Kiamat Sudah

6 3 0
                                    

Genre: HTM
Subgenre: Fantasi

...

Sudah lima hari ini aku tidak pergi ke kampus karena memang kelas kami telah usai. Minggu tenang, itu katanya. Yah, meskipun hanya tenang sebentar sebelum digempur habis-habisan oleh yang namanya ujian. Bagaimanapun, aku harus memanfaatkan sebaik mungkin.

Di hari ke tiga minggu tenang ini, aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Benar, rumah, bukan tempat kos sepetak itu. Yah, setelah sebelumnya menyelesaikan pekerjaan yang harus kuselesaikan di sana. Ini artinya sudah dua hari aku berada di kampung halamanku.

"Luna, bisa bantu ibu memberi makan ayam? Ibu lupa belum menyiapkannya." Teriakan ibu melengking dari luar. Si pembawa surga di telapak kakinya itu tengah menjemur pakaian di halaman rumah.

"Tentu saja!" sahutku langsung menyudahi aksi menonton televisi.

Setelah diberi tahu di mana letak pakan ayam itu, segera kuambil dan kucampur dengan dedak sesuai arahan ibu. Selanjutnya, aku segera menuju ke kandang ayam yang ada di belakang rumah.

Saat pintu kayu mulai terbuka, sambutan dari kokokkan ayam langsung menerobos ke telinga. Suara lapar itu meronta-ronta, membuatku menggelengkan kepala berkat sifat tak sabaran hewan berkaki dua yang satu ini.

"Baiklah, ayam-ayam silakan makan!"

Tepat setelah pakan-pakan itu dituangkan di tempatnya, tujuh pasang kaki-kaki kecil itu mulai berlarian mendekat. Paruh kuningnya langsung memperebutkan makanan yang menurut mereka lezat itu.

Selesai dengan tugasku, kuputuskan untuk keluar dari sana. Namun, sebelum pintu benar-benar terbuka, netraku tak sengaja menangkap sesuatu bergerak di sampingku.

Apakah ada ayam lain?

Anehnya, saat menoleh aku tak mendapati apa pun selain tumpukan jerami kering di sudut kandang. Selanjutnya aku berlari melihat ke belakang, barangkali ayam itu sudah bergabung bersama teman-temannya.

"Satu, dua, enam, tujuh--"

Aksi menghitungku terhenti sebab melihat sesuatu yang tak seharusnya ada bergabung di tengah-tengah kumpulan ayam. Sesosok perempuan dengan rambut panjang yang hanya bisa kulihat dari belakang.

"Permisi, kau ... siapa?" tanyaku sebab tak melihat kehadirannya sebelumnya.

Yang ditanya tidak menjawab, justru mulai menyenandungkan lagu yang aku sendiri tidak tahu lagu apa itu. Aku akui, suaranya merdu dan mendayu-dayu. Semakin lama nyanyiannya semakin kencang, ditutup dengan suara menyeramkan yang membuat kepalaku berdenging.

"Vodun!" Sekiranya itu yang dikatakan. Tidak, maksudku diteriakkan.

Mataku terpejam, berusaha menormalkan pendengaran. Saat kelopak itu kembali terbuka, aku sudah tak melihat sosok tadi. Namun, saat kulihat kali ini ayam milik ibuku seluruhnya mati.

...

Aku terbangun. Entah kenapa pikiranku masih terjebak pada kejadian dua hari yang lalu. Kejadian singkat nan aneh yang membuatku berpikir keras, tetapi malah membuat kepalaku pening.

Aku menyibak selimut, membuka ponsel dan baru menyadari hari ini adalah hari minggu. Artinya, besok ujian semester akan dilakukan. Sementara kini aku masih terjebak di dalam pikiran sendiri.

"Sial, kiamat sudah!"

...

Lagi-lagi tidak ada surat, hanya ada Vodun.

Ini part ditulis h-1jam xixi tapi gapapa

11 Desember 2023
Imeldavrita

Memorandum Redum [Selesai]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن