10. Love, but--

6.6K 765 23
                                    

.

.

.

"Lo pakek seragam basket emangnya ga ikut latihan?" Mereka lagi duduk di salah satu bangku kantin.

Galaxy yang abis minum geleng pelan "Gue cuma cadangan" Langit mikir.

"Ga bisa kalahin Melvin dong?" Galaxy nyerngit. Bener juga.

Dia senyum "Lo berharap banget jadi pacar gue ya?" Langit langsung kesel.

"Gue ga minat jadi pacar lo, lagian gue juga punya doi" Galaxy terdiam.

"Siapa?" Langit cengengesan.

Terus dia jawab "Adadeh" Galaxy yang nampak ga puas sama jawaban Langit sedikit kesal.

"Pinjam hp lo" Galaxy nyerahin ponselnya.

"Buat apa?" Langit diam otak-atik bentar terus liatin ke Galaxy layar ponsel itu menunjukkan kontak Miyara.

Si Langit nge-chat Miyara bahwa dirinya bersama Galaxy, jika ingin pulang dulu, si Langit udah ninggalin kunci motor di meja UKS.

"Terus lo baliknya?" Langit senyum tengil.

"Kan ada lo" Galaxy nutup dahinya. Pipinya nampak kemerahan.

-

"Oh ya, kenapa lo bisa di panggil Penyu?" Langit nunjukin username seragamnya.

Langit Penyu A.

"A-nya buat?"

"Adinata" Galaxy terdiam sejenak mendengar nama itu.

Pandangan Galaxy meliar "Sorry gue nanyain ini, tapi gue cuma liat tante Miyara, ayah lo kemana?"

Menurut novel yang Abi baca, secara basic, ayah Langit dikatakan ngga pernah ada.

Tapi menurut Langit, jika ada dirinya dan bundanya, pasti dia juga punya ayah kan.

Dia memilih jawaban aman "Eee ... gatau, kata bunda sih udah ngga ada" Galaxy mengamati.

"Terus lo ga ke makam-nya gitu?" Langit ketawa.

"Gue ga berani"

"Takut hantu?" Langit menatap sinis.

"Engga ya!" Dia menghembuskan nafas pelan.

Lalu berpikir sejenak "Bunda ga pernah ngasih tau makam-nya dimana. Lagipula kalo gue tau, gue juga gabakal kesana"

" ... Sebab, gue cuma butuh bunda. Batu nisan ga bakal pernah bisa ngasih nafkah keluarga-nya" Sedikit kejam tapi itulah yang ada di benak Abi.

Saat dirinya membahas topik tentang Ayahnya, ibunya selalu terkesan marah dan sedih.

Oleh sebab itu, Langit mengeklaim bahwa ayahnya telah berbuat kekerasan pada ibunya.

Dan dari situlah awal mula Langit membenci ayahnya.

Galaxy tersenyum simpul.

"Pulang sekolah ada acara ngga?' Langit menggeleng.

"Ikut gue nanti"

"Kemana?" Galaxy tepuk kepalanya Langit pelan.

"Adadeh"

"Cih sok misterius" Padahal Galaxy cuma ngecopy jawaban Langit.

"Lah ketos dari tadi ngapain?" coach tim basket mereka, Gilang bersedekap dada di hadaoan Galaxy.

"Lari 20 putaran" Langit kaget, gila kali seenaknya!

Sampai si coach menghadap Langit. "Kamu juga siapa?" Langit gelagapan.

"Itu-- ee ... anu--"

"Langit!!" Ada suara familiar masuk ke indra pendengarannya.

"Yuko?" Tanpa aba-aba, Langit dipeluk erat oleh Yuko. Semua anggota tim basket kaget.

Bahkan Galaxy yang baru saja mendapat setengah putaran, berhenti karenanya.

"Kamu ... udah baikan?" Semenjak hari itu, Langit sama Yuko ga pernah ketemu.

Yuko yang ga berani nampakin dirinya di depan Langit, dan Langit ngga ada usaha buat komunikasi sama Yuko.

"Udah, ... ee ... Lo apa kabar?" Tanya Langit basa-basi.

"Not fine" Langit lepasin pelukan Yuko, karena demi apa dia malu banget.

"Ahahaha, lo lanjutin aja latihannya" Yuko nampak tak senang dengan perilaku Langit.

"Kamu disini ya? Temenin" Langit sama yang lain menganga.

Terus si korban garuk pelipisnya pelan "Oke ... tapi gue pulangnya sama Gala" Seakan tau Yuko mengajak dia pulang bareng, dia dengan antisipasi mengatakan hal tersebut.

"Shit!"

-

"Hah? Lo bisa pakek mobil?" Seakan hal tabu di sekolah, Langit sendiri kaget karena disini siswa di perbolehkan mengendarai mobil.

Galaxy ngangkat satu alisnya "Bisa, kenapa kaget gitu?" Ucapnya sambil membukakan pintu mobil untuk Langit.

Pas mereka udah masuk,

"Gue baru liat kali ini kalo anak SMA boleh pakek mobil" Langit garuk tengkuknya.

Galaxy menggeleng pelan "Mau gue ajarin?" Langit sontak menggeleng.

"Ngga ah, gue ga suka mobil. Makan tempat buat pengendara lain" Langit jawab sambil masang sabuk pengaman.

"Eeh~" Galaxy tidak menyangka jawaban itu keluar dari mulut Langit.

"Oh iya Gal, gue mau potong rambut lo--"

"Gue potongin" Galaxy tancap gas dan keluar dari area sekolahnya.

"Hah? Ga usah ngadi-ngadi lo!" Langit yang liat powerbank di dashboard mobil Galaxy langsung dia ambil.

"Gue pinjem ya? Mau telfon Melvin" Galaxy melirik sekilas.

Tanpa menunggu jawaban, Langit udah colokin sama ponselnya.

Pas idup, banyak notif yang muncul di notifikasi atas.

"Halo!! Melv!!" Ada suara nafas ngos-ngosan abis olahraga disana.

"Bentar gue minum dulu" Langit nunggu dia ketukin powerbank-nya karena ga sabar.

"Kenapa?" Langit langsung sumringah.

"Kirimin saldo dong, gue mau potong rambut" Melvin tak langsung menjawab.

"Berapa?" Langit langsung ngitung kira-kira biaya.

Tapi sebelumnya, "Gal, bayarnya berapa?" Galaxy yang sedari tadi diam menatap Langit yang kebetulan juga lampu merah.

"Mahal" Jawabnya singkat.

Langit cuma manyun "200 ribu" Melvin langsung kaget.

"Lo ga ada rencana beli chiki kan?" Langit senyum datar

"Hehe, ketahuan ya?" Melvin menghela nafas.

"Ya uda, bentar"

"Hehe!! Makasih!!" Langit langsung nutup panggilannya.

Tangan Galaxy berada di atas kepala Langit, dia nolehin paksa kepala anak tengil itu.

"Y-ya?" Langit berucap gagap.

Langsung saja Galaxy membungkam mulut dan hidung langit menggunakan sapu tangan yang ia keluarkan dari sakunya.

Lama menghirup, Langit kehilangan kesadaran.

Galaxy senyum miring "Sorry brother, i was rude to u"

.

.

.

Bersumbang

Next Hint: Adinata

fyi aja bhs ingg nya yg ngetik bukan aku 😭😭
btw selamat hari sekolah

Favorite Tritagonis [End]Where stories live. Discover now