-24: Rasa Bersalah Gavi

En başından başla
                                    

Algaza dengan takut-takut memberikan ponselnya kepada Alna. Sebenarnya, Algaza merasa kasihan dengan Alna jika gadis itu tau sudah pasti Alna akan sedih, tetapi jika tidak mungkin saja sesuatu yang tidak diinginkan bisa terjadi nantinya.

"Apa ini?" tanya Alna bingung.

"Coba puter, liat!" perintah Algaza yang dituruti oleh Alna.

Alna mendengarkan dengan seksama, semuanya terdengar dengan jelas dimana Lingga yang memuji Gavi jika cowok itu pandai bermain peran, kemudian suara Gavi yang ingin membuat Alna terbang tinggi dan jika sudah berada diketinggian Gavi akan menjatuhkannya, hingga sebuah suara dimana Lingga yang melarang Gavi untuk menghamili Alna agar jika mereka bercerai tidak ada hambatan dan Gavi tidak perlu tanggung jawab.

Betapa sesaknya hati gadis itu begitu mendengar rekaman suara tersebut, bahkan teman-teman Algaza terkejut mendengarnya kecuali Alkhan yang sudah diberitau oleh Algaza sebelumnya.

Alna bangkit dari duduknya, gadis itu berlari keluar kantin. Membuat Algaza khawatir, cowok itu ingin mengejar Alna tetapi ditahan oleh Alkhan.

"Biarin dia tenangin dirinya!"

Flashback off

Alna turun dari taksi yang ia tumpangi, gadis itu menyerahkan uangnya. Tanpa memperdulikan sang supir yang berteriak karena uangnya yang lebih, Alna langsung saja masuk kedalam.

Menekan tombol lift, gadis itu naik kelantai lima tepat dimana kamarnya berada. Gadis itu berjalan keluar begitu pintu lift terbuka, ia memasukkan sandi agar pintu apartemennya terbuka. Dan untung saja daddynya tidak menggantinya.

Alna masuk kedalam, apartemen miliknya tampak luas dan bersih. Gadis itu langsung berlari menuju kamarnya, ia menjatuhkan tubuhnya diatas kasur. Menangis sejadi-jadinya mencoba menenangkan dirinya, dengan cara menangis.

"Kak Ano kenapa tega sama Ala?" tanya gadis itu entah pada siapa.

Alana menangis tersedu-sedu, hingga gadis itu tertidur. Akibat kelelahan menangis, membuat Alna tertidur lelap.

—tyhrgang—

Ditempat lain, kini Gavi sedang mengamuk seperti orang kerasukan setan. Markas Tyhrgang yang tadinya rapi kini sudah seperti kapal pecah, serpihan kaca berserakan dimana-mana, meja yang tadinya rapi kini sudah tergeletak dilantai.

"PAKETU LO KENAPA?!?" tanya Kenzo memekik heboh.

Inti Tyhrgang langsung pergi kemarkas begitu mendapat kabar dari Adlan jika Gavi mengamuk disana. Mereka tau jika ketuanya itu kini sedang frustasi, tetapi mereka tidak tau akan seperti ini.

Melihat Gavi yang tiba-tiba mengambil pisau, kemudian ingin mengarahkan pisau tersebut ke tangannya membuat Lingga dengan cepat menghampiri cowok itu, lalu merebut piasu tersebut.

"LO MAU NGELAKUIN HAL BODOH ITU, GAV?" bentak Lingga merasa kesal dengan perlakuan Gavi.

"SADAR BODOH, DENGAN CARA LO YANG KAYAK GINI BUKANNYA BIKIN MASALAH LO SELESAI! LO NYAKITIN DIRI LO SENDIR BANGSAT!" ujar Lingga mencengkram bahu temannya itu.

"Rasa sakit gue juga nggak sebanding sama rasa sakit Alna yang udah gue sakitin berkali-kali!" ucap Gavi menunduk.

Gavi benar-benar kacau sekarang, mendengar semua penuturan Alna tadi disekolah membuat dirinya sadar. Tetapi semuanya sudah terlambat menurut Gavi, jika dirinya mengejar Alna pun ia merasa dirinya tidak pantas mengingat ia yang sangat kejam kepada gadis itu.

Rasanya tidak pantas jika dirinya bersama Alna, kesadaran dirinya sudah terlambat. Semuanya sudah berubah, Alna sudah tidak lagi bersamanya. Gadis itu sangat kecewa dengannya, dilihat dari semua perkataan Alna dapat Gavi simpulkan bahwa gadis itu sangat-sangat kecewa, bahkan kata maaf pun tidak bisa menebus kesalahannya.

GAVIANO [hiatus]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin