Duchess Laurent¹⁸

1.6K 77 12
                                    

Jangan lupa vomen
Follow : xexevitrex

~o0o~

Didalam gendongannya bayi kecil dengan rambut tipisnya yang berwarna blonde terlihat menggeliat pelan.

Duke Nave melirik putra kecil yang ada didalam gendongannya. Duke Nave melirik Laurent yang masih memejamkan matanya. Wajah itu terlihat damai, tidak ada tatapan kebencian dan kekecewaan yang disalurkan wanita itu untuknya.

Duke Nave mengecup lama kening Laurent, setelah itu ia mengecup sekilas pipi bayi laki-laki digendongannya.

"Jagalah dirinya seperti kau menjaga anakmu, Laurentta."

"Jagalah dirinya seperti kau mencintaiku dengan tulus."

"Berikanlah anak ini nama. Nama yang kau inginkan. Didiklah anak ini seperti dirimu mendidik anakmu sendiri. Jadikanlah bayi mungil ini tangguh seperti dirimu, Laurentta." Ucapnya dengan suara pelan dan lembut.

Duke Nave meletakkan bayi kecil itu tepat disebelah Duchess Laurent yang masih setia menutup matanya. Tatapan lembut dari sang Duke seketika berubah menjadi datar saat menatap para pelayan pribadi Laurent.

"Aku ingatkan satu hal,"

"Rahasiakan kematian anaknya dari publik, maupun dari dirinya sendiri," Duke Nave menjeda ucapannya seraya melirik Duchess Laurent.

"Jangan biarkan Laurentta menangisi kematian anaknya. Aku tidak mau melihat air mata itu lagi."

"Biarkan kebohongan ini berjalan seiringnya waktu. Waktu yang akan menentukan, kapan Laurent akan mengetahui kebenaran." Lanny dan Livia menunduk mendengarkan dengan seksama.

"Sayangi dan jagalah bayi kecil itu sebagaimana kalian menyayangi dan menjaga tuan muda kalian." Lanny dan Livia mengangguk.

"Laurent sudah banyak menerima luka, jangan biarkan wanita itu kembali mendapatkan luka. Apa kalian mengerti maksudku?" Sungguh selama bekerja dikediaman De'Noulven baru kali ini keduanya mendengar ucapan panjang lebar dari sang Duke.

Livia yang tersadar mengangguk cepat. Lagi pula apa yang diucapkan oleh Duke Nave benar. Duchess Laurent sudah menelan banyak luka pahit. Setidaknya, Duchess Laurent tidak akan kecewa, sakit, dan marah saat mengetahui meninggalnya putra pertamanya.

"Kami mengerti duke." Duke Nave mengangguk senang, tatapannya terarah pada Duchess Laurent, tangannya pun mengelus surai Duchess Laurent dengan lembut.

"Bagus, jangan ingkari janji kalian. Jika kalian ingkar, kalian tau sendiri apa yang akan aku lakukan." Ucapnya dengan tajam. Keduanya berkeringat dingin lalu menganggukkan keplanya.

Tentu, pasti ancamannya adalah nyawa mereka dan keluarga mereka. Ya, bukan hanya nyawa mereka. Keluarga mereka pun nanti akan turut adil merasakan kepahitan yang diberikan Duke Noulven.

Mengecup sekilas pipi Laurent dan bayinya. Setelah itu Duke Nave pergi dari sana.

~o0o~

Angin berhembus membuat rambut coklat madu milik seorang wanita berterbangan. Tatapannya lembut sembari memperhatikan putranya yang terlihat semakin lihai memainkan senjata tajam.

Duchess LaurentWhere stories live. Discover now