SACI - Prolog

699 97 45
                                    

Sebelum baca, ada baiknya nonton dulu Trailer SACI. Supaya sedikit dapat gambaran dari alur kisah ini. Sebagai bentuk apresiasi penulis membuat video itu, jangan lupa tekan like, comment, dan share setelah menonton.

Jangan lupa vote & comment juga untuk part perdana SACI. Jangan jadi silent readers, hargailah penulis 🙏❤.

°°°

Pada malam hari di dekat jembatan tua, aku bertemu seorang pria misterius. Pakaiannya serba hitam dengan memakai topi senada yang hampir menutupi separuh wajahnya. Dari awal kedatangannya, pria itu terus bicara hal yang tak kumengerti sama sekali.

"Agar lebih jelas dan kau pun tahu siapa aku, bagaimana kalau kita berjalan-jalan ke masa lalu sebentar? Biar jam itu yang menuntunmu. Setelahnya kau tinggal memilih. Berusaha mempersatukan kedua orangtuamu atau justru memecah-belah mereka."

Itulah kalimat terakhir yang ia ucapkan kepadaku sebelum akhirnya ia melemparku ke sungai. Tubuhku tenggelam begitu saja mengikuti arus sungai yang deras. Tanganku tidak bisa menggapai permukaan. Rasanya sekujur tubuhku kaku.

"Mama, tolong..."

Aku hanya bisa membatin. Berharap ada yang mendengar suaraku. Berharap Mama datang menolongku. Namun, tak ada siapapun yang datang sementara tubuhku semakin melemas.

"Gak ada yang nolongin gue kah? Jadi, gue bakal mati kayak gini? Tanpa satupun orang yang tahu?"

Sekarang aku benar-benar pasrah. Tak lagi memberontak. Aku membiarkan air mendekapku ke dalam kegelapan. Aku hanya diam menatap kilau cahaya rembulan yang kian lama meredup. Entah sinar rembulan itu yang meredup ataukah kesadaranku yang justru mulai menghilang?

Sebelum aku benar-benar menutup mata, aku seperti melihat beragam peristiwa. Hilir mudik masuk ke dalam pikiranku. Aku melihat sepasang mata perempuan. Indah.

"Apa yang gue lihat itu Bidadari?"

Tak lama, aku mendengar suara perempuan memanggil namaku. Aku juga melihat langkah kaki perempuan berlari. Sebenarnya siapa dia? Perempuan itu ternyata mendatangiku dan aku memeluknya. Aku tak tahu siapa dia, wajahnya tak dapat ku lihat.

"Apa ini Mama?"

Pelukan ini terasa hangat seperti pelukan Mama, jadi mungkinkah? Mungkinkah ini Mama? Mama akan menyelamatkanku?

Tapi, perasaan hangat ini berganti rasa sakit ketika aku mendengar suara tembakan. Bunyi pistol itu kemudian disusul dengan suara dengung yang seolah mengitari kedua gendang telingaku. Sangat memekakkan sampai-sampai aku tidak bisa menahannya.

°°°

Cuit! Cuit! Cuit!

Kicau burung sayup-sayup masuk ke pendengaranku setelah sebelumnya terasa pengap. Aku berusaha membuka mata. Mencoba sadar untuk melihat keadaan apakah aku sudah mati atau belum?

Sewaktu aku membuka mata itulah, aku melihat sesosok perempuan di hadapanku. Cantik. Perempuan itu tampak sibuk memeras kain basah. Meski masih setengah sadar, aku dapat melihat tatapan matanya sangat teduh.

"Bidadari lagi kah? Fiks, kayaknya gue udah di surga. Eh, tapi, gue bejat gini kok bisa masuk surga? Ketemu bidadari lagi."

Di saat aku tengah sibuk bergulat dalam batinku sendiri, perempuan itu menoleh. Ia sadar mataku tengah fokus menatapnya.

Saksi CintaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora