Duchess Laurent³¹

2.1K 74 0
                                    

"Jangan dengarkan mereka." Leysen tersenyum tipis. Tidak menyangka rasanya, ia dapat memiliki seorang teman di Akademik ini. Apa lagi temannya seorang Pangeran, calon putra mahkota dan kaisar masa depan.

Rasanya Leysen menjilat ludahnya sendiri, ia yang tidak ingin memiliki teman, justru sekarang ia memiliki teman. Haha, Lucu sekali.

"Aku tau, tidak ada gunanya bagiku mendengarkan ucapan mereka." Hugo mengangguk setuju. Benar apa yang dibilang putra Duke itu.

Hugo berjalan agar lebih dekat kearah Leysen, "Ekhm, jujur saja walaupun kau memiliki bulu itu diwajah serta tanganmu, entah mengapa dimata ku kau terlihat tampan." Ucap Hugo dengan jujur. Pangeran Allaric sontak menatap kearah Hugo.

"Kau memiliki penyimpangan seksual? Maaf, mungkin kita masih kecil untuk membicarakan ini. Namun, apa kau benar seperti itu?" Sungguh rasanya Allaric merinding berteman dengan teman yang memiliki penyimpangan seksual. Takut-takut, ia menjadi orang yang disukai si penyimpangan seksual itu.

Hugo menatap kesal kearah Pangeran kekaisaran Blean itu.

"Hey pangeran, aku ini masih waras! Buktinya aku masih menyukai banyak gadis cantik di akademik ini." Leysen tersenyum tipis mendengarnya.

Leysen, anak itu memang memiliki paras yang amat tampan. Tetapi entah mengapa justru ibu yang tidak mengetahui kebenaran, Duchess Laurent wanita itu justru tidak menyukai wajahnya.

Jika dilihat dari gen orang tua, Kedua orang tuanya memang sangat cantik dan tampan. Mula dari Duke Nave yang memiliki surai blonde manik biru cerah serta perawakan wajahnya yang tegas dan tampan. Tilly, Tilly memiliki aura positif dan senyum khas serta wajahnya yang terkesan imut.

Tetapi jika dilihat-lihat Leysen tidak mirip sama sekali dengan Tilly. Mungkin karena itu juga, Duchess Laurent tidak mengetahui kebenarannya sampai sekarang. Bahkan, para pelayan pun tidak menyadari hal itu. Hanya beberapa pelayan yang tau peristiwa dihari 'itu' saja yang tau dan mengerti.

Bagaimana reaksi ibu jika ibu tau aku bukanlah anaknya? Melainkan anak dari wanita yang menghancurkan kebahagiaannya? Batinnya bertanya-tanya.

"Leysen?"

"Puk Leysen hey. Kau tidak mendengar ku ya?" Merasa seseorang menepuk bahunya, Leysen langsung menatap kearah sang penepuk.

"Apa?" Tanyanya.

Hugo membulatkan matanya kesal, sedari tadi ia berceloteh panjang lebar tidak didengarkan putra Duke ini?!

"Kalian sungguh jahat, tidak ada salah satu dari kalian yang mendengar ceritaku tentang Putri baron itu! Huh!" Pangeran Allaric meloyor kepala Hugo pelan, "Dia tidak menyukaimu, jangan memaksanya." Hugo mengerucutkan bibirnya kesal.

"Kau jahat Pangeran, untung aku bukan calon rakyatmu." Cetusnya.

"Dan untung, kau bukan rakyatku. Jika kau rakyatku, ku pastikan kau rakyat pertama yang paling menderita!"

"Haiss, sudahlah. Ayo kembali ke asrama." Ketiganya terus berjalan menuju asrama berada.

Diperjalanan tak jarang yang menyapa mereka, yahhh lebih tepatnya menyapa Pangeran Allaric. Tak jarang pula banyak yang menceomoh, dan yah mereka mencemooh Leysen dengan segala kekurangan 'fisik' nya.

Setibanya di asrama, Hugo langsung melepas rompi yang ia gunakan. Setelah itu, pria bersurai coklat tua itu merebah diatas ranjang.

"Kau terlihat sangat lelah." Celetuk Leysen. Hugo mengangguk dengan mata yang tertutup, "Benar, rasanya aku lelah memperjuangkan Putri Baron itu." Sungguh konyol teman barunya ini.

Pangeran Allaric menggelengkan kepalanya, "Ucapanmu sangat menjijikan." Balas Pangeran Allaric.

Tuk

Tuk

Tuk

Mendengar sesuatu yang seakan-akan mengetuk jendela membuat ke-tiganya menoleh kearah jendela.

Pangeran Allaric membuka jendela, masuklah seekor burung merpati berwarna putih bersih dengan kertas yang tergulung di kakinya. 

"Burung?"

Pangeran Allaric membuka simpul yang mengikat kertas di kaki burung merpati putih itu.

Dengan mata tajam berwarna hijau zamrud-nya Allaric memperhatikan setiap tulisan yang ditulis. Tulisannya masih sedikit acak-acakan. Namun cukup dibilang rapih.

*Isi Surat.

Kakak!, Aku merindukanmu kakak.
Kau sudah beberapa tahun ini tidak kembali ke istana. Aku merindukanmu.
Kau dan Kak Ellaric tidak kembali-kembali membuatku kesepian.

Aku tidak tau, Burung merpati ini bisa melewati penjaga atau tidak. Namun aku berharap sih bisa, karena aku mau KAU CEPAT KEMBALII!

Kakakk aku merindukanmu. Kakak aku merindukanmu. Disini aku hanya bermain dengan Pangeran Allan, itupun jarang-jarang kak.

Belum lagi sekarang ayah jarang mengajariku berpedang membuatku mati kebosanan. Jika diperbolehkan oleh ayah, aku ingin melaksanakan akademik-ku di Akademik Helius. Itupun kalau boleh.

Inti dari suratku, cepatlah kembali. Adikmu ini merindukan dirimu kak. Jaga kesehatan, makanlah dengan teratur, dan berusahalah dekat dengan perempuan!

I miss you so much, brother.
Please come back your home, huhu.

Cukup segitu saja kali ini, aku lelah menulis. Ingat pesanku!

Adikmu
Amoure Ellveca Blean
Stempel bunga mawar.

*End surat.

Pangeran Allaric tertawa pelan melihat pesan adiknya. Sial, ia jadi sangat merindukan adik kecilnya itu. Ingin rasanya Allaric memeluk dan mengelus surai Coklat madu adiknya kembali.

Hugo menyenggol Leysen yang terlihat sama bingung dengan dirinya. Keduanya terlihat bingung saat Allaric tersenyum menatap sepucuk surat itu.

"Hugo kau masih memiliki jagung bukan?" Hugo mengangguk, ia memiliki jagung kering. Karena beberapa hari lalu keduanya sempat mendapatkan tugas yang berkaitan dengan jagung kering.

"Berikan burung ini jagung itu." Hugo bangkit dari tidurnya. Ia mengambilkan jagung kering dari dalam laci yang berisi beberapa bahan-bahan bekas kelas.

"Ini, kukruu kemrilah." Burung merpati putih itu menurut. Dengan segera ia mendekati Hugo dan memakan jagung kering yang diletakkan diatas meja.

Leysen pun memberikannya minum dengan cangkir yang ada disana.

"Cangkir itu milik siapa?" Tanya Hugo.

"Aku rasa milik Pangeran." Allaric sontak melirik Leysen tajam. Namun tatapan itu tidak dihiraukan dengan pemuda berbulu itu. Ia terlihat acuh dan tidak takut dengan tatapan menusuk itu.

"Surat dari siapa itu?" Tanya Hugo penasaran. Allaric mengangkat tangannya, menutup bagian surat yang berisikan kalimat-kalimat lucu buatan adiknya.

Ia hanya memperlihatkan nama Putri Amoure saja.

"Amoure Ellveca Blean?" Pangeran Allaric mengangguk pelan mendengar gumaman Leysen.

"Siapa dia?" Tanya Hugo diangguki penasaran khas Leysen.

"Gadisku."

"APA?! BENARKAH?!"









Tbc.
••••••
Maaf ya aku baru bisa upload, hehe.

Kita lintas waktu yaaaa, sesuai di chapter satu, cerita Laurent bakalan singkat. Heheh, papayyy

Duchess LaurentWhere stories live. Discover now