13[Tangis Ola]

100 13 3
                                    

       Jam menunjukkan pukul 12 siang. Ola melangkah ke parkiran tetapi tangannya dicekal seseorang. Maunya sih dia tersenyum karena berpikir itu adalah Faris tapi salah. Dia bukan Faris tapi Darel.

"Darel?"Ola menaikkan alisnya bertanya menatap cowok itu yang memasang wajah gelisah.

"Bisa bicara sebentar? Gue mau ngobrol plis."mohonnya.

Ola mengangguk karena untuk apa menghindar terus? Ia berharap urusannya bisa terselesaikan dengan cepat sehingga dia bisa benar-benar merehatkan pikirannya.

"Ngomong aja. Mau ngomong soal apa ya?"tanya Ola.

"La. Gue mau minta maaf karena perasaan pribadi gue buat hubungan Lo gue dan Elsa jadi serenggang ini. Gak bisa ya La kita dekat kayak dulu lagi? Elsa sering nangisin Lo karena selama 3 bulan terakhir lo jarang ada waktu dan kalaupun ada waktu Lo mainnya gak sama kita lagi tapi sama kak Dirga."

Oke. Baiklah Ola paham maksud kearah mana pembicaraan ini.

"Elsa gak suka gue deket sama Lo Rel. Udah cukup waktu itu dia salah paham. Kita masih bisa berteman kok tapi maaf, gue gak bisa sedekat dulu sama lo."jawab Ola tegas. "Walau Elsa bilang dia kangen gue kadang nangis didepan lo itu semata-mata dia butuh di perhatiin sama lo."

"Tapi La gue gak bisa suka sama Elsa."

"Gue juga sama gak bisa suka sama Lo."

"Plis kasih gue kesempatan."

"Kalau Elsa minta kesempatan Lo kasih?"

Darel terdiam menatap Ola. Cewek itu balas menatapnya lekat. Ola mengangguk-angguk kan kepalanya tersenyum menepuk pundak Darel.

"Gue gak bisa membalas perasaan Lo Darel. Karena di hati gue udah ada orang lain dan itu bukan Lo. Gue minta maaf,"ujarnya kecut. Gadis itu memeluk Darel tulus sambil menepuk-nepuk punggung tubuhnya.

"Lupain gue gue mohon..."

∆∆∆

     Ola berjongkok di pinggir trotoar menutup wajahnya seperti sedang menangis. Ia memeluk lututnya menatap air sungai dari atas sana.

"Ola!"

Dirga keluar dari mobilnya menghampiri Ola begitu dia melihat cewek itu sendirian di pinggir jalan. Ditemani Reval dan Faris yang ikut turun dari mobil. Tadinya mereka mau ke bascame buat nongkrong malam ini.

"Ola are u okay?"bisik Dirga ikut berjongkok menyentuh pundak Ola. Cewek itu mendongak menatap Dirga, ia tersenyum mengerucutkan bibirnya.

"Lo nangis? Kenapa? Gak, maksud gue ada apa siapa yang bikin Lo nangis, hah?"tanyanya cemas dicampur panik.

Reval dan Faris ikut berjongkok menyentuh pundak cewek itu.

Ola menggelengkan kepalanya begitu mata ketiga cowok itu mengarah padanya. Ola berdiri menghembuskan nafasnya menatap sungai yang tenang dibawah trotoar itu. Mereka juga ikut berdiri mendekati Ola.

"Jawab La Lo kenapa?"ulang Dirga bertanya lembut.

Diluar dugaan Faris tanpa aba-aba menarik Ola kepelukannya sambil mengusap pelan puncak kepala gadis itu. Gak ada yang dia ucapkan selain kata "gakpapa." Kepada Ola.

Ola mencoba berontak melepaskan diri sebelum ia lepas kendali. Dia gak mau ketahuan gak baik-baik saja didepan mereka.

"Kak Faris. Kak Faris gue gak—"

"Shtttt. Gue tau lo lagi gak baik-baik aja."

Ola mengigit bibirnya menahan tangis ketika Faris memotong ucapannya. Ia balik memeluk Faris kuat ketika cowok itu semakin mengeratkan pelukannya. Nyaman, pelukannya sangat nyaman seperti pelukan mamanya. Air mata Ola pun mulai jatuh bersama perasaannya yang mengalir untuk cowok itu. Dia membutuhkan pelukan seperti ini dari tadi. Dia gak menyangka kalau yang memeluknya adalah Faris.

∆∆∆

    Faris, Dirga dan Reval mengajak Ola ke pantai karena jarak mereka memang dekat sama pantai. Cewek itu berdiri di pinggir pantai menatap ombak malam yang tenang.

Ola bertengkar sama mamanya. Dia memilih kabur dari rumah karena pikirannya kacau mengetahui bahwa dia bukanlah anak yatim seperti yang di katakan mamanya selama ini. Dia gak sengaja mendengar mamanya berbicara sama tangan kanannya soal perceraian. Ola yang berpikir selama ini papanya sudah meninggal ternyata selama belasan tahun di bohongi oleh Maya, papanya masih hidup akan tetapi menelantarkan mereka.

"Ola. Nih, dipakai nanti masuk angin."Reval memberikan jaketnya ketubuh Ola. Cewek itu menerimanya.

Dia menghampiri Dirga dan Faris yang duduk di atas himpunan pasir putih itu. Dia ikutan duduk di dekat mereka sambil menatap deruan ombak.

"Gue gak tau mau cerita dari mana,"katanya tertawa kecil menghembuskan nafasnya sambil memejamkan mata agar air matanya tidak keluar.

"Kalau berat jangan di paksa Ola. Kita gak maksa kok."Jawab Reval dibalas gelengan kepala langsung oleh Ola.

"Gue bukan gak mau cerita tapi emang gue bingung aja mau mulai dari mana. "

"Dari mana yang Lo sanggup aja."

Ola melirik Faris. Itu tadi dia yang menjawabnya. Angin malam meniup rambut lurusnya.

"Papa gue masih hidup."

Ola gak pernah cerita soal keluarganya ke orang-orang, tapi orang-orang juga selalu penasaran kemana papanya gadis itu karena sekalipun gak pernah melihatnya atau pun melihat foto papa Ola dirumah. Mereka beranggapan papanya Ola sudah meninggal termasuk Dirga dkk memikir hal yang sama. Mangkanya gak pernah membahas soal papanya cewek itu.

"Gue habis bertengkar sama mama tadi. Gue marah sama dia karena dia bohongin gue bertahun-tahun soal papa yang katanya udah meninggal. Ternyata papa masih hidup dan dia sudah memiliki keluarga baru. Mama bilang ke gue kalau percuma gue tau soal papa toh papa gak sayang sama gue dan mama. Gue kecewa, gue marah, bukan sama mama tapi sama diri gue dan papa. Kenapa papa gak pernah datangin gue kalau dia masih hidup? Apa arti gue di hidup papa? Apa gue lahir bukan karena keinginan mereka tapi tanpa cinta?"curhatan Ola membuat ketiga cowok tampan itu diam membisu menyimaknya sebaik mungkin. Tak ada yang menyela pembicaraan seolah paham kalau Ola hanya butuh di dengar.

"Semua pertanyaan konyol itu nyakitin gue sendiri kak. Gue pengen nangis tapi gue gak bisa."Ola terkekeh menatap sendu kedepan. Ia mendongak memejamkan matanya menikmati udara segar disana. "Gue gak tau wajah papa gue kayak apa. Dan itu bikin gue merasa benar-benar kayak sampah. Kadang gue bertanya-tanya."

Tawa Ola terdengar miris. Dia mengulum bibirnya getir.

"Apa sih arti kehadiran gue bagi papa gue kak?"tanyanya melirik mereka bertiga bersamaan.

Ketiga cowok itu spontan menarik Ola kepelukannya. Mereka memeluk Ola erat. Air mata Reval jatuh dia paham banget situasi Ola tanpa harus Ola katakan panjang lebar.

"Lo mau jadi anak papa gue, hmm?"tanya Reval tulus. "Papa gue bakal menyayangi lo La. Kalau lo ketemu papa dia akan sangat senang. Lo mau kan jadi anak papa gue, hmm. Dia gak bakal nyakitin cewek sehebat elo. Mau ya??"

Ola menganggukkan kepalanya. Tangisnya pecah detik itu dipelukan Dirga, Faris dan Reval. Ditengah situasi ini ia merindukan Elsa yang selalu ada untuknya. Isakkannya semakin terdengar di telinga mereka bertiga. Entah kenapa Faris merasakan sakit luar biasa ketika mendengar raungan pilu Ola seakan sesuatu sedang merobek-robek hatinya. Begitupun perasaan Dirga dan Reval. Mereka ikut terluka. Ola yang jarang menangis ternyata sangat rapuh, Ola yang suka mengalah juga ternyata memendam sendiri penderitaannya.

"Ola anak baik."Bisik Reval menenangkannya.

"Lo kuat La."Tambah Dirga juga buka suara.

"Gue sayang Lo."Final Faris.




TBC.

TENTANG KAU DAN AKU(END)Where stories live. Discover now