Duchess Laurent¹⁰

1.9K 88 2
                                    

BRUK!

"Nyonya anda tidak apa?" Untung saja, syukur Laurent tidak terjatuh hingga menyentuh tahan. Entah apa yang akan terjadi pada kandungannya.

"Laurent, apa kau baik-baik saja?"

"Julio! Kejar pria itu sampai dapat!" Mendapatkan titah, Julio hanya dapat mengiyakan dan mengejar pria yang menabrak Duchess-nya tadi.

Masih berada didalam rangkulan wanita yang menolongnya, Laurent mengelus pelan perutnya yang tiba-tiba terasa ngilu.

"Nyonya?" Tersadar akan semuanya, dengan sopan Putri raja Cellea itu menunduk meminta maaf. "Maafkan saya, Lady. Maaf merepotkan anda." Wanita itu tersenyum membalas ucapan Laurent.

"Tidak perlu sungkan nyonya. Lain kali, hati-hati disini masih rawan pencuri dan hal-hal seperti tadi. Jika saya tidak menangkap anda, entah apa yang akan terjadi." Duke Nave menghela nafas, "Saya akan memperhatikan istri saya, lady. Terimakasih sudah membantu kami." Wanita itu lagi dan lagi menganggukkan kepalanya.

"Tidak apa, jika boleh tau--- kalian bukan berasal dari Kekaisaran ini ya?" Laurent tersenyum ramah lalu menganggukkan kepalanya.

"Benar, kami berasal dari kekaisaran tetangga." Nada suaranya terdengar tegas dan halus, membuat wanita didepannya berdecak kagum.

"Wah, senang bertemu dengan kalian. Perkenalkan aku Elca." Ujarnya memperkenalkan diri sembari menjulurkan tangannya. Laurent dengan sopan membalas, "Saya Laurent, Lady. Dan ini, suami saya, Nave." Elca wanita itu tersenyum indah. "Senang bertemu dengan kalian. Bersenang-senanglah di kekaisaran kami." Duke Nave mengangguk sekilas, Laurent memasang senyum andalannya membalas ucapan Elca.

Dengan manik hazelnut-nya Elca melirik sekeliling. "Ah, itu dia putraku Allaric. Aku pergi dulu ya, selamat tinggal." Dari arah seberang terlihat anak kecil mungkin berumur 4-5 tahun tengah memperhatikan ketiganya.

Elca terlihat menghampiri anak tersebut, lalu keduanya pergi dari sana. "Kukira dia masih seorang lady. Rupanya seorang nyonya." Gumam Laurent. Duke Nave terkekeh pelan.

"Tampang tidak memperlihatkan semuanya, Laurent. Ingat pesannya, berhati-hatilah." Laurent menganggukkan kepalanya tenang.

"Ya, aku tau. Mari berjalan kembali." Keduanya kembali berjalan meninggalkan Julio yang tengah mencari pria yang menabrak Duchess-nya tadi.

Dalam hati, Laurent berjanji akan membalas budi pada wanita bernama Elca itu. Entah kapan janjinya akan terpenuhi. Yang jelas, Laurent akan melakukannya.

~o0o~

"Ibu, tadi siapa?"

"Tadi? Tadi ibu tidak sengaja membantu Nyonya itu. Dia ditabrak dengan seseorang. Untung saja ibumu ini sigap. Jika tidak, ibu tidak tau bagaimana nasib wanita itu." Bocah berumur 4- 5 tahun itu menganggukkan kepalanya.

"Apa ibu baik-baik saja?" Elca tersenyum lembut kearah putranya, hingga matanya menyipit kecil.

"Allaric sayangku, ibu baik-baik saja. Tidak usah khawatirkan ibu, ibumu inikan orang yang kuat." Allaric Evelex Vont Blean, nama putranya. Seorang pangeran pertama dari kekaisaran Blean yang akan menjadi Putra mahkota dan kaisar bagi kekaisaran ini selanjutnya.

"Ibu, lain kali kita harus meminta izin pada ayah. Bisa bahaya jika ibu terluka." Ucap Allaric dengan bijak. Bisa ditebak bukan? Jika Allaric seorang Pangeran, berarti Elca seorang apa?

Benar, Elca adalah seorang Permaisuri kekaisaran Blean. Permaisuri yang cantik dengan surai coklat madunya, tak lupa dengan manik hazelnut-nya yang cerah. Elca permaisuri yang penyayang dan bijaksana. Terkadang juga, Elca bertidak konyol. Namun, hal itulah yang menjadi ciri khas seorang Permaisuri Blean.

"Baiklah anakku. Lagi pula, Allaric-ku ini dan Ellaric pasti akan melindungi ibu manis dan cantiknya ini bukan? Jadi ibu tidak perlu khawatir dengan diri ibu jika ada putra-putra tampan dan pemberani ibu." Allaric tersenyum tipis sembari berjalan keluar dari alun-alun.

"Kami masih sangat kecil ibu. Namun kami berjanji akan melindungi ibu." Jawab Allaric dengan suara tegasnya. Elca tersenyum merasa bangga.

"Baiklah-baiklah, putraku sayang. Ayo, sekarang kita harus kembali."

Keduanya berjalan meninggalkan alun-alun menuju kereta kuda mereka.

Setibanya di kereta kuda, Elca dan putranya langsung menuju tempat tinggal keduanya, yaitu istana.

Tak butuh waktu lama untuk sampai diistana, karena memang jarak alun-alun sampai keistana tidaklah tidak terlalu jauh. Mungkin hanya membutuhkan waktu 1 jam, sampai 40 menit lebih.

Sesekali keduanya bercanda gurau berada disana. Membicarakan hal random yang membuat Allaric tertawa lepas. Allaric jarang sekali tertawa, namun jika sudah bersama ibunya. Tawa bocah itu akan lepas begitu saja. Berbeda dengan Ellaric yang benar-benar minim ekspresi.

"Allaric ibu ingin bertanya." Allaric menatap ibunya dengan bingung setelah tawa keduanya mereda. "Tanyakan saja ibu, jangan sungkan padaku." Jawabnya.

Elca tersenyum lembut, "Apakah putraku ini menyukai---- selir Elve?" Tanya Elca. Bukan tanpa hal Elca menanyakan hal tersebut. Banyak faktor penyebab Elca menanyakan hal tersebut. Allaric tidak menjawab, namun senyum tipis dikeluarkannya.

"Ibu, tinggal di istana serta memiliki takdir sebagai pangeran mengharuskan aku terkekang akan banyaknya perintah ini itu,"

"Selain itu, kaisar sendiri bisa memiliki selir. Ditanya suka atau tidak, tentu saja aku tidak suka. Aku tidak suka ayah memiliki wanita lain selain ibuku."

"Namun karena politik, ayah harus menikahi selir Elve dan berakhir demikian. Ayah abdi negara, dan aku serta keluarga kekeisaran pun begitu."

"Apa boleh buat? Hidup kami sudah ditulis ibu. Aku harus menerima semuanya dengan lapang dada walaupun tidak ingin." Elca tersenyum lembut. Putranya yang belum genap 5 tahun sudah bisa mengucapkan kalimat bijak itu membuatnya bangga.

Memang benar, hidup sebagai keluarga kekaisaran amat terkekeng. Takdir sudah dituliskan sesuai apa yang harus dilakukan. Bukan keinginan kaisar menikahi Elve sebagai selir.

Melainkan politik yang membuat kaisar harus menikahi Elve sebagai seorang selir. Elca sendiri tau, kaisar tidak mungkin menginginkan selir jika kaisar sudah mendapatkan wanita yang dicintainya.

Dan Elca lah wanita itu. Dipoligami oleh suami memang tidak enak. Dan Elca menanyakan pada anaknya, apakah anaknya menyukai istri kedua suaminya. Rupanya tidak, itulah jawaban Allaric.

"Allaric, walaupun selir Elve bukan ibumu. Namun Allaric harus menghormatinya seperti Allaric menghormati ibu. Namun ibu egois, ibu ingin rasa sayang putra ibu hanya untuk ibu!" Allaric tersenyum indah lalu menganggukkan kepalanya semangat.

"Walaupun aku memiliki 2 ibu. Namun Permaisuri Elca lah My Angel. Jadi jika ibu ingin semua rasa sayangku, maka akan aku berikan." Elca tertawa pelan. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Et, tidak-tidak Putraku. Tidak. Jangan semua rasa sayangmu untukku. Dimana untuk adik dan ayahmu nanti?" Allaric mengangkat bahunya acuh.

"Untuk mereka 20% masing-masing mendapatkan 10%. Dan untuk ibu tersendiri. Ibu mendapatkan 70 % dariku." Lagi dan lagi permaisuri Elca tertawa pelan. Bagaimana bisa putranya yang belum genap 5 tahun sudah dapat membuatnya merasa senang, dan melayang seperti ini?

Bukankah beruntung wanita yang dapat menikah dengan putranya nanti?









•••
Hehe, pasti kalian nunggu ekstra part disebelah yaaa? Sabar yaaa. Aku gak bisa nulis malem ini. Cape, hehe. 1 part diatas sama part ini aja part yang udah aku tulis dari lama tapi lupa dipublis.

Besok aku kasih ektra part tanpa gantung gantung. Kasian banget kalian mimom gantung kayak jemuran😔 maaf guysss.

Di extra part sebelah pada koar koar😭 minta cepet dipublis. Iya iya, besok yaa nak. Langsung plek, tanpa digantung gantung!!! Okeyyy?

Happy reading🌸

Duchess LaurentWhere stories live. Discover now