Gila Cinta

7 3 0
                                    

Genre: HTM
Subgenre: Romance

...

"Kenapa Joy ada di sini?"

Saat ini hanya ada aku dan Tasya di kamar sebab aku harus mengganti baju yang basah kuyup sebelumnya. Joy pun tentunya dengan segenap kesadaran jiwa akan keluar dari sana sebab tak semestinya seorang pria berada di kamar gadis.

Tasya terlihat sibuk sendiri dengan ponselnya dan ponselku di tangannya. Entah apa yang sedang dilakukan gadis itu. Dia tiba-tiba menyodorkan ponselku dengan nomor Joy tertera di sana.

"Aku tidak tahu harus menelepon siapa, dan panggilan terakhirmu untuk Joy, jadi kutelepon saja dia," katanya. "Kenapa kamu meneleponnya?"

Aku sudah selesai mengenakan pakaian yang nyaman: kaos longgar yang sedikit tebal dengan celana training yang hangat. Yah, Tasya ayang menyuruhku memakai pakaian hangat. Segera kutempatkan diri di samping Tasya duduk, di atas ranjang tidurku.

"Aku hanya memerlukan bantuanya," jawabku santai.

"Berhati-hatilah dengannya," ujar Tasya tiba-tiba yang membuatku mengernyit heran. "Kudengar dia suka mempermainkan wanita. Singkatnya, dia itu lelaki brengsek yang tak peduli hati manusia."

Keningku semakin berkerut mendengarnya. Gosip apalagi ini? Ah, aku sudah lama tidak terlibat dalam ranah pergibahan seperti ini.

"Intinya hati-hati saja, dan bantuan apa yang kamu minta darinya?" sambung Tasya.

Aku segera berdiri, mengacungkan jariku ke luar kamar. "Kita bicara di luar, aku juga berniat membicarakan ini dengan Joy."

"Baiklah," sahut Tasya dan mengekor keluar dari kamar.

...

"Sesorang ingin membunuhku."

Tiga kata yang aku ucapkan itu berhasil membuat mata Tasya nyaris keluar dari tempatnya. Gadis itu bahkan langsung berdiri dan aku langsung menariknya agar duduk kembali. "Tenanglah, ini bukan kali pertama."

"Apa kau melihat siapa yang melakukannya?" tanya Joy dengan nada tenang.

Aku mengangguk mantap. Aku jelas mengingat semua detail wajah, tubuh, hingga pakaian yang dikenakan si pelaku. "Dia orang yang sama dengan yang memberiku apel beracun hari itu."

"Benarkah?!" Lagi-lagi aku mengangguk.

"Anehnya, bagaimana dia bisa tahu alamat rumahku? Terlebih lagi, bagaimana dia bisa masuk begitu saja membuat semua kekacauan ini? Aku sungguh tak mengerti!" ujarku frustrasi.

"Beruntungnya kita sudah memasang CCTV!" seru Joy seolah bersiap menangkap si pelaku. Ah tentu saja, aku pun merasakan hal yang sama. Tanganku sudah gatal ingin memberi hukuman pada dia yang membuat hidupku tak tenang.

CCTV tersambung dengan ponselku. Oleh sebabnya, kami bertiga segera menyetel ulang rekaman yang terjadi sebelum kejadian itu. Mulai dari Joy yang keluar dari sana, hingga aku yang berjalan menuju kamar mandi. Anehnya, setelah itu tak ada lagi yang terekam di sana. Hingga Tasya datang dan menemukan tubuhku yang pingsan di dalam air.

Kami bahkan mengulangi rekaman tersebut sampai tiga kali, memastikan tidak ada satu pun hal yang terlewat. Namun, sungguh, tak ada orang yang memasuki rumahku kecuali kami yang menonton rekaman ini.

"Apa kau sungguh melihat orang lain masuk?" tanya Tasya memastikan.

"Tentu saja!" jawabku menggebu. "Dia perempuan, berkaca mata. Tingginya hampir sama denganku. Rambutnya dikuncir kuda. Pakaiannya blazer cokelat tua dengan celana putih. Aku bahkan mengingat penampilannya!"

Dua orang di sana menatapku dengan raut aneh. Seolah curiga atau mungkin tak percaya. Aku terkekeh miris. Menjambak rambutku dengan kasar sembari mengatakan, "Kalian tidak percaya? Apa aku gila?!"

"Aku menyukaimu." Dua kata tak terduga itu justru yang keluar dari mulut Joy secara tiba-tiba membuatku yang semula frustrasi bertambah stress lagi.

Tasya mungkin lebih terkejut lagi. Gadis itu kembali berdiri dengan mata melototnya sambil berteriak, "Apa?!"

Dia yang lebih gila!

...

Ini aneh tapi lucu.

Joy ga liat situasi dan kondisi wkwk.

Tinggal 3 hari tersisa tapi pelakunya belum terungkap juga.

Kamu bisa menebaknya?

Memorandum Redum [Selesai]Kde žijí příběhy. Začni objevovat