Duchess Laurent²²

1.3K 72 18
                                    

Jangan lupa vomen.
Follow : xexevitrex

~o0o~

"Apa yang kau lakukan Laurent?!"

"Apa maksud anda?"

"Apa yang kau lakukan pada Leysen?!" Ingin rasanya Duchess Laurent tertawa mendengar ucapan Duke Nave. Tumben sekali Pria itu marah akan apa yang ia lakukan pada putranya.

"Ouh, rupanya anda bertanya tentang anak itu ya?"

"Saya menyiksanya." Duke Nave mengepalkan tangannya mendengar ucapan Laurent. Wanita itu benar-benar berubah menjadi iblis!

"Laurentta kau--!"

"Apa? Saya apa? Saya jahat? Ya! Saya memang jahat bajingan! Saya memang jahat!" Duke Nave menatap tajam kearah manik abu-abu itu. Mengapa bisa Laurent wanita baik itu berubah menjadi seperti ini?

"Jika kau membenciku tidak seharusnya kau melakukan hal ini pada Leysen Laurent! Dia masih terlalu kecil!" Laurent mengangkat sebelah airnya.

"Haha, Duke Duke apa kata anda tadi? Peduli apa anda tentang putraku? Otak selangkangan anda itu rupanya masih bisa mempedulikan putraku ya?"

"Laurent!"

Plak!

"Ayah!"

"Apa yang kau lakukan pada ibuku?!" Duke Nave terdiam. Ia menatap tangannya yang baru saja menampar istrinya sendiri. Ia lalu menatap pipi Laurent yang memerah, tak lupa sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

"Apa yang kau lakukan pada ibuku?!" Pertanyaan itu kembali diluncurkan oleh putranya.

Duke Nave tersadar, "Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya tanpa menjawab pertanyaan dari putranya.

"Aku yang bertanya lebih dulu. Apa yang ayah lakukan pada ibuku?!" Suaranya terdengar bergetar. Ia menahan amarah, selama ini Leysen rela menjadi pelampiasan amarah ibunya. Tetapi sungguh, ia tidak rela jika ibunya harus disakiti oleh ayahnya.

Pria itu!

Leysen tidak tau mengapa keduanya selalu bertengkar. Namun baru kali ini, ia melihat ayahnya menampar pipi ibunya. Bahkan ibunya sampai mengeluarkan darah karena tamparan itu.

"Apa yang kau lakukan pada ibuku?! Mengapa kau menamparnya?!" Duke Nave mengeraskan rahangnya. Tangannya terkepal erat.

"Tanyakan pada wanita itu, mengapa aku menamparnya." Setelah mengatakan hak tersebut, Duke Nave pergi dari sana dengan tangan terkepal erat.

Leysen menatap tajam punggung ayahnya sendiri. Tatapannya langsung bergulir pada Duchess Laurent, tatapan yang semulanya tajam berubah menjadi lembut.

"Ibu apa k---"

"Pergilah."

"Tidak ibu, ibu terluk---"

"Kubilang pergi!" Mendengar bentakan itu, membuat tubuh Leysen mundur selangkah. Bocah kecil itu menghela nafas, ia menunduk lalu pergi dari sana.

Sedangkan itu, tubuh Laurent meluruh kelantai. Air matanya mengalir deras, tidak ada suara isakkan yang dikeluarkan. Ia pun sudah terbiasa dengan hidupnya yang sekarang.

Tangisan tanpa isakkan, sudah biasa ia rasakan.

Entah kapan ini semua akan berakhir. Ingin rasanya Laurent pergi dari kediaman ini, namun Laurent tidak bisa!

Duchess LaurentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang