingin, ia lantas menyambut uluran tangan itu dengan erat, " Selamat datang di Markleeberg, Dokter-" ia menggantungkan ucapannya tidak tahu harus memanggil pria asing ini dengan nama apa

" Sam, cukup panggil aku Sam saja" 

Kenan kembali menyeringai, " Tentu Dokter Sam, selamat datang. Aku Kenan dan ini kekasihku, Queenie. Mau mampir kerumahku?"




Samuel dan Kenan akhirnya ketemu hahaha. bagi yang belum tahu Samuel siapa, silahkan baca Pieces of Obsess di part Charlotte yaaaa, karena itu ada hubungannya;)

Bagimana? Suka? Tinggalkan jejak dan komentar!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

C L O W NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang