Bersama Dia

10 3 0
                                    

Genre: HTM
Subgenre: Romance

...

Ujian semester sudah selesai kemarin. Secepat itu? Hey, jangan berkata seperti itu. Kau tak tahu saja, aku bersusah payah mengerjakan soal di lima hari yang rasanya sangat panjang. Aku juga harap-harap cemas agar benda di pergelangan tangan tak menyalakan sinar merahnya.

Hari ini pun libur. Aku menghabiskan waktu di rumah dengan menyelesaikan ujian yang lainnya. Bukan soal yang tercetak pada kertas, ujian yang kumaksud adalah menyelesaikan semua permasalahan surat yang sempat kutunda untuk dibaca selama satu minggu itu.

Sepuluh surat yang tersisa kukeluarkan seluruhnya, beserta sepuluh surat lain yang sudah kubuka. Surat ke sebelas--surat pertama yang kubuka hari ini--hanya menggunakan sticky note yang dilipat menjadi dua. Aku hampir tertawa, berpikir mungkin si pengirim surat sudah kehabisan kertas sehingga menggunakan kertas persegi kecil ini.

...
Kau lamban sekali, Luna! Jangan salahkan aku jika hal-hal mengerikan terjadi padamu nantinya.
...

Itu isi surat pertama. Seperti biasa, tertulis nama Kapten V di pojok kanan bawah. Aku tak berniat memikirkan satu kertas itu, sebelum kertas lainnya ikut kubuka.

...
Sebenarnya siapa yang kau cari? Aku, si Kapten V? Atau seseorang yang menerormu setiap hari?
...

Kali ini aku terdiam. Surat ini jika tidak salah kudapatkan beberapa bulan yang lalu, sebelum teror harian yang datang padaku. Bagaimana dia bisa tahu tentang ini?

Apakah mereka orang yang sama? pikirku sebelum membuka surat berikutnya.

...
Apa kau sudah lupa? Aku memiliki peta kehidupanmu dan penelitian itu masih berlanjut hingga sekarang. Jika kau sebegitu penasaran itu, lihatlah sekelilingmu, barangkali aku ada di sana.
...

Membaca surat ke tiga belas membuatku langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling. Bulu kudukku tiba-tiba meremang seolah benar-benar ada mata yang mengawasiku dengan tajam. Aku mengusap kulit tanganku berulang, berusaha menghilangkan perasaan aneh yang datang.

Seketika aku teringat dengan perkataan Joy hari itu. Aku diminta memasang kamera pengawas untuk mencegah hal lain terjadi. Namun, sampai kini aku belum memasangnya sebab masih sedikit ragu.

"Haruskah aku meminta bantuan Joy lagi?"

...

"Apa maksudmu? Kenapa perlu memasang CCTV?" tanya Joy keheranan.

"Aku takut sesuatu yang menyeramkan akan terjadi," jawabku apa adanya.

"Bukan itu maksudku. Kenapa memerlukan CCTV jika ada aku yang bersedia menjagamu, hm?"

Pipiku seketika merona ketika jemari lembut itu mulai membelai halus surai panjangku. Dia tersenyum manis, sangat indah, terlalu mubazir jika harus disia-siakan. Mataku berbinar, disusul tarikan dari kedua sudut bibirku membentuk sebuah senyum yang tak bisa kuhindari.

Drrt ... drrt ....

Ponselku bergetar membuat lamunanku seketika buyar. Masih dalam kondisi setengah sadar, aku mengerjapkan netraku berulang, berusaha memisahkan antara realita dan khayalan. Saat kulihat nama si penelepon, kebetulan sekali nama Joy tertera di layar ponsel.

Aku seketika gugup, kembali teringat dengan imajinasi liar yang mengisi kepala sebelumnya. Sejak menyadari betapa tampannya teman SMA itu membuatku tiba-tiba sering melamunkannya yang juga selalu berhasil membuat pipiku membara. Aneh? Kau benar. Aku sendiri juga tak tahu apa alasannya.

"Luna, sadarlah!" Aku memukul jidatku berkali-kali agar pemikiran ameh itu segera menghilang. "Kenapa pula aku berpikiran begitu, huh?"

Aku berdehem sejenak, mengusir gemuruh yang sedari tadi singgah di hati. Setelah sedikit tenang, segera kugeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan. "Halo."

"Ah akhirnya. Maafkan aku baru sempat menghubungimu setelah meminta nomormu hari itu. Aku sedikit sibuk mengurusi pertandingan," ujarnya dari seberang sana.

Ini adalah panggilan perdana mereka sejak obrolan di rumah sakit hari itu. Setelah lulus SMA, rupanya Joy mengganti nomor telepon sehingga mereka bertukar nomor di sana.

"Oh tidak masalah," ucapku memahami. "Aku juga berniat menghubungimu."

"Benarkah? Kebetulan sekali."

Aku mengangguk sambil senyum-senyum sendiri, meskipun kutahu Joy tidak akan melihat apa yang kulakukan ini. "Aku ingin meminta bantuanmu lagi terkait surat-surat itu."

...

Romance lagi, bersama Joy lagi.

UNBK tersisa 5 hari lagi, sementara surat masih ada 7 yang belum dibaca.

Apa kamu siap menyelesaikan semuanya?

15 Desember 2023
Imeldavrita

Memorandum Redum [Selesai]On viuen les histories. Descobreix ara