Epilog

11 3 2
                                    

Hari ini hari ulang tahunku dan Gea. Seperti biasa, aku bersama keluarga akan mengunjungi makamnya dengan membawa masing-masing orang satu tangkai bunga lili.

Setelah meletakkan bagianku, aku mengeluarkan satu lagi dan menyejajarkan di sana. Kali ini bunga tidak enam atau tujuh lagi, melainkan delapan.

"Kenapa Luna meletakkan dua bunga?" tanya pamanku karena tak biasanya seperti itu.

Aku hanya mengulum senyum, kemudian menjawabnya dalam hati, Karena aku tidak sendiri. Satu bunga milikku, satunya lagi milik Vey, alter egoku.

...

Aku sudah lebih baikan sekarang. Maksudku, aku sudah tak segila sebelumnya. Berkat kecelakaan yang melukai perutku hari itu, aku jadi paham jika ada masalah psikologis dalam tubuhku. Dengan bantuan rekaman CCTV pun cerita kejadian-kejadian janggal yang aku alami, dokter mendiagnosis jika aku memiliki alter ego.

Awalnya aku tak mau mempercayainya, tetapi dia yang mengaku sebagai Kapten V itu terus-terusan menampakkan diri seolah ingin aku mengakui jika dirinya memang ada.

Menurut psikiater, alter ego perlu diakui eksistensinya. Aku harus menerima keberadaannya agar dia tidak berontak dan melakukan hal bahaya. Dengan bantuan psikiater pula, aku sedikit bisa mengendalikannya. Maksudku, tidak hanya dia yang selalu mengendalikan tubuhku.

"Siapa namamu? Apa benar Kapten V?" Aku teringat jika aku harus menerima keberadaannya. Untuk itu, setidaknya aku harus mengetahui namanya.

"Kau bertanya padaku? Wah akhirnya kau tertarik juga!" Tampak jelas raut bahagia yang ditampilkan wajahnya. "Kapten V? Aku hanya mengarangnya. Namaku ... Vey."

...

Selesai

Memorandum Redum [Selesai]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora