O1

2.3K 214 11
                                    


𝖻𝖾 𝗁𝗎𝗆𝖺𝗇 𝖺𝗇𝖽(𝗈𝗋) 𝖽𝗂𝖾.
ᝰ.

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

KALA itu dunia sudah tidak berada pada tataan nya, Seoul yang megah sudah bergelimang darah dimana-mana. Tak ada lagi kota dengan gemerlap cahaya tak ada pula orang-orang fashion di sana sini, hanya ada kerusakan dan makhluk aneh yang menyandang nama monster di jalanan.

Seorang gadis memegang erat sebuah senjata panjang dengan ukiran kalimat aneh, kemeja sekolahnya itu sudah kotor dengan darah maupun debu atau kotoran. Ia bisa melihat betapa kacaunya dunia karena sebuah wabah── atau mungkin lebih tepat di sebuah kutukan dari langit. Mungkin Yang Diatas sana sudah memutuskan bahwa jejak manusia sampai sini saja. Penyimpangan makhluk sosial itu sudah banyak terjadi di tiap sudut dunia.

Dengan gadis yang sama, y/n. Dia mendengar suara gaduh dari luar apartemen, gadis itu kembali mengeratkan genggamannya pada sebuah shotgun panjang.

Y/n menendang pintu apartemennya dengan kuat hingga lepas dari engselnya, ia melihat seorang pria di ujung lorong tengah berlari di kejar satu makhluk berotot yang memiliki tubuh luar biasa besar.

Lengan makhluk itu berhasil meraih tubuh si pria, jemarinya yang berurat menggenggam manusia itu dengan erat seolah ingin menghancurkannya.

Y/n yang melihat itu, ia segera menarik pelatuk benda di tangannya, membidik ke mahluk besar mengerikan itu, dan

DORR!

Satu tembakan di lepas kan, pelurunya tepat meluncur ke mata si monster. Akibatnya itu menjadi secelah waktu bagi pria di genggaman monster itu, dia mengangkat katana nya dan mengoyak jari besar yang mengikatnya. Dia terjatuh tapi tak lama setelah itu ia berlari lurus, ke arah y/n yang masih membidik si monster dengan shotgun nya.

Berkat tembakan barusan, monster itu berteriak gila karena separuh wajahnya hancur terkena tembakan dari senjata y/n. "Kemari!" Seru y/n pada pria ber katana itu. Monster itu, walau separuh wajahnya berdarah-darah, dia masih terus mengejar si pria.

Y/n kini ikut berlari sejajar dengan si pria, sampai orang itu tiba-tiba menghentikan larinya dan menatap ke monster sambil memegang erat pedang nya. 'Apaan dia? Mau bunuh diri?' pikir y/n buntuh, dia melihat monster itu mengangkat tinjunya tapi sang pria segera meloncat kesamping membuat si monster menghantam kaca apartemen. Hingga terjun jatuh.

Selanjutnya y/n mendengar suara hantaman yang besar.

Kedua orang itu jatuh terduduk dengan nafas tersengal. Mereka masing-masing saling bertukar pandang, pria itu terlebih dahulu berdiri dengan dibantu katana miliknya, ia mengulurkan tangan pada y/n. Gadis itu menggenggam telapak tangan tersebut dan berdiri.

"Siapa namamu?" Dengan tangan yang masih bertaut dengan y/n, pria itu bertanya.

"Y/n," gadis itu menjawab disela nafasnya yang tak beraturan. "Dan kau?"

"Jung JaeHoon," jawabnya dengan senyum tipis. "Ayo, kita pergi ke tempat aman dulu."


ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

"Suara apa itu?" Son Hyein menghentikan kegiatannya mengelus anjing kecil kesayangannya itu saat mendengar suara dentuman besar dari luar.

Suaranya terdengar seperti ada gajah yang jatuh dari langit.

"Hiraukan saja," ucap seorang pria yang tengah menyisir rambut gondrongnya. "Perlu sekali di tanya? Sudah jelas itu monster," decak pria itu. Selanjutnya dia bersiul senang karena rambutnya yang panjang itu berhasil tersisir dengan rapi.

"Orang gila," gumam Hyein, dia mengangkat anak anjing nya dan bergegas pergi dari sana.

Perempuan itu sekarang duduk di ruang kendali, dia menatap ke arah seorang pria yang duduk menghadap ke monitor yang terhubung dengan tiap cctv di gedung ini.

"Serius sekali dia," cakap Hyein pada anjing nya.

Tak salah, Eunhyuk disitu memang tengah serius mengecek sebuah tayangan cctv dari lantai 14. Dari seorang pemuda aneh di lift, lalu dua bocah yang dikejar makhluk dengan kepala separuh terpotong, di akhir ada rekaman satu gadis dengan senjata api dan satu lelaki dengan sebilah pedang panjang melawan sosok makhluk berotot. Eunhyuk memicingkan mata, dia kenal yang satu itu sebagai── Park y/n.

"Bagus," ia bersandar pada kursi dengan sedikit rasa lega. "She survive."

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

Y/n, JaeHoon dan juga beberapa orang di apartemen 1408 sepakat untuk mengatur sesi berjaga untuk malam ini. Jadi, akan ada satu-dua orang yang berjaga sementara lain tidur. Y/n setuju untuk menjadi penjaga pertama bersama Jisu── seorang perempuan muda dengan rambut yang di ombre merah, dia memegang tongkat baseball sebagai senjatanya.

Y/n dan Jisu saling kenal, teman malahan. Y/n dan Jisu sering merokok bersama, mereka juga dekat karena memiliki kesamaan dalam selera bermusik. Apalagi Jisu seorang gitaris dan y/n lumayan jago memainkan drum, beberapa kali mereka hangout untuk hunting album-album lama atau mungkin nonton konser bersama.

Mereka berdua kini saling duduk bersebelahan, keduanya sama-sama lelah dan kacau. Tentang semua insiden yang terjadi kepada mereka beberapa jam lalu.

Pandangan Jisu jatuh pada luka-luka memar di tubuh y/n yang membuatnya ngilu. Perempuan itu lantas beranjak dari duduknya dan mengecek sebuah rak yang didalamnya ada kotak obat, sayangnya disitu hanya ada gulungan perban dan plester, 'tapi itu cukup.' Pikir Jisu.

Ia meletakkan semua benda itu di kursi sebelah y/n, Jisu berjongkok didepan gadis itu. "Apa yang kau lakukan?" Heran y/n.

Tapi Jisu hanya diam, dia menggulung perban ke kaki y/n yang luka, dia meringis melihat luka kering itu rupanya sangat dalam.

"Kenapa kau tidak mengobati ini?" Ujar Jisu sambil memakaikan perbannya.

"Entahlah," y/n menutup matanya. Isi pikiran y/n berpacu pada malam dimana dia hampir mati di jadikan sate oleh monster berwujud seperti laba-laba raksasa.

Lututnya ikut lemas saat mengingat balik bagaimana makhluk itu menusuk kakinya. Seperti jarum raksasa yang menembus kulit kakinya── mengoyak dagingnya, terasa sakit dan terbakar karena takut di saat bersamaan.

"Selesai," tepukan Jisu menyadarkan y/n, Jisu telah memasang perban di kaki nya dengan baik, juga menempatkan beberapa plester di lukanya.

Y/n tersenyum, "terimakasih." Katanya.

Jisu balas tersenyum lebih lebar, dia duduk di sebelah y/n dan merangkul gadis itu. "Mari kita bertahan bersama-sama," celetuk Jisu di tengah malam yang dingin itu. Y/n menyandarkan kepalanya di bahu Jisu, gadis ini mengiyakan ucapan Jisu. Setidaknya sejak sekarang, semua akan berjalan baik-baik saja.[]

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

𝐂𝐘𝐏𝐇𝐄𝐑  |𝘀𝘄𝗲𝗲𝘁𝗵𝗼𝗺𝗲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang