Duchess Laurent³⁰

1.6K 64 7
                                    

Follow : xexevitrex
Jangan lupa vote dan komen guysss!!

~o0o~

Plakk!

"Apa yang kau lakukan sialan?!"

"Ib---"

Plakk!

"Dasar bodoh! Keluar dari sini!"

Pagi-pagi sudah disuguhkan dengan kericuhan. Suara-suara seperti itu sudah biasa bagi mereka para pekerja.

"Tuan muda anda baik-baik saja?" Pertanyaan itu berasal dari Lanny. Leysen menggeleng. "Tidak apa, siapkan kereta kuda. Aku harus segera berangkat."

Lanny menghela nafas, "Luka anda---"

"Aku tidak apa. Cepat."

"Baiklah." Pasrah Lanny.

~o0o~

"Sudah berbulan-bulan bahkan tahun, Nave. Aku merindukan Putraku." Duke Nave melirik Tilly.

Laurent dan Leysen memang sudah tidak tinggal disini, mereka memilih tinggal dikediaman Noulven. Duke Nave sebenarnya sudah menolak mentah-mentah permintaan Laurent, ia sendiri tidak tau mengapa Laurent meminta hal tersebut.

Tetapi memikirkan apa yang pernah ia lakukan pada wanita itu, Duke Nave memilih mengizinkan Laurent. Ia tidak mau egois dan mengekang wanita itu.

Duke Nave tau, selama ini Laurent terkekang berada disini, ia tau itu semua. Walaupun begitu, Duke Nave tetap memberikan Gelar Duchess padanya, Duke Nave juga mengirimkan pekerjaan Laurent ke kediaman baru wanita itu, kediaman Noulven.

"Aku tau kau merindukannya Tilly, lalu apa yang mau kau lakukan? Menemuinya?" Tilly menunduk. Itu semua mustahil, Tilly tidak bisa menemui Putranya walaupun Tilly sangat ingin.

"Tidak Nave, kau tau sendiri. Aku tidak akan menemui putraku, sebelum Duchess tiada. Dan entah hal itu akan terwujud." Ya, entah kapan semua itu akan segera terwujud. Entah kapan, Tilly sendiri tidak tau.

Duke Nave menarik tangan kecil Tilly, agar wanita cantik itu duduk diatas pangkuannya.

"Dengarkan aku, seharusnya kau tidak perlu sampai berjanji seperti itu, Tilly. Seharusnya tidak perlu. Seharusnya kau hanya berperan sebagai orang asing saja. Dengan demikian, kau bisa melihat putramu lebih dekat." Benar bukan? Seharusnya Tilly tidak perlu berjanji demikian jika pada akhirnya janjinya itu yang membuatnya menjadi sengsara seperti ini.

"Janji tetaplah janji, Nave."

~o0o~

"APA YANG KAU LAKUKAN PADA ADIKMU ALLAN?!"

"Ibu Hana tadi mendorongku, aku hanya memberikannya nasihat. Dia malah menangis. Jadi dimana salahku?"

"Kau! Biarkan saja apa yang Hana mau! Kau tidak perlu menasehatinya! Kau benar-benar tidak tau diri!" Setelah mengatakan hal tersebut Permaisuri Elve langsung pergi dari sana meninggalkan Pangeran Allan.

Pangeran Allan menghela nafas, bibirnya mengeluarkan kata-kata umpatan tanpa mengeluarkan suara.

"Lagi dan lagi, aku yang salah. Padahal anak itu yang cengeng." Gerutunya dengan bibir yang manyun kedepan menahan kekesalannya.

Duchess LaurentWhere stories live. Discover now