55. Drop

355 21 25
                                    

Happy Reading...

~🌺🌺~

Sudah beberapa hari berlalu semenjak Nayla sadar semua perhatian tertuju kepadanya walaupun dokter masih belum memperbolehkan Nayla untuk pulang. Kondisinya mulai membaik, bahkan semenjak sadar Nayla sangat senang mendapat perhatian dan kasih sayang.

"Nay mau itu dong, Bang Alan," tunjuk Nayla pada buah apel yang berada di tangan Adam.

Adam melirik tajam. "Pelit amat lu. Itu di samping kasur lu ada banyak, masa mau comot punya gue juga." Adam menyembunyikan apelnya. Semenjak Nayla sadar Adam sudah meminta maaf dan meminta kesempatan kedua. Adam merasa bersalah telah memperlakukan Nayla secara buruk baik dirumah maupun disaat Nayla bekerja dicafenya.

Tidak ada yang memprotes perbuatan Adam karena semua orang merasa melakukan hal yang sama terhadap Nayla. Memperlakukannya dengan buruk.

"Gue maunya yang ditangan lu."

"Kasih!" Suara Alan menginstruksi, matanya menatap Adam.

"Gak mau gue, enak aja lo." Adam masih mempertahankan buah apel yang ada ditangannya, melindunginya segenap jiwa agar tidak diambil.

Carel menyisir rambutnya ke belakang dengan cepat berdiri dan duduk disamping Nayla dan memberikan apel baru yang diambil diatas meja dekat kasur. "Nih nih, ini aja. Apel dari calon suami lu," ujarnya menyodorkan.

"Huwekkk." Respon spontan itu langsung dikeluarkan Raya, Citra, Hana, Kamila, dan Shasya.

"Kok kalian gitu? Gak mendukung gue banget."

"Heh curut, Nay mana mau sama lu. Modelan jamet," balas Raya.

"Tampang lo kalah jauh sama Galang." Hana ikut memanasi.

"Gak pernah kalem juga." Kamila ikut-ikutan.

"Betul," setuju Shasya.

Guntur langsung refleks tertawa dengan terpingkal-pingkal, "Mampus lu kenak buly cewek-cewek."

"Heh suaranya astagfirullah," teguran serta dipelototi Shasya mampu membuat Guntur terdiam spontan. "Padahal ruangannya udah ganti jadi VIP," gumamnya heran.

"Jangan sama-samain gue sama ni orang Na," jawab Carel menunjuk lewat lirikan mata pada Galang. "Gue sama dia beda, biarpun tampang gue ga ganteng-ganteng banget tapi gue setia. Beda sama si ono," lanjutnya merasa bangga.

"Dalam hubungan gak ada kata maaf untuk orang yang selingkuh," ujar Fadlan ikut nimbrung. Cowok bermata coklat ini sekarang ikut bergabung dan berbaur dengan yang lain.

Galang terdiam.

Tiba-tiba suasana merasa canggung. Nayla yang mengerti situasi menyuruh semua orang keluar meninggalkan dirinya dan Galang berdua. Mereka belum mempunyai kesempatan untuk berbicara dan mungkin ini waktunya.

"Elu sih, 'kan jadi diusir kitanya," tuduh Salman.

"Ya maap," ujar Fadlan mengangkat bahunya.

"Om Aksel mana, Bang?" tanya Raya menyenggol lengan Adam.

"Jengukin Ney."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DON'T WORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang