Tristan menatap ke arah tunjuk Keyla, ia tersenyum kecil. Seperti perkiraan. Tristan berjalan keluar untuk melihat kondisi Jovi, diikuti beberapa murid lainnya yang khawatir dengan kondisi Jovi.

“Kenapa bisa terjadi?” tanya Tristan saat melihat kondisi Jovi sampai seperti ini, tapi Tristan yakini luka yang diterima oleh Jovi bukan karena kecelakaan semata, ini semua pasti ulah sengaja si dia.

Jovi mengangkat kepalanya menatap Tristan sesaat. “Seperti dugaan lo Bang, saat gua akan balik kesini, dia muncul.” Jovi menatap ke arah Ziko berada. Ia menghembuskan napasnya lega saat Ziko sedang berada di sana. Berarti tadi... memang si dia. “Dia ancam gua buat ketemu sama Bang Ziko tapi gua diam aja dan pas gua pergi dia sengaja dorong gua ke sungai dan took out his favorite weapon.”

Tristan mengepalkan kedua telapak tangannya. Dasar have no sympathy. Bukan hanya Tristan saja tapi semua murid yang berada di sana  pun mengepalkan telapak tangannya.

Disisi lain Keyla menatap bingung ke arah pintu masuk. Keyla sedari tadi tidak paham pembahasan yang sering dibahas oleh para murid laki laki disekitarnya. Ada yang mengatakan "Pengintai handal." "Have no sympathy." "Bajingan berengsek." Keyla bukannya menguping tapi memang sedari Keyla menginjakkan kaki di warung Mbak Runtah sudah membahas itu semua.

Keyla mengalihkan pandangannya menatap Ziko yang tampak datar. Beda sekali dari sebelum belumnya.

Sebenarnya ada rahasia apa?

“Jess, lo tau Key kemana?” tanya Vanda, mengetuk ketukan jemarinya diatas meja

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

“Jess, lo tau Key kemana?” tanya Vanda, mengetuk ketukan jemarinya diatas meja. Merasa bosan mendengar penjelasan guru sejarah yang sedang menjelaskan materi.

Jessica mengalihkan pandangannya ke arah Vanda, ia menggelengkan kepalanya. “Tadi sebelum kelas dimulai Jess cek ponsel tapi Key engga kirim pesan sama sekali.”

Vanda membuang napasnya kasar. Tumben banget Keyla belum masuk sekolah sampai menjelang istirahat pertama. “Tuh bocah kebiasaan bergadang, pasti ngedrakor semalaman.” gumam Vanda, ia menyakini bahwa Keyla terlambat ke sekolah karena maraton drakor.

“Gua aduin Bunda Aura aja biar Key dimarahin.” imbuhnya tiba-tiba ide konyol terlintas pada otaknya. Vanda tersenyum menyeringai dan tanpa sadar terkekeh membuat Bu Saras selaku guru sejarah menatap anak muridnya itu dengan tatapan bingung. Bukan hanya Bu Saras saja tapi semua atensi murid juga menatap Vanda bingung dan ngeri secara bersamaan. Mereka takut Vanda ketempelan makhluk astral. Sama saja dengan Jessica, gadis itu justru memilih pindah tempat duduk di bangku kosong Keyla.

“Panggil ustad, kayanya dia kesambet Bu.” cetus Bayu sedikit heboh, kamera ponsel sudah stay memvideo untuk bukti jika benar benar kesambet. Biar viral.

“Bu, pindah sekolah Bu ke sekolah sebrang, disini banyak setannya.” Ayu bergelidik ngeri menatap Vanda.

“Itumah akal akal busuk lo, berkicot hidup.” Andre melemparkan pulpen di genggamnya ke arah Ayu.

“Sewot lo!” Ayu melemparkan balik pulpen milik Andre, diakhiri mengibaskan rambut panjangnya.

“Bu, cepat panggil pemadam kebakaran.” heboh Bayu saat Vanda menatap mereka satu per satu dengan tatapan aneh.

Ridwan mengeplak belakang kepala Bayu. “Ngapain jadi bawa bawa pemadam kebakaran?” tanyanya.

“Lo ingat kan, tugas bomba lebih daripada itu, bomba ni penyelamat, kucing atas pokok, kerbau masuk parit, kuda terlepas, ular dalam rumah, semua kami selamatkan. Berarti bisa nyelametin Vanda.” jelas Bayu tersenyum bangga, seakan ide tersebut sangat dibutuhkan.

“Kuadran III dilambangkan koordinat-x negatif dan koordinat-y negative.” gumam Ridwan menggelengkan kepalanya.

“Astagfirullah Vanda kayanya emang kesurupan.”

“Ya tuhan saya takut.”

“Pulang gasik, sekolah diliburkan gara gara salah satu murid kesurupan.”

“Vanda baca ayat kursi pliss.”

Dan banyak kehebohan lainnya.

Vanda menaikan satu alisnya, ia justru sedang malu karena terkekeh terlalu keras tapi mengapa mereka menatapnya seakan menatap setan. “Kalian kenapa?” tanya Vanda tanpa ada raut berdosa sama sekali.

Bu Saras membuang napasnya sabar. Ia kemudian berjalan dengan membawa penggaris kayu favoritnya. “Kamu sudah sadar? Sejak kapan kamu tidak memperhatikan materi yang Ibu jelaskan? Vanda Anandita, keluar dari kelas, hormat ke tiang bendera sampai jam istirahat pertama.” Bu Saras menunjuk ke arah pintu keluar.

Vanda membuang napasnya pasrah, tapi dalam hati ia bahagia karena 5 menit lagi bel istirahat pertama berbunyi tandannya hukumannya selesai. “Baik Bu.” balas Vanda berjalan dengan langkah lesunya.

Saat diambang pintu ia menunjuk satu per satu teman sekelasnya. “Gua engga kesurupan, dan lo.” tunjuk Vanda kepada Bayu yang masih merekam. “Persiapkan handphone ketiga lo, gua akan remuk lagi sama seperti handphone lo sebelumnya.” Setelah mengatakan hal tersebut Vanda langsung berlari ke tiang bendera dengan girangnya.

Bayu meneguk ludahnya kasar, menatap sayang ke arah ponsel genggamnya. “Sadis bener tuh cewek.” gumamnya.

“Bayu Ramadhan Aerith, simpan ponselmu atau mau Ibu sita.” Bu Saras menadahkan tangan kananya sudah siap untuk menyita ponsel Bayu.

“Sita aja Bu, kalau disita pasti ponsel saya aman engga jadi diremuk Vanda.” balas Bayu berjalan ke arah Bu Sarah, sembari menyerahkan ponsel genggamnya.

Melihat kelakuan diluar perkiraan pun membuat teman sekelasnya yang tadinya heboh sekarang tertawa lepas. Jika manusia normal dipilihkan dalam dua pilihan, diberi kesempatan untuk menyimpan kembali ponselnya atau disita. Pasti akan memilih menyimpan ponselnya, tapi ini justru memilih disita.

Agak lain.

🔑

TBCSalam hangat dari AN 🤎🥧

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.


TBC
Salam hangat dari AN 🤎🥧

Secret Key (END) حيث تعيش القصص. اكتشف الآن