The Goofy Chaplin, itulah sebutannya. Lelaki tinggi berkostum formal yang bekerja di salah satu taman hiburan sebagai badut sulap. Tidak ada yang tidak menyukai orang ini, dengan senyum yang penuh pesona dan sapaan yang ramah, membuatnya diangkat me...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kenans House
Sakit
Itu adalah kata pertama yang ada difikiran seorang lelaki muda terhadap seorang gadis yang tertidur. Ia merasakan suhu yang tidak normal terjadi di kening sang gadis, hingga membuat Kenan menghela nafas lalu terdiam. Tidak tahu harus melakukan apa kepada orang yang sedang sakit
Terakhir kali ia sakit, ia berjalan sejauh 10 kilometer setelah memakan daging dan sembuh. Bila ia melakukan itu, tentulah Kenan tahu bahwa ia justru memperburuk keadaan. Tak lama ia mendengar langkah kaki yang menggema hingga kian mendekat, Kenan mendengus saat Luca dengan seenaknya membuat kopi yang ia racik dengan susah payah
" Mencuri kopiku lagi, aku akan memotong lidahmu" Luca terkekeh, sepertinya hanya ia yang tahu bahwa pria disebelahnya memanglah pecinta kopi, " Ada apa dengan gadis itu?"
" Demam, sangat panas. Haruskah ku taruh ia diluar?"
Luca memutar bola matanya malas, malas menanggapi perkataan tolol yang keluar dari bibir temannya ini, " Jika kau ingin dia mati, silahkan. Suhu diluar mencapai 4 derajat sekarang"
" Maka dari itu, bukankah lebih baik bila aku menaruhnya diluar? Agar panasnya menurun"
" Tidak seperti itu cara menyembuhkan orang sakit, bodoh. Buatkan ia makanan tanpa daging, dan beri ia paracetamol"
Bertahun-tahun lama nya Kenan hidup menyendiri. Hingga ia benar-benar buta bagaimana cara menyembuhkan orang yang sedang sakit. Ibunya yang seperti bajingan telah mati, sementara ayahnya pun entah kemana meninggalkannya sejak ia lahir, Kenan menghela nafas, lalu membuatkan sup kentang dengan irisan wortel, telur dan roti
Luca mengalihkan tatapannya, kembali melihat sang gadis incaran Kenan yang tertidur gelisah. Ia menggelengkan kepala lalu beranjak mengikuti temannya yang sibuk memasak didapur
" Bagaimana kabar gadismu?"
Pertanyaan itu sontak membuat Luca terdiam, pandangannya berubah. Sulit untuk menebak apa yang Luca pikirkan, namun satu kata yang keluar berhasil membuatnya turut mengatupkan bibir
" Pregnant"
***
Sinar matahari yang menerobos sela-sela kayu yang tertutup berhasil membangunkan Queen dari tidur panjangnya. Ia mengerang dengan pelan, merasakan pening yang dahsyat di kepalanya itu. Kenan yang senantiasa menantikan gadisnya bangun lantas memberikan segelas air
Queen menatap air di dalam gelas tersebut, melihat keraguan yang timbul. Kenan meminumkan sedikit lalu memberikan gelasnya kembali, " Air, aku tidak akan membunuhmu Queen"
Tegukan air menjadi satu-satunya sumber suara yang ada di kamar ini. Queen terdiam, berusaha mencerna apa yang terjadi sebelumnya. Hingga ia mengingat kepingan darah serta potongan tubuh yang di panggang dengan lumeran saus buatan membuat Queen mengeratkan selimut yang ia genggam