1. jadi kita

112 42 14
                                    

haii, selamat membaca.

.

Seorang gadis cantik nan bertubuh mungil itu, Tara Anagata. Terlahir dari keluarga yang cukup terpandang namun, ia tak cukup beruntung dalam keharmonisan keluarganya.

Tara dan orangtua nya selayak orang asing, sangat jarang sekedar berbincang maupun saling sapa.

Hal itu, pengaruh dari kesibukan orangtua Tara akan pekerjaan mereka masing - masing, sebab nya Tara seperti kurang kasih sayang dari kedua orangtua nya.

Tetapi kurang nya kasih sayang itu, tak membuat Tara tumbuh menjadi anak yang tidak benar. Tara adalah murid yang cukup menonjol atas prestasi nya di sekolah.

Drttt drtt..

Getaran bunyi alarm tersebut, membangunkan Tara dari tidur pulas nya.

"Uuaaummm," Gadis itu mengedip ngedipkan matanya, yang masih terasa amat berat untuk terbuka lebar.

Jam menunjukan pukul 05.24

Tara beranjak dari ranjang nya, dan bergegas menuju kamar mandi. Setelah selesai dengan ritual mandi dan sebagainya, Tara beranjak turun menuju lantai bawah.

"Non Tara sudah siap? Sarapan dulu non." Tanya Bi Hanun.

Bi Hanun adalah asisten rumah tangga yang dipekerjakan oleh orang tua Tara, untuk mengurusi rumah dan sebagainya. Bi Hanun memang sudah cukup tua tapi, pekerjaan nya sangat bagus dan telaten.

"Iyaa, Bi." Jawab Tara yang sudah duduk di kursi meja makan.

Setelah selesai Tara beranjak untuk berangkat.

"Pagi cantik," Sapa Aksa, laki laki itu selalu menjemput Tara untuk berangkat bersama, padahal Tara pun bisa berangkat sendiri dengan supir nya.

"Pagi jugaa, udah lama?" Tanya Tara, lalu naik keatas jok motor sport hitam itu.

"Belum."

SMA ARUTALA

SMA Arutala adalah Sekolah terpandang, SMA favorite dengan mayoritas isinya murid berprestasi tinggi.

"Nanti aku ada latihan basket dulu? Mau nunggu apa pulang duluan? Kalau duluan biar aku suruh temen aku anterin kamu."


Aksa merupakan kapten basket disini, ia sangat bagus dalam menguasai bola nya. Tak ada yang mempu mengalahkan nya saat ini, tubuh atletik nya sangat tergambar jelas.

"Aku tunggu kamu aja, sekalian mau liat latihanya." Tara selalu nomor satu jika sudah tahu Aksa akan latihan basket atau tanding antar sekolah. Ia tak akan melewatkan momen ini, Aksa dengan ketampananya saat di lapangan.

"Yaudah, ayo aku anterin ke kelas kamu."

**

Sesampainya di kelas.

11 IPA 2

"Tumben pagi, biasanya aja telat." Tara meletakan tas ransel nya yang berwarna biru muda, ia menyukai warna biru, seperti langit.

"Kesel!!! Gue kesel!! Huaa." Teriak histeris Niskala, wajah nya tampak musam.

"Kenapa sih? Ga jelas."

"Kemarin gue ketemu cowo, ganteng bangett Tara. Nyesel gue ga minta nomor nya." Jelas Niska.

"Cuma gara gara itu? Lo jadi kaya gini?" Tara terheran heran, sinting memang teman nya satu ini.

"Iyaa.. dia anak geng motor, Revoster. Gua udah coba cari - cari tapi ga nemu, ah siball."

Revoster adalah geng motor dari sekolah lain, semua anggota nya tampan tanpa kecuali. Dengan satu kali lihat saja, sudah membuat mu kagum bukan main.

"Yaudah kali, bukan jodoh."

"Gamau. Harus jodoh pokok nya." Elak Gadis dengan rambut sebahu itu.

"Terserah lo."

Pelajaran dimulai, saat nya berfikir. Semua terdiam mendengarkan guru yang sedang menjelaskan didepan dengan seksama. Di SMA Arutala semua murid tertib akan peraturan yang ada, sekolah yang ketat akan berbagai peraturan.

Semua nya berjalan lancar seperti hari hari biasa, jam menunjukan waktu pulang.

"Ra, lo balik sama Alsa ga? Kalau engga sama gue aja." Tawar Niska, pada teman duduk sampingnya ini.

"Gue bareng Aksa, sekalian mau nemenin latihan." Tolak nya.

"Okey, gue duluan ya. Byee," Kedua gadis itu saling melambaikan tanggan.

Tara berjalan menuju lapangan basket, yang letaknya tepat di samping sekolah.

Ia menatap lapangan yang luas itu, mencari seseorang. Ia celingak celinguk.

Ia mengambil benda pipih dari tas ransel biru muda nya, mengetikan sebuah nama.

drtt... drttt...

"Kamu dimana? Aku udah di lapangan," Tanya Tara dari balik telfon, yang masih kebinggungan.

"Aku ga jadi latihan, aku ada urusan mendadak. Kamu pulangnya dianter Ray ya?" Jawab Aksa, suaranya terdengar sedikit grusak grusuk?

"Ah gausah aku bisa balik sendiri,"

"Yaudah, hati hati."

tuttt..

Ia mematikan nya, secara sepihak? Ah sudah lah, mungkin Aksa memang sedang ada urusan mendesak. Pikir Tara.

**

ya, tandain kalau ada typo yaa.

vote dan komen jangan lupa!!😊

AMERTAWhere stories live. Discover now