Bayangan

12 3 0
                                    

Genre: HTM
Subgenre: Sci-fi

...

Yang namanya perkembangan teknologi di dunia memang terus berkembang. Kepandaian manusia dengan tangan terampilnya itu berhasil menciptakan berbagai produk yang memukau. Bahkan matahari yang dikira hanya berguna untuk makhluk hidup, saat ini juga dimanfaatkan untuk benda mati.

"Wah!"

Aku berdecak kagum mengamati bangunan mini yang terpajang di depan. Replika rumah kaca yang menurut penjelasan bisa memanfaatkan tenaga cahaya untuk mengoperasikan apa yang ada di dalamnya.

"Sinar matahari merupakan energi yang tak terbatas, oleh karenanya kami berupaya memanfaatkan energi gratis itu semaksimal mungkin."

Pameran teknologi diadakan di kampus tempatku menimba ilmu. Meski sebenarnya kurang tertarik dengan pameran ini, aku harus mengekor di belakang Zeva, teman sekelasku yang tiba-tiba menarik aku ke sini.

"Luna, kemarilah! Lihat ini!" seru Zeva dengan tangannya yang diayun-ayunkan. Aku yang sebelumnya sempat terpaku pada replika bangunan itu akhirnya kembali melangkah menyusul Zeva.

"Mobil terbang?" Membaca tulisan di papan tepat di depanku berdiri, membuatku mengernyit heran. Bagaimana mungkin--bagaimana bisa--mobil terbang? Melayang? Melawan gravitasi bumi? Memangnya ini tempat syuting film laga?

Namun, tak lama setelahnya, pertanyaan-pertanyaan itu langsung terjawab semuanya. Ketika tiba-tiba dari lantai yang terbuka keluar mobil yang melaju di udara. Lagi, aku benar-benar takjub dibuatnya.

Riuh tepuk tangan mengisi halaman kampus tempat berlangsungnya pameran. Semuanya turut takjub melihat hal-hal yang tak pernah dibayangkan rupanya bisa menjadi nyata. Aku pun sama kagumnya. Maksudku, mobil terbang seperti ini bukankah semua orang pernah membayangkan menaikinya saat kecil dulu?

"Yang kalian lihat di depan adalah mobil terbang. Yap, benar, harapan kamu, dan kita semua akhirnya bisa dikabulkan. Mobil ini belum sepenuhnya sempurna, tetapi sekiranya lima tahun ke depan, transportasi jenis ini sudah bisa dipasarkan di negeri tercinta."

Pameran semakin meriah sejalan dengan matahari yang terus membumbung tinggi. Memang benar, pameran kali ini mengusung tema cahaya dan surya, oleh karenanya siang hari menjadi waktu yang paling ditunggu-tunggu.

Kepalaku semakin diisi pemikiran-pemikiran liar. Jika barang semustahil ini saja bisa diciptakan, apakah lama-lama dunia manusia akan dipenuhi teknologi ajaib bak cerita bergenre fiksi ilmiah? Akankah gedung-gedung bertingkat yang berdiri di kota-kota itu akan bisa berubah menjadi pesawat atau semacamnya suatu hari nanti?

Masalahnya dengan kecerdasan manusia, makhluk bernalar dengan rasa penasaran tinggi itu bisa menciptakan kecerdasan buatan. Jika kecerdasan saja bisa dibuat, apakah ada kemungkinan muncul planet buatan juga? Wah, pemikiranku jadi acak sekali.

"Zeva, aku izin ke toilet sebentar, ya?" izinku tak bisa menahannya. Gadis itu mengangguk mempersilakan, dan aku segera keluar dari ramainya pengunjung pameran.

Rasa lega akhirnya kudapatkan sekeluarnya dari kamar mandi. Menengok ke kanan-kiri, suasana di sini sangat sepi, dan ... sedikit gelap. Sebenarnya bukan gelap, penerangan di sini sama seperti biasanya, tetapi karena di luar penuh cahaya yang menyilaukan mata, atmosfer berbeda akan terasa di sana.

Aku mencuci tangan di wastafel sebelum kembali ke pameran. Cermin panjang itu tertempel dengan apik di dinding, memudahkan siapa saja untuk berkaca.

Namun, entah karena aku yang terlalu takut sebab sendirian di sini, tanpa sengaja aku melihat bayangan hitam dari dalam cermin. Saat menoleh, tak ada siapa pun yang kulihat. Selanjutnya, saat kembali menghadap cermin, aku melihat sebuah kertas tepat di samping sabun cuci tangan.

...

"Benar, cermin tadi? Sepertinya aku pernah melihat hal serupa sebelumnya?"

Apa yang kulihat di kamar mandi tadi membuatku teringat kejadian saat pameran teknologi berlangsung. Pantulan di cermin yang aneh, bayangan yang tak seharusnya ada, membuatku ingin segera membuka surat yang kuambil dari dekat sabun.

Kertas merah gelap itu akhirnya ada di tanganku. Membuka dengan tidak sabaran, dan tulisan hitam yang perlu perhatian ekstra untuk bisa dibaca itu akhirnya muncul di sana.

...

Seperti pena dan kertas, hitam dan putih, gelap dan terang pun diciptakan berpasang-pasangan. Meski terkadang kehadirannya tak disadari, tetapi sebenarnya mereka saling melengkapi.

Kau sendiri, menurutmu bagaimana? Lebih baik redup dengan gelap yang menyebar, atau terang dengan gelap yang tak bisa disingkirkan?

Semua terserah padamu. Tapi jangan lupakan satu hal ini, semakin terang cahaya, maka kegelapan akan semakin terlihat wujudnya.

Jadi, aku sudah mengunjungimu berapa kali?

...

Day 7/20 UNBK

Inii agak gimana tapi gapapa--gitulah intinya.

Kalo kata Kak Sas, tulis aja dulu, masalah revisian pikir nanti. Aku setuju xixixi

Omong-omong, siapa saja nama yang pernah Mell sebut sejauh ini?

Luna, Nayla, Joy, Tasya, Gea, Zeva, siapa lagi, sih?

7 Desember 2023
Imeldavrita

Memorandum Redum [Selesai]Where stories live. Discover now